Share

3. Trap

Author: Yellowflies
last update Last Updated: 2023-07-09 16:28:26

Suara Assa terdengar seperti sebuah rayuan manis dari penyair yang  membaca setiap untaian kata-kata cinta yang melenakan hati pendengarnya. Rupa parasnya seperti lukisan nyata yang dicipta seniman paling handal di muka bumi. Senyum tipisnya serupa Oase di tengah gurun.

Alyssa terpana untuk sesaat, tapi seluruh kewarasannya kembali membawa Alyssa berpijak pada kenyataan bahwa tujuannya menemui Assa adalah untuk membereskan hutang-hutang ayahnya.

“Se-selamat pagi Tuan,” balas Alyssa dengan terbata-bata.

Assa tersenyum tipis melihat kegugupan Alyssa. “Duduklah, kita bicarakan apa yang ingin kau sampaikan sambil sarapan.”

Alyssa setuju, dan Helga segera menarik kursi untuk Alyssa duduk berhadapan dengan Assa. Setelahnya Helga menepuk tangannya, lalu beberapa pelayan datang membawakan sarapan untuk mereka. Lagi-lagi Alyssa dibuat takjub dengan tempat yang sekarang diinjaknya.

Aneka makanan untuk sarapan tersaji. Alyssa disuguhi wafel dengan taburan gula halus, madu dan juga potongan strawberry. Meski perutnya terasa lapar, tapi Alyssa tampak tidak begitu berselera. Dalam pikirannya dia ingin segera menyelesaikan semuanya segera.

“Dari semalam saya memikirkan semua kejanggalan di sini. Sambutan terhadap saya terlalu berlebihan. Apakah Anda sudah mengetahui bahwa saya akan datang ke tempat ini?”

Assa mengangguk. “Benar.”

“Baik kalau begitu saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tujuan saya datang ke sini. Hanya saja kenapa ayah meminta saya untuk datang menemui Anda dalam urusan hutangnya?”

“Karena saya atasannya.”

“Dan Anda setuju melunasi hutang ayah begitu saja? Saya tidak yakin.”

Pertanyaan itu kini mengubah raut wajah Assa yang ramah menjadi misterius. Senyum yang tercipta adalah senyum yang berhasil membuat Alyssa ngeri menatapnya. Assa duduk tegak menatap Alyssa dengan sorot mata tajam. Biru bola matanya seperti lautan yang tenang, tapi sangat dalam dan mampu menenggelamkan siapapun tanpa bisa kembali ke permukaan.

“Seperti yang kamu tahu bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini.”

“Ma-maksud Anda?”

“Kamu tentu tahu bahwa ayahmu itu gemar sekali bermain judi. Dia kalah saat melawan musuhnya. Lalu dia datang meminta bantuan saya, tapi dia tidak mempunyai apa-apa sebagai jaminannya, jadi saya tidak melunasi hutang-hutangnya dengan segera. Itu sebabnya para penagih hutang itu datang ke rumahmu.”

Alyssa mendengarkan dengan baik, menunggu Assa melanjutkan kalimatnya, tapi pria itu justru makan dengan tenangnya. Alyssa menghela nafas, dia kembali mengajukan pertanyaan.

“Anda tahu siapa para penagih hutang itu?”

“Tentu saja. Mereka adalah orang suruhan saingan bisnisku. Kemarin siang ayahmu menghubungiku dan menjadikan dirimu sebagai jaminannya, tapi dia sadar kau tidak akan mau jika langsung berterus terang. Itulah sebabnya dia menulis surat yang mengarahkanmu datang ke tempat ini,  Alyssa.”

Sekarang semuanya jadi masuk akal. “Jika saya adalah jaminan, lalu apa yang akan Anda lakukan terhadap saya?”

“Mengurungmu di tempat ini sampai ayahmu kembali.”

Alyssa teringat semalam dia melihat ayahnya. “Ke mana ayah saya pergi?”

“Itu rahasia.”

“Saya anaknya. Apa tidak boleh tahu?”

“Sejak kapan kau menjadi anaknya, Alyssa?”

Pertanyaan Assa membuat Alyssa termenung kembali pada kisah yang lalu. Samuel Moore tak pernah menganggapnya seorang anak. Pertanyaan Assa membuat ulu hatinya terasa perih.

“Tapi dia tetap ayah saya.”

