Beranda / Romansa / Oh, My Ex! / Bab 7. Pria Pemaksa

Share

Bab 7. Pria Pemaksa

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 01:05:37

Pagi menyapa, Raisa merasa sangat lelah. Beberapa kejadian belakangan telah menguras energi, dan dia berencana untuk menghabiskan waktu istirahat di apartemen. Namun, ketenangannya seketika terganggu saat bell apartemen berbunyi. Dia menghela napas dalam-dalam, tidak mengharapkan kedatangan siapa pun pada, tapi sepertinya semesta tidak mendukung dirinya untuk bersantai sejenak.

Saat Raisa membuka pintu, dia terkejut melihat Garry Lawson, mantan tunangannya yang menjijikkan, berdiri di depannya dengan ekspresi penuh penyesalan serta menatapnya dengan penuh permohonan. Pria itu menyentuh tangan Raisa, tapi dengan cepat Raisa menepis kasar tangannya.

“Untuk apa kau ke sini, Garry?!” seru Raisa dengan nada cukup tinggi.

“Raisa, aku harus berbicara denganmu,” ucap Garry dengan suara lembut.

Raisa menatap Garry dengan tatapan dingin, dan tajam. “Aku rasa pendengaranmu kurang bagus! Aku sudah bilang padamu, tidak ada lagi yang harus kita bahas! Hubungan kita sudah berakhir!”

Garry menggelengkan kepalanya tegas. “Raisa, aku memohon padamu. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya.”

Raisa merasa muak pada kehadiran Garry, dia langsung berkata tajam, “Apa yang ingin kau jelaskan? Kau ingin mengatakan kau puas dengan adikku? Atau kau ingin menjelaskan bahwa kau tidur dengan adikku dalam keadaan mabuk?”

“Raisa itu tidak seperti yang kau pikir, Sayang. Aku hanya mencintaimu.” Garry menatap Raisa dengan penuh permohonan.

Raisa tertawa sarkastis. “Cinta apa yang kau maksud, hah?! Jika kau mencintaiku, tidak mungkin kau akan tidur dengan adikku sendiri! Kau tahu, kau adalah pria paling menjijikkan yang pernah aku kenal dalam hidupku!”

Garry mencoba mendekati Raisa, tetapi wanita itu segera menghalanginya. “Raisa, aku menyesal atas semua yang terjadi. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Beri aku kesempatan kedua. Semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, bukan?”

“Kesempatan kedua untuk bajingan macam dirimu? Mimpi! Enyah kau dari hadapanku!” usir Raisa kasar.

Garry tetap bertahan. “Raisa, aku tidak akan pergi sebelum kau mendengarkan aku. Aku masih mencintaimu. Sangat mencintaimu.”

“Pergilah sebelum kesabaranku habis!” Raisa benar-benar emosi, dan kesabarannya sudah habis, “Kau tidak tahu malu, Garry! Aku akan melaporkanmu ke polisi, jika kau tidak pergi sekarang juga!”

Namun, alih-alih ketakutan, malah Garry justru mengancam balik, “Apa kau benar-benar ingin mengambil risiko, Raisa? Aku punya cara untuk membuat hidupmu berantakan jika kau tetap keras kepala!”

Raisa terkejut mendengar ancaman yang lolos dari Garry. “Kau mencoba mengintimidasiku?” jawabnya kesal.

Garry tersenyum sinis, penuh kemenangan. “Kau tahu bahwa aku memiliki banyak pengaruh. Aku bisa menghalangi kariermu, membuatmu dipecat, atau bahkan mengganggu keluargamu. Jadi, lebih baik kau pikirkan baik-baik sebelum bertindak terlalu keras padaku.”

Raut wajah Raisa berubah. Sepasang iris mata birunya menajam. Tangan wanita itu mengepal kuat. Hatinya penuh kemarahan mendapatkan ancaman. Dia paling benci diancam seperti ini, seakan dirinya berada di posisi terendah atau paling lemah. Tidak akan, Raisa bukan orang lemah.

“Kau pikir aku takut pada ancamanmu, Garry?” balas Raisa dengan sorot mata tajamnya pada Garry.

Garry hanya mengangkat bahu. “Well, siapa tahu keluarga Marin akan hancur karena putri tertua mereka yang egois.”

Saat Garry terus mengancam Raisa dengan nada penuh penekanan, tiba-tiba suasana di depan apartemen berubah drastis. 

“Aku baru tahu ada seorang pria yang mengancam seorang wanita. Benar-benar tidak tahu malu.” Suara berat menginterupsi percakapan sengit antara Raisa dan Garry.

