Rylan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meluncur di jalan raya yang sepi. Tampak Raisa duduk di kursi penumpang, gemetar dan tertekan oleh kecepatan mobil yang terlalu tinggi.
“Rylan, tolong berhenti! Kau membuatku takut!” teriak Raisa dengan suara histeris.
Rylan hanya menatap lurus ke depan, tanpa memberikan respons apa pun. Pria tampan itu terlalu terobsesi dengan keinginannya untuk membawa Raisa ke tempat yang sudah dia siapkan.
“Rylan, aku serius! Berhenti!” Raisa mencoba memohon lagi, tetapi Rylan tetap tidak menghiraukannya.
Mobil melaju masuk ke kelab tempat di mana Rylan sedang bertemu rekan bisnisnya, dan tempat Raisa menghabiskan waktu karena stress yang melanda. Pria tampan itu langsung membawa Raisa ke sebuah kamar yang ada di kelab malam itu, dan sudah dia pesan sebelumnya.
Raisa merasa semakin panik, tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementar Rylan membuka pintu mobil, dan menarik tangannya keluar dengan kasar. Pun dia hampir terjatuh karena kebingungan dan ketakutan.
“Rylan, apa yang kau lakukan?!” Raisa mencoba melawan, tetapi Rylan terlalu kuat baginya.
“Diamlah, Raisa. Aku tidak akan menyakitimu.” Tanpa menunggu jawaban Raisa, pria itu kembali menggendongnya, tapi kali ini bukan menggendong seperti memikul karung beras, melainkan menggendong ala bridal style.
Rylan membawa Raisa masuk ke dalam kelab malam, di mana ada kabar di sana. Lantas, dia menutup pintu di belakang mereka. Sementara Raisa merasa seperti dalam penjara, terkurung dalam ruang yang gelap dan mencekam.
“Rylan, tolong katakan padaku apa yang kau inginkan!” Raisa berteriak, tetapi Rylan hanya diam.
Rylan tak mengindahkan teriakan Raisa, dia mengambil ponselnya dan mulai menelepon seseorang. Tentu Raisa tidak bisa mendengar percakapan yang terjadi, tetapi wanita itu merasa semakin putus asa.
Setelah beberapa saat, Rylan akhirnya menutup teleponnya dan menatap Raisa dengan serius.
“Siapakah yang kau telepon?” tanya Raisa dengan nada dingin. “Apa yang kau inginkan? Lepaskan aku!” lanjutnya menegaskan.
“Raisa, tenanglah. Aku hanya ingin menjelaskan kesalahpahaman sebelumya.” Rylan menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, “Aku memanggil Elizabeth Yu.”
Raisa terkejut bercampur dengan bingung. “Elizabeth Yu? Siapa dia?”
“Karena kau membutuhkan penjelasan dari seseorang yang kau anggap sebagai pelacurku,” jawab Rylan dengan nada tajam.
“Aku tidak peduli kau ada di mana, atau mau bersama siapa!” Raisa menatap tajam ke arah Rylan, “Sekarang lepaskan aku! Aku mau pulang!”
Rylan menangkup wajah Raisa dengan lembut dan langsung mencium bibir wanita itu dengan cepat. Sontak tindakan Rylan membuat Raisa terbelalak terkejut mendapatkan ciuman itu.
“Hmppt!” Raisa memukuli dada bidang Rylan sekuat tenaga, tapi hasilnya nihil. Tetap tidak bisa ciuman itu terlepas.
Rylan tidak peduli, sekarang dia mengunci tangan Raisa dan sudah memastikan posisinya agar wanita itu tidak bisa menyerang. Dia mengulum bibir Raisa yang ranum, mulai melumatnya perlahan, dan mengubah ciuman paksa itu menjadi kecupan ringan.
Raisa merasa bahwa dia tidak bisa melawan. Berontak akan berujung sia-sia. Akhirnya wanita itu pasrah. Tepat di saat Rylan merasa Raisa sudah tenang, pria tampan itu baru melepaskan ciuman panas itu.
“Kita akan dengarkan penjelasan seseorang yang membuatmu salah paham.” Rylan tersenyum tipis.
“Aku benci padamu, Rylan!” Mata Raisa menatap tajam Rylan.
