Home / Romansa / Oh, My Ex! / Bab 4. Masih Menyimpan Kenangan

Share

Bab 4. Masih Menyimpan Kenangan

last update Last Updated: 2025-06-08 00:25:00

Raisa pergi meninggalkan hotel dengan menggunakan taksi. Tadi dia dipaksa diantar Rylan, tapi dia menolak dengan tegas. Beruntung Rylan tidak memaksanya lagi. Sekarang tatapannya menatap keluar jendela—memperhatikan pemandangan di luar sana dengan tatapan mata kosongnya.

Air mata yang sejak tadi ditahan itu lolos juga. Raisa sudah tak mampu membendungnya lagi, dia mengusap kedua pipinya dengan kasar. Luka yang masih basah, kini semakin basah dengan hadirnya Rylan—pria yang tidak pernah ingin dia jumpai. Rylan adalah pria yang dirinya anggap sudah mati dan tak layak untuk diingat lagi.

Raisa turun dari taksi usai tiba di lobby apartemennya, lalu tiba-tiba raut wajahnya terkejut melihat mantan tunangannya ada di hadapannya.

“Raisa tunggu! Aku bisa jelaskan semuanya padamu!” seru Garry sambil menahan tangan Raisa.

Raisa menepis kasar tangan pria itu. “Dan aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!”

Garry tampak putus asa melihat kemarahan di wajah Raisa. “Raisa, dengarkan aku dulu. Aku dijebak, aku benar-benar tidak selingkuh. Kau harus percaya padaku. Aku mohon padamu.”

Raisa ingin tertawa mendengar apa yang Garry katakan. “Maksudmu, kau tidak selingkuh, tapi hanya tidur dengan adikku? Iya?!”

“Raisa, listen—”

Stop, Garry! Aku bukan wanita bodoh! Kedua mataku melihat apa yang sudah kau lakukan dengan adikku sendiri! Jangan menjadi pria pecundang!” Nada bicara Raisa bergetar kala mengatakan itu. Hatinya sakit akan pengkhianatan tunangannya dan adik kandungnya sendiri. Jika saja Garry berkhianat dengan wanita lain, maka Raisa tak akan merasakan sesakit ini.

Garry mengusap wajahnya dengan tangannya kasar. “Raisa, aku minta maaf dan aku berani bersumpah, aku dijebak oleh Jenny. Kau harus percaya padaku, Aku sangat mencintaimu, Raisa!”

“Omong kosong! Lebih baik kau pergi dari sini, hubungan kita sudah berakhir!” Raisa hendak melangkahkan kakinya, tapi Garry terus menahannya, bahkan pria itu berusaha memeluk Raisa.

“Lepaskan aku, Garry. Pergi sekarang, sebelum aku berteriak!” bentak Raisa keras.

“Tidak, Raisa, kau harus percaya padaku. Aku benar-benar dijebak, dan aku tidak mungkin mengkhianatimu, Raisa.” Pria itu masih bersikukuh pada pendiriannya, dia terus berusaha meyakinkan Raisa jika yang dilakukannya memang tidak salah. Semuanya hanya salah paham.

“Pergi!” bentak Raisa lagi, tapi sepertinya Garry tidak peduli dengan ucapan Raisa.

Raisa masih berusaha untuk melarikan diri, tapi Garry terus menarik tubuhnya hingga terjatuh ke dalam dekapannya. Raisa tidak sebodoh itu, wanita cantik itu menginjak kaki Garry hingga pria itu merasa kesakitan.

Garry semakin emosi, dia justru menarik tangan Raisa dengan kasar hingga membuat wanita itu hampir terjatuh. Namun, dengan sigap Garry menahan tubuh Raisa, memeluknya dengan erat.

“Kau sudah gila, lepaskan aku, Garry!” Sekuat tenaga Raisa mencoba melepaskan tangan Garry yang cukup kuat saat memeluknya.

BUGH!