“Tidak ada seorang ayah yang menjadikan anaknya sebuah jaminan."

Lagi-lagi Assa menghantam dengan kenyataan tentang ayahnya. “Tapi Anda tidak bisa menahan  saya di sini tanpa persetujuan dari saya.”

“Saya tidak perlu persetujuan kamu.”

“Saya tidak akan tinggal di sini!” Alyssa membanting garpu di tangannya, lalu mendorong kursi dan berdiri. “Anda tidak bisa mengatur hidup seseorang hanya karena sebuah hutang.”

Assa hanya tersenyum, kembali makan dengan tenang dan membiarkan Alyssa berlalu. Gadis itu melepas alas kakinya, berjalan menuju kamar yang semalam ditempatinya untuk mengambil tasnya. Tidak akan berlama-lama dia berada di tempat asing itu. Walaupun menyuguhkan kemewahan tapi, Alyssa tidak merasa nyaman.

“Sialan! Aku bukan boneka yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab, ataupun oleh ayahku sendiri.”

Alyssa menggerutu masuk ke kamar dan segera mengganti pakaiannya. Begitu selesai Alyssa keluar dari kamar. Ranselnya kembali tersampir di punggung. Saat melewati meja makan, Alyssa melihat Assa yang masih duduk tenang menghabiskan sarapannya. Tak ada yang melarang Alyssa keluar dari mansions itu.

Sampai di keluar dan berjalan menuju gerbang yang terasa sangat jauh, semua pengawal yang dilewatinya hanya diam membiarkan Alyssa melangkah. Hanya saja tiba-tiba Alyssa merasa dirinya sangat pusing. Perutnya terasa sakit, rasa mual menjalar seiring dengan kepalanya yang berdenyut hebat dan semua gelap. Alyssa ambruk begitu saja tanpa sempat ada yang menahannya.

***

Sayup-sayup alunan Greensleeves menyapa pendengaran Alyssa. Di tengah-tengah kepalanya yang terasa berat suara piano itu mendamaikan hatinya. Pandangannya sedikit mengabur, belum sempurna benar sadarnya. sejenak Alyssa terdiam, menyelami setiap simfoni yang masih mengalun.

Alyssa mengumpulkan kesadaran. Matanya memindai ke sisi, lalu sedikit beranjak dari tidurnya melihat ke segala ruang. Kamar yang terlampau luas untuk bisa dijelajahi. Sadar kini Alyssa bahwa tangannya ditusuk jarum infus. Dalam satu tarikan nafas jarum itu ditarik lepas dari tangannya.

kakinya dibawa turun menapaki karpet hangat di bawah tempat tidur. Kaki telanjangnya terasa hangat begitu menyentuh karpet serupa darah yang mengering itu. Jelas ini adalah kamar yang berbeda. Suara piano menuntun Alyssa keluar dari kamar mencari dari mana alunan nada indah itu berasal.

Kepala Alyssa kembali berdenyut, nyaris limbung dirinya. Alyssa berpegangan pada anak tangga. Satu persatu dituruninya. Setiap anak tangga dilapisi karpet yang bagian tepi kiri dan kanannya disulam benang emas. Semakin Alyssa turun, semakin jelas suara piano terdengar di telinga.

Di sana, di tengah ruangan Assa duduk bermain piano seperti seorang yang bersahabat dengan pianonya. Dilihat dari sisi, mata Alyssa menangkap kesempurnaan rupa Assa. hidungnya tajam melekuk tanpa cela. Tubuh dalam balutan jas itu piawai mengikuti setiap alunan lagu yang dibawakannya.

Alyssa mendekat, berdiri di sisi piano. “Saya di mana?”

Pertanyaan Alyssa menghentikan permainan Assa. Pria itu menatap Alyssa tenang. “Kau seharusnya tetap di tempat tidur.”

“Saya terbangun karena permainan pianomu yang buruk.”

Assa tersenyum. “Benarkah? Padahal gadis-gadis begitu memuja permainan pianoku.”

“Saya tidak.”

“Ya benar. Alyssa tidak,” Assa berdiri menyejajarkan posisinya dengan Alyssa walaupun tetap Assa jauh lebih tinggi. “Alyssa yang manis ini tengah marah rupanya.”

“Tolong lepaskan saya.”