“Kau mau ciuman lagi?” Rylan tersenyum kecil, “Perlukah kucium lagi agar kau tenang seperti tadi?” tanyanya dengan nada menggoda.
Raisa terdiam, merengut kesal. Hal yang paling dia sesali adalah dirinya langsung berlari pergi saat bertemu dengan Rylan di kelab malam tadi. Tindakan yang dia lakukan pasti membuat Rylan sekarang menjadi percaya diri. Harusnya dia tak peduli. Sekarang, wanita itu seakan seperti terkena batunya sendiri.
Beberapa saat kemudian, ada ketukan di pintu. Rylan membuka, dan ada seorang wanita cantik berambut abu-abu panjang masuk. Wanita itu mengenakan gaun malam mini dengan tali spageti yang membentuk tubuh dan terlihat sangat seksi. Elizabeth Yu masuk ke dalam kamar dengan ekspresi serius.
“Ada apa, Rylan? Kau terdengar sangat terdesak dan buru-buru,” ucap Elizabeth Yu, memandang Rylan dengan heran.
Rylan menatap Raisa sebelum akhirnya beralih pada Elizabeth Yu dan menjelaskan, “Wanita di hadapanmu bernama Raisa Marin, dia memiliki kesalahpahaman tentang hubungan kita. Dia mengira kau adalah salah satu wanita yang menghangatkan ranjangku. Tolong jelaskan bahwa di antara kita tidak ada apapun, Nona Yu.”
Wanita cantik berambut abu-abu bernama Elizabeth Yu tersenyum. “Nona Marin, aku dan Rylan hanya teman dan rekan bisnis. Tidak ada hubungan khusus di antara kami. Kebetulan, aku meminta bertemu di kelab malam, karena aku jenuh bertemu dengan rekan bisnisku di restoran.”
Raisa menjadi salah tingkah, dan bingung untuk menjawab seperti apa. Hal yang dilakukannya sekarang hanyalah melukiskan senyuman samar. Dia menjadi sangat malu. Apalagi dia sudah menuduh wanita di depannya sebagai pelacur Rylan.
Elizabeth menatap Rylan. “Sekarang sudahku jelaskan pada Nona Marin. Apa aku boleh pergi sekarang, Rylan?”
Rylan mengangguk. “Terima kasih atas bantuanmu, Elizabeth.”
“Dengan senang hati.” Elizabet tersenyum, lalu melangkah pergi meninggalkan Rylan dan Raisa.
Setelah Elizabeth Yu pergi, Rylan tetap berada di dalam kamar dengan Raisa. Dia melihat wanita itu dengan ekspresi penuh kerinduan, tetapi Raisa langsung waspada.
“Apa lagi yang kau inginkan sekarang?!” ketus Raisa.
Rylan tidak banyak bicara, dia naik ke atas ranjang. Mengukung Raisa dengan tangan kekarnya. Pria tampan itu mendaratkan sebuah ciuman penuh kelembutan. Sontak tindakan Rylan membuat Raisa terkejut, tapi kedua tangan wanita itu kini sudah dicengkeram kuat oleh Rylan membuatnya tak bisa berkutik sama sekali. Terdengar sesahan halus lolos dari bibir Raisa di tengah ciumannya yang panas.
Rylan terus menggodanya. Lidahnya menelusup ke dalam mulut Raisa, mengeksplorasi lebih dalam lagi. Tanpa sadar Raisa membuka mulut, menyambut ciuman Rylan yang lembut dan menghanyutkan. Lantas, membawa pada kecupan-kecupan liar yang mulai membangkitkan hasrat.
Saat tangan Rylan beralih menangkup kedua payudara yang menggoda, lenguhan berikutnya lolos lagi dari bibir Raisa. Sepasang tangan wanita itu yang sudah tak lagi dicengkeram oleh Rylan, sekarang bergerak menahan sentuhan pria tampan itu. Raisa seperti masih menyisakan setitik logika untuk menyelamatkan diri.
“Raisa, lihatlah dirimu,” ucap Rylan sambil melepaskan ciumannya dari Raisa yang terbaring di tengah ranjang, di dalam dekapannya. “Kau masih begitu bergairah seperti dulu. Dan kau juga masih menginginkanku, kan?”