Garry mendapatkan sebuah pukulan tiba-tiba dari seorang pria asing, saat dia berusaha menarik Raisa kembali. Garry terkejut dan tidak terima dengan perlakuan pria yang baru saja datang.

“Apa kau tuli? Kau tidak dengar dia memintamu untuk pergi?” seru Rylan dengan sorot mata yang begitu tajam, aura dingin terlihat begitu jelas di wajah pria tampan itu.

“Siapa kau? Ini tidak ada hubungannya denganmu! Lebih baik kau pergi!” bentak Garry tak terima, lalu pria itu berusaha memukul Rylan.

Rylan menepis pukulan Garry. Tubuh Rylan yang lebih besar dari Garry membuatnya mudah untuk menghadapi pria yang ada di hadapannya itu. Raisa sendiri merasa terkejut saat melihat Rylan ada di sana.

“Pergi dari sini, atau aku akan menghabisimu!” desis Rylan tajam, dengan penuh ancaman yang tak main-main pada Garry.

Garry tidak terima, wajah menantangnya masih terlihat jelas. Namun Rylan justru semakin tajam menatap Garry yang keras kepala, sorot mata seperti ingin membunuh. Kedua tangan Rylan terkepal dengan erat, membuat urat-urat di tangannya terlihat dengan jelas, dia siap memukul Garry kapan saja, tidak peduli jika harus terjadi pertumpahan darah di sini.

Anak buah Rylan sudah berada di belakang tuan mereka. Garry jelas melihatnya, dia semakin tak memiliki harapan untuk menahan Raisa. Jelas dia akan kalah jika harus berhadapan dengan orang-orang yang ada di hadapannya itu.

Garry menatap Raisa penuh dengan ketegasan. “Urusan kita belum selesai, Raisa. Aku akan menemuimu lagi,” ucapnya sebelum pria itu benar-benar pergi meninggalkan Raisa.

“Ikut aku.”  Rylan langsung menarik tangan Raisa usai melihat Garry sudah benar-benar pergi dari hadapan mereka berdua. Pria itu mengajak Raisa masuk ke dalam gedung apartemen.

Raisa terkejut akan tindakan Rylan yang menarik kasar tangannya. Berkali-kali dia berusaha berontak, tapi tetap tidak menuaikan hasil apa pun. Tenaganya bagaikan kapas jika dibandingkan Rylan.

“Rylan, mau apa kau?! Lepaskan aku!” seru Raisa kesal.

Rylan tak mengindahkan ucapan Raisa, dia masuk ke dalam apartemen Raisa, dan melepaskan cengkeraman tangannya di tangan wanita itu.

“Untuk apa kau ke sini, Rylan?! Pergilah. Aku tidak ingin diganggu!” seru Raisa lagi.

“Aku mendengar percakapanmu dengan pria tadi,” ucap Rylan tak mengindahkan ucapan Raisa. Dia sengaja mengikuti Raisa, tapi siapa sangka, ternyata dirinya mendengar percakapan serius antara Raisa dan mantan wanita itu.

Raisa memejamkan mata singkat. “Kau dan aku tidak memiliki hubungan apa pun. Jangan ikut campur urusanku.”

Rylan tak langsung menjawab ucapan Raisa. Pria itu tahu sekeras apa pun dia berusaha membujuk Raisa, tetap saja wanita itu pasti tidak akan bercerita padanya. Detik selanjutnya, dia memutuskan melangkah menelusuri apartemen Raisa. Sudah bertahun-tahun lamanya dia tak mendatangi apartemen wanita itu.

Sorot mata Rylan masih mengamati apa yang ada di depan kedua matanya. Tatapan dalam dan memiliki makna yang luas seluas semudera. Raisa yang tahu Rylan menatap kondisi apartemennya—wanita itu langsung berdiri di depan Rylan seraya berkacak pinggang.

“Lebih baik kau pergi dari sini, Rylan! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!” seru Raisa mengusir Rylan.

