Share

Om Duda!
Om Duda!
Penulis: Anaa

Chapter 1: Mommy?

"Mommy!"

Seorang bocah laki-laki tiba-tiba saja sudah menarik-narik celana kulot yang dipakai oleh seorang gadis yang sedang sibuk memakan es krim miliknya.

Gadis yang masih berusia 20 tahun, dan duduk di bangku kuliah semester tujuh itu membelalakkan matanya menatap bocah itu, sedangkan tiga sahabatnya saling menatap lalu tertawa karena gadis tiba-tiba saja dipanngil 'Mommy' oleh bocah laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Hey, aku bukan Mommy kamu."

"Mommy, es krim!" ucapnya memandang berbinar ke arah tangan gadis itu yang sedang memegang es krim.

"Hn? Anak siapa nih?!" Gadis cantik yang memiliki tubuh kecil, netra berwarna coklat, bibir juga hidung mungil, serta kulit putih itu terlihat gelagapan. Karena tiba-tiba ada bocah laki-laki yang menghampirinya, bahkan memanggilnya 'Mommy'

"Anak kamu lah! Wayo Sya, anak sama siapa?"

"Astaga! Emang aku keliatan udah ibu-ibu apa?"

"Mommy!”

Rengekannya kembali terdengar, kali ini mata bocah itu sudah berkaca-kaca, menampilkan puppy eyesnya.

"Sstt, eum iya ini—" Disya memangku bocah kecil itu, lalu dia memberikan es krim yang sedang dipegangnya. Disya merasa kasihan ketika bocah itu merengek—dan wajah lucunya—ah mana mungkin Disya setega itu untuk tidak memberikan es krim miliknya?

"Makasih Mom," ucapnya mencium pipi kanan Disya. Gadis itu langsung membelalakkan matanya, begitu juga dengan ketiga sahabatnya.

"Astaga! Beneran anak kamu Sya?" pekik Alya, salah satu sahabat Disya yang sedang duduk di sampingnya.

Disya menggeleng cepat. Sahabatnya dan ia celingukan menatap sekeliling caffe. Namun, sepertinya tidak ada yang kehilangan anaknya, semuanya terlihat biasa. Ada yang mengobrol, fokus dengan laptop, atau ponselnya. Di antara mereka tidak ada yang berekspresi seperti kehilangan anaknya.

"Kai, Daddy mencarimu kemana-mana. Daddy sudah bilang 'kan tunggu Daddy," seorang lelaki menghampiri meja mereka dengan gurat khawatir tampak jelas di wajahnya menatap bocah laki-laki yang ada dipangkuan Disya.

Disya yang melihat lelaki di depannya langsung menatapnya tanpa berkedip, saking Disya terpesona dengan lelaki itu, mulutnya sampai sedikit menganga. Lelaki di depannya sangat tampan, hidung mancung, halis tebal, bola mata berwarna hazel, rahang tegas, juga kulit putihnya.

Semuanya terlihat sempurna!

"Sya, mulut kamu!" bisik Alya, menyikut lengan Disya untuk kembali menyadarkan gadis disampingnya.

Disya menggeleng pelan, mengatupkan bibirnya segera, lalu berdehem kecil untuk kembali bersikap normal.

"Dan kenapa kamu memakan es krim? Daddy melarangnya bukan?" Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah Disya, lalu menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kamu yang kasih?" ketusnya.

"Hah?" Disya cengo.

Yang benar saja? Bocah laki-laki ini yang tiba-tiba datang dan memanggil Disya dengan sebutan 'Mommy' dan dia juga yang meminta es krimnya, Disya tidak bisa menolaknya bukan? Bisa saja dia menangis nanti, lalu apa kata orang-orang? Bukankan orang-orang akan menatapnya sinis karena membuat seorang bocah menangis yang bisa saja tangisannya akan membuat para pengunjung merasa terganggu?

Kenapa juga lelaki itu seperti memarahi Disya?

Mengambil es krim yang sedang dipegang bocah laki-laki yang di ketahui bernama Kai, lalu menyimpannya kembali di atas meja. "Ayo kita pulang!" ajak lelaki jangkung yang masih berdiri di dekat meja Disya.

Kai memanyunkan bibirnya lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Dia malah melingkarkan lengannya di leher Disya, memeluknya erat.

"Ayo Kai!" Lelaki itu masih mencoba membujuk Kai.