“Tidak dengan kondisi yang sekarang.”

Sial! Alyssa merasakan kembali denyutan hebat di kepalanya. Tubuhnya sedikit terhuyung tapi, tangan kekar Assa meraih pinggangnya lebih cepat. Menahan Alyssa agar tidak terjatuh menyentuh lantai marmer berharga ratusan juta itu.

“Lepaskan saya,” pinta Alyssa lemah. “Saya mohon.”

Assa lebih memilih membopong Alyssa dengan tangan-tangan kekarnya. Tak peduli pada pukulan lemah yang Alyssa layangkan pada dadanya. “Diamlah! Alyssa, kalau tidak kau bisa jatuh.”

Tenaga Alyssa tak sebanding, meski ingin memberontak kuat, tapi kondisinya jelas tidak mendukung. Alyssa berpasrah ketika Assa membawanya kembali ke kamar. Meletakkannya dengan hati-hati ke tempat tidur.

“Saya ingin pulang,” lirihnya lagi.

“Di sini rumahmu, Alyssa,” balas Assa sebelum menjauhkan diri dari Alyssa. Pria itu merogoh ponselnya menghubungi seseorang.

Alyssa tersadar dirinya kini sudah terjebak.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • On CEO's Bed   147. Ending

    Kabar kelahiran putra dari Assa Zachary meramaikan media berita dan menjadi trending topic utama di kota London. Bahkan kabar tersebut sampai ke telinga Eliot dan Alfredo yang berada di penjara, dua pria itu meratapi nasibnya yang nelangsa. Mungkin baru terasa Setelah sekian lama berbuat jahat lalu menerima hukuman dari Tuhan. Proses keadilan benar-benar berjalan dengan baik tidak ada satupun yang menyalahi aturan atau melanggar keadilan itu sendiri. Assa juga berhasil mengambil alih perusahaan Edmund sehingga tidak akan berani melakukan apa yang ingin dilakukannya yaitu membantu Eliot bebas dari penjara. Lalu kabar lainnya datang dari Lena, wanita itu berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Dia melompat dari lantai dua sehingga menyebabkan dirinya keguguran. Walaupun demikian nyawanya masih bisa diselamatkan namun Lena mengalami kelumpuhan total mendengar kabar itu tentu saja membuat Alisha menjadi sedih, meskipun Lena beberapa kali berusaha menghancurkan hidupnya dan juga Assa.

  • On CEO's Bed   146. Kelahiran Sang Pewaris

    Rumah sakit bersalin Kasih Maria menjadi tempat Alyssa melakukan proses persalinannya. Assa, suaminya memberikan royal room layaknya sebuah hotel berbintang lima. Ruang bersalin itu mempunyai ruang tamu dengan set televisi, lalu juga ada kamar lainnya untuk siapapun yang datang menjenguk. Dibandingkan memikirkan tentang persalinan, Alyssa lebih merasa bahwa dirinya sedang melakukan staycation di sebuah hotel mewah. Segala fasilitas terbaik untuk golongan very very important person siap untuk Alyssa gunakan selama proses persalinan nanti. Sesuai rencana Alyssa akan melakukan persalinan secara normal jika tidak ada kendala, hari ini atau paling lambat besok pagi Alyssa sudah melahirkan. Wanita yang baru pertama kali akan melahirkan itu merasakan was-was yang luar biasa, tapi mertuanya Lucy datang untuk memberikan semangat padanya. Selain Lucy, Alyssa juga kedatangan Belinda beserta Leonidas. Kepada Belinda, Leonidas bercerita bahwa dia sangat ingin melihat bayi dalam kandungan Alyssa

  • On CEO's Bed   145. Kisah Jeff dan Hanna

    Hanna duduk memandangi bunga-bunga yang mulai bermekaran di halaman rumahnya, dia merenungkan banyak hal terutama hubungannya dengan Jeff selama ini. Hanna berburuk sangka terhadap pria itu. Jeff memang begitu brengsek di matanya, namun ketika Jeff menyelamatkan ibunya dengan segera tanpa memikirkan apapun membuat Hanna berpikir dua kali tentang Jeff. Hanna menemukan sisi baik dari seorang Jeff yang selama ini dianggapnya seperti iblis. Benar memang bahwa manusia tidak selalu baik dan tidak melulu buruk. Berkat bantuan Jeff juga keadaan ibunya sekarang sudah jauh lebih baik. Rumah Sakit mahal itu memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Jika diminta untuk mengembalikan, maka Hana tak akan pernah Sanggup. Margaret ibu kandung Hanna keluar dari dalam rumah dengan membawa sesuatu di tangan kanannya, paper bag berwarna biru muda itu berisi kue yang pagi tadi dibuatnya Margaret kemudian berkata kepada Hana. "Hanna Tolong antarkan ibu bertemu dengan Je