Sebuah aura intimidasi yang lebih kuat memenuhi sekitar, dan Garry merasa sesuatu yang mencekam dari belakangnya. Tanpa harus berpaling, dia merasakan kehadiran seseorang yang membuatnya merasa tak nyaman. Detik selanjutnya, dia mulai mengalihkan pandangannya, menatap pria asing yang selalu mengganggunya.

“Siapa kau sebenarnya?” Tatapan mata Garry menajam menatap pria asing yang baru saja datang. Dia tak mungkin lupa akan kejadian di lobi apartemen Raisa tempo hari. Pria asing di depannya ini berani ikut campur urusannya dengan Raisa.

Tubuh Raisa mematung, dengan pancaran mata terkejut melihat Rylan datang. Dia sudah berkali-kali meminta pria itu untuk tak mengusik hidupnya lagi, tapi sepertinya pria itu tak jauh beda dengan Garry. Sama-sama keras kepala. Hanya bedanya setiap kali Raisa melihat Garry, sangat menjijikkan. Sementara melihat Rylan membuat hatinya terasa sesak, mengingat luka yang dulu pernah pria itu torehkan padanya.

Rylan, yang datang dengan langkah mantap, melangkah maju ke depan Raisa dengan penuh keyakinan. “Aku adalah seseorang yang bisa menghancurkanmu dalam sekejap, Garry Lawson. Jadi, lebih baik kau berpikir dua kali sebelum mengancam Raisa.”

Garry mendelik, mencoba mempertahankan wibawanya. “Siapa kau untuk mengatakan hal-hal seperti itu? Apa kau pikir kau bisa mengancamku?”

Rylan menatap Garry dengan tatapan tajam, dan tegas. “Aku tidak mengancammu, Garry. Kau memang berada di balik kekuatan Lawson Group, tapi kau tidak tahu apa yang bisa kulakukan pada Lawson Group yang kecil itu. Jangan coba-coba lagi mendekati Raisa atau membuatnya menderita. Jika kau mengusik kehidupan Raisa, maka jangan salahkanku yang pasti akan menghancurkanmu, beserta semua yang kau bangun selama ini.”

Garry terdiam, merenungkan ancaman yang baru saja didengarnya. Entah kenapa dia merasa bahwa Rylan bukan lawan yang bisa dianggap enteng. Kebingungannya tak berlangsung lama, karena Rylan kemudian mencengkeram kerahnya dan menatap Garry semakin tajam.

“Dengar baik-baik, Lawson Sialan. Raisa sekarang adalah kekasihku. Jangan pernah kau ganggu dia!” ucap Rylan dengan tegas.

“Raisa kekasihmu? Omong kosong! Tidak mungkin!” Garry berusaha melepaskan cengkeraman tangan Rylan di kerah bajunya, tapi sayangnya pria itu semakin kuat mencengkeram kerah baju Garry.

“Kau masih tidak percaya? Sekarang gunakan otakmu yang bodoh itu, jika aku bukan kekasih Raisa, untuk apa aku terus mendatanginya?” balas Rylan telak, dan sukses membuat aura wajah Garry menunjukkan kemarahannya. 

“Kau—” Tangan Garry mengepal kuat, menahan emosi.

“Enyah dari hadapanku sekarang, sebelum aku memanggil orang-orangku untuk menghabisimu,” desis Rylan penuh ancaman tak main-main.

Kata-kata itu membuat Garry terdiam sejenak, matanya memancarkan kekesalan. Namun, dia tidak punya pilihan selain berbalik dan pergi dengan langkah berat. Ya, pria itu yakin akan kalah jika Rylan membawa pengawal.  Sebelum melangkah keluar dari pintu, Garry masih sempat mengancam Raisa sekali lagi.

“Urusan kita belum selesai, Raisa. Aku akan kembali lagi,” ucap Garry sambil melemparkan pandangan tajam ke arah Raisa.

Setelah Garry pergi, Raisa merasa lega, tapi juga cemas. Wanita cantik itu kini menatap sosok Rylan yang kini berada di depan pintu. Urusan Garry sedikit bisa teratasi, tinggal Rylan yang sangat keras kepala.

“Apa lagi yang kau inginkan, Rylan?” Raisa bersedekap, “Tidak tahukah kau betapa penatnya diriku, karena melihatmu saat ini?!” Raisa hampir menutup pintu, tapi Rylan menahan pintu dengan tangan kekar pria itu.

Rylan tersenyum miring. “Seharusnya kau mempersilakan kekasihmu masuk, Sayang. Bukankah aku sudah membantumu?”

Raisa memutar bola matanya malas. “Pergilah, Rylan! Jangan ganggu aku!”

Saat Rylan melihat betapa lelahnya Raisa, keputusannya sudah bulat. Tanpa ragu, dia membuka paksa pintu apartemen Raisa dan masuk begitu saja. Pria tampan itu seakan sudah sangat terbiasa di apartemen Raisa.