Rylan masih terlihat tenang, dia bahkan tidak mengindahkan ucapan Raisa. Pria tampan itu masih memandang lukisan pemberiannya, membuat Raisa sekarang melihat apa yang sedang Rylan lihat.

“Kau masih menyimpan lukisan dariku,” ucap Rylan dengan nada tenang.

Raisa kikuk salah tingkah. “Lukisan itu belum sempat aku buang!”

Rylan menoleh menatap Raisa yang tampak jelas menutupi sesuatu darinya. Pria tampan itu mendekat. Refleks, Raisa mundur hingga tubuhnya menempel dinding. Jarak di antara mereka sangat dekat.

“R-Rylan! A-apa yang kau lakukan?” tanya Raisa gugup dan panik.

Rylan mendekatkan bibirnya ke telinga Raisa dan berbisik, “Teruslah berbohong. Aku tahu namaku tidak pernah hilang dari hatimu, Raisa. Bahkan meski kau sudah memiliki kekasih sekalipun, namaku tetap memiliki tempat sendiri di hatimu.”

Raut wajah Raisa berubah mendengar ucapan Rylan. “Gila! Kau sudah gila! Aku bahkan sangat membencimu!”

Rylan tersenyum miring, menunduk memberikan kecupan singkat di bibir Raisa. “Ya, kau benar. Aku sudah gila. Sudah bertahun-tahun berpisah darimu, aku tetap menginginkanmu,” ucapnya, lalu melangkah pergi.

Raisa bergeming di tempatnya dengan wajah yang sudah memucat panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oh, My Ex!   Bab 5. Kesalahpahaman

    Keputusan besar yang Raisa ambil adalah pindah kerja. Dia sudah muak bertemu dengan Garry. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan pria berengsek itu. Tidak akan pernah Raisa mau mendengar penjelasan dari pria bajingan itu.Raisa bekerja di Lawson Group menjabat sebagai Direktur Marketing—yang mana Lawson Group adalah milik Garry. Bukan tak mau bersikap professional, tapi Raisa merasa sudah cukup untuk melihat Garry.Jika Garry berselingkuh dengan wanita lain, pasti hancurnya hati Raisa tidak akan seperti sekarang ini. Perselingkuhan calon suami dan adik kandungnya sendiri adalah hal yang paling menyakitkan. Sampai detik ini saja, Raisa enggan datang ke keluarganya. Pun dia menghindari telepon dari kedua orang tuanya.Pagi-pagi sekali Raisa sudah ada di kantor, rapi dengan pakaian formalnya, wanita cantik itu selalu terlihat elegant dan juga menawan. Blouse berwarna putih dengan pita besar di bagian dada, serta rok berwarna pink cerah berbentuk A-line itu membuat penampilan Raisa tampak m

  • Oh, My Ex!   Bab 4. Masih Menyimpan Kenangan

    Raisa pergi meninggalkan hotel dengan menggunakan taksi. Tadi dia dipaksa diantar Rylan, tapi dia menolak dengan tegas. Beruntung Rylan tidak memaksanya lagi. Sekarang tatapannya menatap keluar jendela—memperhatikan pemandangan di luar sana dengan tatapan mata kosongnya.Air mata yang sejak tadi ditahan itu lolos juga. Raisa sudah tak mampu membendungnya lagi, dia mengusap kedua pipinya dengan kasar. Luka yang masih basah, kini semakin basah dengan hadirnya Rylan—pria yang tidak pernah ingin dia jumpai. Rylan adalah pria yang dirinya anggap sudah mati dan tak layak untuk diingat lagi.Raisa turun dari taksi usai tiba di lobby apartemennya, lalu tiba-tiba raut wajahnya terkejut melihat mantan tunangannya ada di hadapannya.“Raisa tunggu! Aku bisa jelaskan semuanya padamu!” seru Garry sambil menahan tangan Raisa.Raisa menepis kasar tangan pria itu. “Dan aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!”Garry tampak putus asa melihat kemarahan di wajah Raisa. “Raisa, dengarkan aku du