  • On CEO's Bed   144. Keluarga Mark

    Waktu berlalu begitu cepat, beberapa bulan terlewati sudah. Perasaan lega juga tengah dirasakan keluarga Mark. Mereka hari ini memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang lebih tenang, dimana Leonidas bisa bermain dengan senang. Belinda sudah menyelesaikan segala urusannya dengan sang mantan suami si calon perdana menteri yang gagal, dan Mark perusahaannya sudah tidak terikat apapun lagi dengan perusahaan milik Edmund. Kabar terakhir yang Mark dengar tentang perusahaan itu adalah, beberapa investor menarik saham mereka terkait dengan kasus yang melibatkan kembaran Edmund.Lalu untuk putrinya—Jane wanita itu sekarang menenggelamkan dirinya dengan kesibukan di perusahaan. Mark seringkali cemas melihat keadaan Jane yang sekarang, namun dia tahu bahwa semua itu adalah proses kehidupan yang kelak akan menguatkan Jane. Hal terpenting bagi Mark dan Belinda adalah mereka tetap selalu ada kapanpun Jane membutuhkan mereka. Pelan-pelan wanita itu menata hati dan hidupnya setelah ditinggal pergi

  • On CEO's Bed   143. Bulan Madu

    Bali, Indonesia.“Arggggh!!” Alyssa berteriak melepaskan segala penat dan dukanya di tepi pantai yang biru. Mereka benar-benar pergi ke Bali untuk menikmati bulan madunya. Lucy menyiapkan terbaik untuk mereka. Penginapan di Ubud yang hijau dan tenang, namun sore ini mereka tengah berjalan-jalan di pantai terdekat dengan tempat penginapan mereka. Wangi pasir dan angin laut membuat Alyssa merasakan ketenangan yang luar biasa.Jika selama di London dia harus selalu dengan mantelnya, namu di sini Alyssa bisa memamerkan perutnya yang membulat. Hangat matahari yang dirasakannya jauh berbeda dengan hangat matahari di London. Suasana yang baru, tempat yang baru menjadikan Alyssa seperti manusia yang baru lagi. Dia tersenyum memandang Assa.Kaki-kakinya menapaki pasir putih tanpa alas kaki, merasakan tekstur pasir yang lembut dan juga membiarkan ombak menyentuh kakinya, lalu menarik serta pasir ke laut. Sepasang suami istri itu berjalan-jalan sambil bergandengan tangan menyusuri pantai yang s

  • On CEO's Bed   142. Semua Hal Berlalu

    Hari ini Assa dan juga Alyssa mengantarkan keluarga Satoshi ke bandara. Mereka akan kembali ke Jepang, begitu pula dengan Takeda. Segala hal yang terjadi selama mereka di London adalah sebuah kebahagiaan dan kejutan yang tak pernah mereka duga-duga. Tuan dan Nyonya Fujiwara tak henti mengucapkan terima kasih, dan juga belasungkawa yang tulus pada Alyssa. mereka berpesan pada Assa untuk selalu mendampingi Alyssa. “Jagalah dia dengan baik,” pesan nyonya Fujiwara pada Assa. “Baik, aku akan melakukannya dengan senang hati. Jaga kesehatanmu, lain waktu aku akan datang berkunjung lagi ke Jepang.”“Datanglah kapanpun kau mau,” ungkap tuan Fujiwara yang berada di sisi mereka.Lalu Aoyama dan Sora memeluk Alyssa bergantian. Sora berkata pada Alyssa. “Bibi beritahu aku jika anakmu sudah lahir.”“Tentu saja, aku pasti akan memberitahu. Kalau perlu kau akan dijemput oleh paman Assa untuk datang lagi ke sini.”“Naik Jet milik paman Assa lagi?” tanya Sora jenaka.“Pasti, dia akan menjemputmu.”“H

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status