“Kau butuh istirahat, Raisa. Ikutlah denganku. Aku akan membawamu pergi.” Rylan berbicara dengan percaya diri, “Hari ini aku akan menculikmu.”

Raisa menatap Rylan dengan campuran antara kebingungan dan ketidakpercayaan. “Menculikku? Apa maksudmu?” tanyanya meminta penjelasan.

Rylan tersenyum, matanya bersinar dengan semangat yang membara. “Ya, menculikmu. Aku akan membawamu ke tempat yang bisa membuatmu merasa lebih baik,” jawabnya tenang.

Raisa menghela napas kasar. “Pergilah, Rylan. Jangan ganggu aku. Hidupku sudah lelah, aku tidak mau kau buat tambah lelah lagi.”

“Baiklah, karena kau menolak, maka jangan salahkan aku memaksamu.” Tanpa banyak bicara, Rylan menarik tangan Raisa keluar dari apartemennya.

“Hey, Rylan! Lepaskan aku!” Raisa sempat berontak, tapi pria itu terus menarik tangan Raisa.

Raisa mengumpat mendapatkan paksaan dari Rylan. Sekeras apa pun dia berusaha untuk lepas, sepertinya tidak mudah. Tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Rrylan. Akhirnya yang dilakukannya adalah pasrah.

Raisa kini memilih untuk membiarkan Rylan menarik tangannya. Dia sudah tak lagi berontak. Sebab, berontak hanya percuma jika Rylan sudah memaksa dirinya. Entah ke mana pria itu akan membawanya. Sudah berkali-kali dia meminta Rylan enyah dari hidupnya, tapi sepertinya permintaannya sama sekali tidak digubris oleh pria itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Oh, My Ex!   Bab 9. Jangan Berbuat Macam-Macam!

    Raisa berdiri di atas geladak yacht, tatapannya tajam menuju Rylan yang berdiri tidak jauh darinya. Udara sejuk perairan pantai North Avenue membelai wajah mereka, tetapi suasana di antara mereka terasa tegang.“Apa kau suka yacht-ku?” tanya Rylan seraya tersenyum samar menatap Raisa.“Kau ingin menyombongkan dirimu?” balas Raisa sinis.Rylan kembali tersenyum. “Well, tujuanku membawamu berlayar bukan karena ingin menyombongkan diri, tapi lebih karena aku ingin menepati janjiku padamu. Raisa, sekalipun ribuan kali kau bilang benci padaku, aku tahu kau tidak berubah. Kau adalah Raisa yang dulu aku kenal.”Raisa merasa dadanya berdesir. Dia tidak tahu apakah dia siap untuk memaafkan Rylan, tetapi kepingan memorinya teringat akan dirinya yang mengingat luka lamanya. Jika mengingat semua itu, membuatnya tak akan pernah mungkin bisa memaafkan Rylan.“Lupakan aku. Lupakan semua tentang kita,” balas Raisa tak mau menatap Rylan.“Bisa-bisanya kau memintaku melupakan tentangmu. Apa kau ingin l

  • Oh, My Ex!   Bab 8. Tergila-gila Padamu

    Pelabuhan Yacht di Chicago adalah tempat di mana Rylan membawa Raisa. Tampak raut wajah Raisa berubah melihat Yacht mewah telah menunggu. Melihat kapal yang megah itu, membuat Raisa terkesima. Meskipun keluarga Raisa cukup berada, tapi membeli sebuah Yacht tentunya bukan hal mudah.“Ini kapal siapa?” tanya Raisa dingin, dan ketus.“Kapalku,” jawab Rylan datar, dan membawa Raisa masuk ke dalam kapal mewah itu.Raisa terkejut bercampur dengan bingung. “Kapalmu? Kau sedang tidak bercanda, kan?” tanyanya meminta penjelasan.Rylan menatap Raisa hangat. “Kau sangat mengenalku, Raisa.”Raisa tak bisa berkata-kata, dia memilih untuk diam seribu bahasa. Hal yang dia tahu Rylan tak punya Yacht. Pun pasti harga kapal mewah ini sangat mahal. Dari mana uang Rylan memberi kapal semewah ini? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benak Raisa, tapi dia memutuskan untuk tak melontarkan pertanyaan.Tak lama kemudian, mereka berlayar pergi dari pelabuhan, meninggalkan kota Chicago. Angin laut menyapu wajah m