  • Oh, My Ex!   Bab 3. Kembali Bertemu dengan Masa Lalu

    Raisa mulai terusik saat matahari pagi mulai menyentuh wajahnya. Pun dia merasa sekujur tubuhnya terasa sakit, kepalanya juga terasa sangat berat. Dia menyentuh dahinya sambil memijatnya. Perlahan-lahan dia mulai membuka kedua matanya—mengedipkan kedua matanya beberapa kali, dia memperhatikan dirinya bukan berada di kamarnya. Lantas di mana ini? Raisa menoleh ke samping, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali dirinya dengan kondisi yang terlihat kacau.Seketika raut wajah Raisa berubah melihat banyak pakaian berserakan di lantai. Napasnya tercekat. Jantungnya berpacu tak karuan seakan ingin berhenti berdetak. Kepalanya semakin memberat. Dia menurunkan pandangannya, melihat tubuhnya telanjang tanpa memakai sehelai benang pun—hanya selimut tebal yang membalut tubuh. Dia menelan salivanya susah payah menatap banyak tanda kemerahan di payudaranya.Otak Raisa berusaha berpikir jernih. Namun, sayangnya dia benar-benar sangat kacau. Ingatan Raisa teringat akan kejadian kemarin. Kejadian yang

  • Oh, My Ex!   Bab 2. Aku Tidak Bisa Berhenti

    Mata biru Raisa sayu, menatap pria tampan yang sedang mengemudikan mobil. Jambang pria tampan itu tampak seksi. Hidungnya mancung menjulang melebihi bibir. Alis tebal serta bibir merah dan sedikit tebal benar-benar membuatnya terlihat rupawan. Raisa merasa malaikat telah mendatangkan Dewa tampan di sampingnya.“Tampan, wajahmu benar-benar tidak asing di mataku.” Raisa mendekati wajahnya ke wajah pria yang sedang mengemudikan mobilnya. Dia mengendus, mencoba mengingat aroma perfume yang tak asing di indra penciumannya itu.Pria tampan yang sedang mengemudikan mobil itu tak mengindahkan apa yang diucapkan oleh Raisa. Dia fokus melajukan mobil. Racauan Raisa sama sekali tidak didengarkan olehnya.“Hey, jawab aku. Apa kita saling mengenal? Aroma tubuhmu seperti pernah aku cium.” Dengan berani, Raisa kembali mencium rahang pria yang sudah menyelamatkannya dari pria hidung belang. Dia terlihat sangat agresif, ini semua karena pengaruh minuman alkohol yang entah sudah berapa banyak dia minum

  • Oh, My Ex!   Bab 1. Luka Hati

    Bandar Udara Internasional O'Hare, Chicago, Illinois, USA. Pesawat tujuan Melbourne—Chicago baru saja mendarat. Wanita cantik yang memiliki wajah oval itu terlihat sedang menarik koper berwarna hitam miliknya. Penampilannya yang sempurna selalu membuatnya terlihat sangat cantik.Raisa Marin, dia adalah wanita cantik yang baru saja kembali dari mengikuti pelatihan dari perusahaannya. Dia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan pada sang tunangan. Sudah lama tidak berjumpa membuat Raisa dilanda rasa rindu yang hebat.Raisa tersenyum saat dia bisa menikmati udara segar. Rambut pirang panjangnya terurai dengan bebas begitu memukau. Serta perpaduan manik mata birunya terlihat indah saat dia membuka kacamata hitam yang dikenakannya sejak tadi. Wanita cantik berdarah Indonesia dan Amerika itu memang memiliki paras yang sempurna. “Pasti Garry sangat terkejut, karena aku kembali lebih awal, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya,” gumam Raisa pada dirinya sendiri.Raisa memegang d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status