"Mommy," rengek Kai menelusupkan wajahnya di dada Disya. Tangan Disya dengan refleks mengusap kepala bocah laki-laki itu lembut.

"Tidak Kai, dia bukan Mommy." Lelaki tampan itu mencoba memangku Kai dari pangkuan Disya, namun Kai tetap tidak mau melepaskan pelukannya.

Semua pengunjung caffe kini menatap ke arah meja mereka, seolah ingin tau apa yang sedang terjadi. Jelas saja beberapa pengunjung yang rasa ingin tahunya tinggi itu memperhatikan mereka. Tidak ada yang bisa ketiga sahabat Disya lakukan selain ikut menonton memperhatikan.

"Dadd—eum... maksudnya Pak, biarin aja Kai di sini sama saya, ngga papa kok."

"Tidak! kami harus pulang!"

"Ayo!" Disya menganguk semangat, lalu dia berdiri dari duduknya. Lagi-lagi ketiga sahabatnya melongo melihat tingkah Disya, begitu juga dengan lelaki itu. "Saya sama Kai, bukan saya, Kai, sama kamu!" ketusnya dengan nada tidak bersahabat sama sekali, tatapan tajam yang sedari tadi tertuju pada Disya bahkan tidak luntur juga sampai detik ini. Seolah lelaki itu memang tidak suka dengan Disya.

"Devan!"

Lelaki tampan itu menoleh, seoarang perempuan paruh baya berjalan dengan langkah cepat menghampiri meja mereka.

"Oma!"

"Mommy." Kai memeluk leher Disya erat, seolah ia memberi tahu kepada perempuan paruh baya yang sudah berdiri di samping lelaki jangkung itu, bahwa Disya adalah Mommynya.

"Hah?" Maya—nama perempuan paruh baya itu terlihat melebarkan matanya mendengar ucapan Kai. Menatap Disya lalu menggeleng pelan. "Tidak, Kai. Ini bukan Mommy," lanjutnya kembali menatap Kai.

Maya akhirnya membujuk Kai untuk turun dari gendongan Disya, ia juga meminta maaf kepada Disya karena ulah Kai yang mengira ia Mommynya. Setelah sekian lama dibujuk, akhirnya Kai mau melepaskan diri dari Disya. Walaupun harus dibohongi jika nanti mereka akan bertemu lagi.

Disya berjinjit mendekatkan wajahnya ke telinga Devan. "Daddy," bisik Disya lalu menampilkan senyumnya.

"Ck! Gadis kecil!" cibirnya menatap Disya tajam, lalu dia berjalan menyusul Maya juga Kai yang sudah keluar dari caffe.

Disya langsung terduduk kembali di kursinya lalu dia memegang dadanya.

"Ganteng banget!" pekik Disya heboh.

"Aku siap jadi Mommy kamu Kai," ucap Disya lagi.

"Fix! Aku harus ketemu lagi sama Kai, kalo perlu aku culik dia. Biar Daddynya jadi suami aku!"

"Setres! Kalo dia udah punya istri gimana?" tanya Fani yang membuat Disya langsung terdiam untuk sesaat. Sedikit menyadarkan Disya juga tentang ucapan dan niatnya yang akan menjadikan Devan suaminya.

Disya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lalu memejamkan kedua matanya, sedikit membenarkan posisi duduknya, lalu menengadahkan kedua tangannya di depan dada. "Ya Tuhan! Jodohkanlah hamba dengan Pak Devan, kalo Pak Devan masih ada istri, bunuh saja istrinya!"

"Astaga, Disya omongan kamu ih!" pekik ketiga sahabatnya berbarengan. Mereka tentu saja syok mendengar ucapan sembarangan yang diucapkan Disya beberapa detik yang lalu.

"Sejak kapan kamu jadi suka sama om-om hah?!" tanya Yumna, mengernyitkan keningnya melirik Disya. Tidak salah 'kan ucapannya yang mengatakan lelaki bernama Devan yang baru beberapa menit yang lalu meninggalkan caffe itu disebut om-om? Usianya jelas pasti sangat jauh dengan mereka.

"Sejak hari ini!"

~✧✧✧~

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fie
ceritanya mirip sama "Hello Mommy" beda nama dan profesi mommy nya......️
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
ceritanya menarik..
goodnovel comment avatar
DG RUSNAH IBRAHIM
hahahahahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status