  • Oh, My Ex!   Bab 7. Pria Pemaksa

    Pagi menyapa, Raisa merasa sangat lelah. Beberapa kejadian belakangan telah menguras energi, dan dia berencana untuk menghabiskan waktu istirahat di apartemen. Namun, ketenangannya seketika terganggu saat bell apartemen berbunyi. Dia menghela napas dalam-dalam, tidak mengharapkan kedatangan siapa pun pada, tapi sepertinya semesta tidak mendukung dirinya untuk bersantai sejenak.Saat Raisa membuka pintu, dia terkejut melihat Garry Lawson, mantan tunangannya yang menjijikkan, berdiri di depannya dengan ekspresi penuh penyesalan serta menatapnya dengan penuh permohonan. Pria itu menyentuh tangan Raisa, tapi dengan cepat Raisa menepis kasar tangannya.“Untuk apa kau ke sini, Garry?!” seru Raisa dengan nada cukup tinggi.“Raisa, aku harus berbicara denganmu,” ucap Garry dengan suara lembut.Raisa menatap Garry dengan tatapan dingin, dan tajam. “Aku rasa pendengaranmu kurang bagus! Aku sudah bilang padamu, tidak ada lagi yang harus kita bahas! Hubungan kita sudah berakhir!”Garry menggeleng

  • Oh, My Ex!   Bab 6. Enyah Kau Dari Hidupku!

    Rylan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meluncur di jalan raya yang sepi. Tampak Raisa duduk di kursi penumpang, gemetar dan tertekan oleh kecepatan mobil yang terlalu tinggi.“Rylan, tolong berhenti! Kau membuatku takut!” teriak Raisa dengan suara histeris.Rylan hanya menatap lurus ke depan, tanpa memberikan respons apa pun. Pria tampan itu terlalu terobsesi dengan keinginannya untuk membawa Raisa ke tempat yang sudah dia siapkan.“Rylan, aku serius! Berhenti!” Raisa mencoba memohon lagi, tetapi Rylan tetap tidak menghiraukannya.Mobil melaju masuk ke kelab tempat di mana Rylan sedang bertemu rekan bisnisnya, dan tempat Raisa menghabiskan waktu karena stress yang melanda. Pria tampan itu langsung membawa Raisa ke sebuah kamar yang ada di kelab malam itu, dan sudah dia pesan sebelumnya.Raisa merasa semakin panik, tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementar Rylan membuka pintu mobil, dan menarik tangannya keluar dengan kasar. Pun dia hampir terjatuh karena

  • Oh, My Ex!   Bab 5. Kesalahpahaman

    Keputusan besar yang Raisa ambil adalah pindah kerja. Dia sudah muak bertemu dengan Garry. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan pria berengsek itu. Tidak akan pernah dia mau mendengar penjelasan dari pria bajingan itu.Raisa bekerja di Lawson Group menjabat sebagai Direktur Marketing—yang mana Lawson Group adalah milik Garry. Bukan tak mau bersikap professional, tapi dia merasa sudah cukup untuk melihat Garry.Andai saja Garry berselingkuh dengan wanita lain, pasti hancurnya hati Raisa tidak akan seperti sekarang ini. Perselingkuhan calon suami dan adik kandungnya sendiri adalah hal yang paling menyakitkan. Sampai detik ini saja, dia enggan datang ke keluarganya. Pun dia menghindari telepon dari kedua orang tuanya.Pagi-pagi sekali Raisa sudah ada di kantor, rapi dengan pakaian formalnya, wanita cantik itu selalu terlihat elegant dan juga menawan. Blouse berwarna putih dengan pita besar di bagian dada, serta rok berwarna pink cerah berbentuk A-line itu membuat penampilan Raisa tampak me

  • Oh, My Ex!   Bab 4. Masih Menyimpan Kenangan

    Raisa pergi meninggalkan hotel dengan menggunakan taksi. Tadi dia dipaksa diantar Rylan, tapi dia menolak dengan tegas. Beruntung Rylan tidak memaksanya lagi. Sekarang tatapannya menatap keluar jendela—memperhatikan pemandangan di luar sana dengan tatapan mata kosongnya.Air mata yang sejak tadi ditahan itu lolos juga. Raisa sudah tak mampu membendungnya lagi, dia mengusap kedua pipinya dengan kasar. Luka yang masih basah, kini semakin basah dengan hadirnya Rylan—pria yang tidak pernah ingin dia jumpai. Rylan adalah pria yang dirinya anggap sudah mati dan tak layak untuk diingat lagi.Raisa turun dari taksi usai tiba lobi apartemennya, lalu tiba-tiba raut wajahnya terkejut melihat mantan tunangannya ada di hadapannya.“Raisa tunggu! Aku bisa jelaskan semuanya padamu!” seru Garry sambil menahan tangan Raisa.Raisa menepis kasar tangan pria itu. “Dan aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!” jawabnya keras.Garry tampak putus asa melihat kemarahan di wajah Raisa. “Raisa, denga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status