Raisa menatap Rylan dengan campuran perasaan antara marah dan kebingungan. Dia tidak ingin terjerumus dalam rayuan manisnya lagi. Saat itu, meski hanya sepersekian detik, rasanya kembali terlempar ke alam nyata.
“Dasar kurang ajar kau, Rylan! Apa yang kau lakukan padaku?!” seru Raisa dengan suara cukup keras, wanita itu langsung terbangun dan mendorong Rylan kuat-kuat. “Menyingkir dari atas tubuhku, sialan!”
“Bagaimana jika aku tidak mau?” Rylan tersenyum miring.
Raisa terlihat tidak senang, tapi detik berikutnya dia langsung mengadu kepalanya dengan Rylan.
Duak!
“Akh, Shit!” Rylan memekik pelan sambil memegangi kepalanya.
Raisa langsung bangkit dari ranjang. “Persetan dengan kemauanmu, Rylan Blackburn! Enyah kau dari hidupku! Aku tidak sudi melihatmu lagi!” serunya dengan nada kencang, lalu berlari pergi meninggalkan tempat itu.
Raisa berdiri di atas geladak yacht, tatapannya tajam menuju Rylan yang berdiri tidak jauh darinya. Udara sejuk perairan pantai North Avenue membelai wajah mereka, tetapi suasana di antara mereka terasa tegang.“Apa kau suka yacht-ku?” tanya Rylan seraya tersenyum samar menatap Raisa.“Kau ingin menyombongkan dirimu?” balas Raisa sinis.Rylan kembali tersenyum. “Well, tujuanku membawamu berlayar bukan karena ingin menyombongkan diri, tapi lebih karena aku ingin menepati janjiku padamu. Raisa, sekalipun ribuan kali kau bilang benci padaku, aku tahu kau tidak berubah. Kau adalah Raisa yang dulu aku kenal.”Raisa merasa dadanya berdesir. Dia tidak tahu apakah dia siap untuk memaafkan Rylan, tetapi kepingan memorinya teringat akan dirinya yang mengingat luka lamanya. Jika mengingat semua itu, membuatnya tak akan pernah mungkin bisa memaafkan Rylan.“Lupakan aku. Lupakan semua tentang kita,” balas Raisa tak mau menatap Rylan.“Bisa-bisanya kau memintaku melupakan tentangmu. Apa kau ingin l
Pelabuhan Yacht di Chicago adalah tempat di mana Rylan membawa Raisa. Tampak raut wajah Raisa berubah melihat Yacht mewah telah menunggu. Melihat kapal yang megah itu, membuat Raisa terkesima. Meskipun keluarga Raisa cukup berada, tapi membeli sebuah Yacht tentunya bukan hal mudah.“Ini kapal siapa?” tanya Raisa dingin, dan ketus.“Kapalku,” jawab Rylan datar, dan membawa Raisa masuk ke dalam kapal mewah itu.Raisa terkejut bercampur dengan bingung. “Kapalmu? Kau sedang tidak bercanda, kan?” tanyanya meminta penjelasan.Rylan menatap Raisa hangat. “Kau sangat mengenalku, Raisa.”Raisa tak bisa berkata-kata, dia memilih untuk diam seribu bahasa. Hal yang dia tahu Rylan tak punya Yacht. Pun pasti harga kapal mewah ini sangat mahal. Dari mana uang Rylan memberi kapal semewah ini? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benak Raisa, tapi dia memutuskan untuk tak melontarkan pertanyaan.Tak lama kemudian, mereka berlayar pergi dari pelabuhan, meninggalkan kota Chicago. Angin laut menyapu wajah m
Pagi menyapa, Raisa merasa sangat lelah. Beberapa kejadian belakangan telah menguras energi, dan dia berencana untuk menghabiskan waktu istirahat di apartemen. Namun, ketenangannya seketika terganggu saat bell apartemen berbunyi. Dia menghela napas dalam-dalam, tidak mengharapkan kedatangan siapa pun pada, tapi sepertinya semesta tidak mendukung dirinya untuk bersantai sejenak.Saat Raisa membuka pintu, dia terkejut melihat Garry Lawson, mantan tunangannya yang menjijikkan, berdiri di depannya dengan ekspresi penuh penyesalan serta menatapnya dengan penuh permohonan. Pria itu menyentuh tangan Raisa, tapi dengan cepat Raisa menepis kasar tangannya.“Untuk apa kau ke sini, Garry?!” seru Raisa dengan nada cukup tinggi.“Raisa, aku harus berbicara denganmu,” ucap Garry dengan suara lembut.Raisa menatap Garry dengan tatapan dingin, dan tajam. “Aku rasa pendengaranmu kurang bagus! Aku sudah bilang padamu, tidak ada lagi yang harus kita bahas! Hubungan kita sudah berakhir!”Garry menggeleng
Rylan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meluncur di jalan raya yang sepi. Tampak Raisa duduk di kursi penumpang, gemetar dan tertekan oleh kecepatan mobil yang terlalu tinggi.“Rylan, tolong berhenti! Kau membuatku takut!” teriak Raisa dengan suara histeris.Rylan hanya menatap lurus ke depan, tanpa memberikan respons apa pun. Pria tampan itu terlalu terobsesi dengan keinginannya untuk membawa Raisa ke tempat yang sudah dia siapkan.“Rylan, aku serius! Berhenti!” Raisa mencoba memohon lagi, tetapi Rylan tetap tidak menghiraukannya.Mobil melaju masuk ke kelab tempat di mana Rylan sedang bertemu rekan bisnisnya, dan tempat Raisa menghabiskan waktu karena stress yang melanda. Pria tampan itu langsung membawa Raisa ke sebuah kamar yang ada di kelab malam itu, dan sudah dia pesan sebelumnya.Raisa merasa semakin panik, tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementar Rylan membuka pintu mobil, dan menarik tangannya keluar dengan kasar. Pun dia hampir terjatuh karena
Keputusan besar yang Raisa ambil adalah pindah kerja. Dia sudah muak bertemu dengan Garry. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan pria berengsek itu. Tidak akan pernah dia mau mendengar penjelasan dari pria bajingan itu.Raisa bekerja di Lawson Group menjabat sebagai Direktur Marketing—yang mana Lawson Group adalah milik Garry. Bukan tak mau bersikap professional, tapi dia merasa sudah cukup untuk melihat Garry.Andai saja Garry berselingkuh dengan wanita lain, pasti hancurnya hati Raisa tidak akan seperti sekarang ini. Perselingkuhan calon suami dan adik kandungnya sendiri adalah hal yang paling menyakitkan. Sampai detik ini saja, dia enggan datang ke keluarganya. Pun dia menghindari telepon dari kedua orang tuanya.Pagi-pagi sekali Raisa sudah ada di kantor, rapi dengan pakaian formalnya, wanita cantik itu selalu terlihat elegant dan juga menawan. Blouse berwarna putih dengan pita besar di bagian dada, serta rok berwarna pink cerah berbentuk A-line itu membuat penampilan Raisa tampak me
Raisa pergi meninggalkan hotel dengan menggunakan taksi. Tadi dia dipaksa diantar Rylan, tapi dia menolak dengan tegas. Beruntung Rylan tidak memaksanya lagi. Sekarang tatapannya menatap keluar jendela—memperhatikan pemandangan di luar sana dengan tatapan mata kosongnya.Air mata yang sejak tadi ditahan itu lolos juga. Raisa sudah tak mampu membendungnya lagi, dia mengusap kedua pipinya dengan kasar. Luka yang masih basah, kini semakin basah dengan hadirnya Rylan—pria yang tidak pernah ingin dia jumpai. Rylan adalah pria yang dirinya anggap sudah mati dan tak layak untuk diingat lagi.Raisa turun dari taksi usai tiba lobi apartemennya, lalu tiba-tiba raut wajahnya terkejut melihat mantan tunangannya ada di hadapannya.“Raisa tunggu! Aku bisa jelaskan semuanya padamu!” seru Garry sambil menahan tangan Raisa.Raisa menepis kasar tangan pria itu. “Dan aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!” jawabnya keras.Garry tampak putus asa melihat kemarahan di wajah Raisa. “Raisa, denga