Accueil / Romansa / PARAMOUR / Bagian 15 : Let Me Know

Share

Bagian 15 : Let Me Know

Auteur: bieunnie
last update Dernière mise à jour: 2025-10-08 22:11:26

Makan malam yang memuaskan itu berakhir membuat Vivian kekenyangan karena masakan Nathan yang sangat enak, berkali-kali Vivian memuji calon suaminya yang sangat lihai di dapur dan membuat makanan enak. Kini keduanya memutuskan untuk menikmati malam bersama di apartemen Vivian yang sengaja ayah Vivian beli untuk Vivian yang tinggal di San Fransisco.

Dua gelas berkaki panjang berisi wine menjadi pendamping kedua orang yang sedang duduk di ruang santai sembari menatap langit malam dari jendela yang terbuka lebar. Mengobrol sembari bersandar di sofa berwarna biru muda yang nyaman dan cukup luas. Nathan yang tiba-tiba meletakan gelas wine-nya dan beranjak kembali dengan satu kotak obat yang membuat Vivian merasa tersentuh. Pria itu duduk di samping Vivian sebelum akhirnya merain kedua kaki Vivian untuk ia letakan di pangkuannya.

“Aku tidak sengaja melihatnya.”

Vivian hanya bisa tersenyum senang menerima perlakuan manis Nathan.

“Terlihat sangat menyakitkan. Kau tidak melapisinya dengan toe pad?"

Pria itu mulai mengobati jari-jari Vivian yang merah.

“Sudah, mungkin karena aku berlatih setiap hari jadi—”

"Kau tahu Cedera apa yang selalu dialami oleh seorang Ballerina yang bahkan sudah berhati-hati? Anterior talar impingement, radang tendon, cidera panggul, fraktur—“

Aaak!” Vivian kesakita .

“Kau sangat berkerja keras, Vivian.”

This is the beauty of the ballet.

“Bagaimana kau bisa menahannya? Bukankah terasa sangat panas saat tadi kau berjalan?”

“Mr. Lee, for your information, aku sangat pandai menahan rasa sakit.”

Kedua mata Nathan masih fokus kepada jari-jari kaki Vivian, berusaha mengobati dan menutup luka-kuka di kaki Vivian dengan plester yang pria itu pakaikan dengan hati-hati. Kedua mata Vivian tidak bisa berbohong bahwa ia begitu mengagumi pria itu yang begitu lihai dalam pekerjaannya.

“Jangan suka menahannya.” Nathan yang sudah selesai kini mulai menatap Vivian hangat. “Kau bisa mengatakannya, membiarkan orang lain tahu tentang apa yang kau rasakan. Tidak terlalu buruk, setidaknya kau tidak membuat orang lain menyepelekan rasa sakitmu.”

“Aku hanya tidak ingin orang lain terlalu mengkhawatirkanku.”

“Dengan diam dan tidak membuat orang lain tahu, hanya akanmembuat mereka tidak mengerti jika kau sedang berada dalam kesulitan. Jika suatu ketika, saat orang lain membuat kesalahan padamu mereka akan berpikir bahwa kau baik-baik saja bahkan saat kau merasa sakit. Mereka hanya akan menyepelekan rasa sakitmu karena kau selalu terlihat baik-baik saja. Tidak ada rasa sakit yang lebih baik tapi setidaknya biarkan orang lain sedikit meringankan rasa sakitnya. Seperti ini.” Nathan melirik jari-jadi kaki Vivian dan ia pun mengerti apa yang Nathan maksud. “Let me know, ok, Baby?”

Vivian tersenyum. “Sure, tidak hanya kakiku, tapi semuanya. Aku akan membiarkan kau tahu semuanya.”

Sebuah kecupan Nathan berikan tepat di bibir Vivian yang baru saja menyelesaikan kata-katanya. “Stamp of agreement. Kau tidak bisa melanggarnya."

Vivian menyesap minumanya karena malu.

"Belum ada satu bulan dan kau terlihat semakin kurus." jari-jari Nathan mengusap-usap pipi Vivian seolah merasakan perbedaannya dengan satu bulan yang lalu.

"Banyak hal yang terjadi, Nathan. Aku harus melakukan diet ketat untuk pertunjukanku agar aku lebih ringan saat menari nanti. Kau sendiri— kau kelihatan sedikit risau. Apa semua baik-baik saja?”

"Apa terlihat?”

“Ya, kau seperti memikirkan banyak hal.”

“Ya… banyak sekali kejadian di New York.”

“Pekerjaanmu … atau … tentang Kiara?”

Nathan terdiam sebentar, terlihat berpikir dan mencoba menata kata-katanya.

“Aku hanya mengkhawatirkan Kiara, banyak orang membencinya karena gosip itu.”

“Tapi bukankan sudah diumumkan, Kiara bergabung dengan agency Kellan dan pertemuan mereka di Swiss hanya sekedar pertemuan bisnis untuk membahas tentang kontrak kerja mereka. Pihak agency Kellan pun mengaku bahwa mereka memang mengejar Kiara sampai ke Swiss karena mereka begitu menginginkan Kiara berada di agency mereka.”

“Ya, setidaknya ujaran kebencian untuk Kiara sedikit berkurang. Tapi jujur saja, yang membuatku khawatir adalah … itu pertama kalinya aku melihat Kiara menangis selama dia menjalani karier sebagai model.”

But she’s strong, menurutku Kiara sangat keren. Andai itu aku, aku mungkin langsung memilih pensiun dini.”

Nathan mulai tersenyum karena benar ia berpikir Kiara sangat kuat menghadapi semua ujaran kebencian bahkan saat dia baru menapakkan kaki di dunia modeling. Komentar seperti cara berjalannya, attitude-nya saat di runway, bagaimana ekspresi wajah Kiara saat masih menjadi model pendatang baru kala itu selalu menjadi kritik pedas yang adiknya terima, bahkan tak jarang kritik yang ada pun berkembang menjadi ujaran kebencian yang terus Kiara terima tanpa henti. Tapi adiknya itu bertumbuh dan berkembang, belajar dari semua kritik dan menjadikan hujatan yang ia dapat untuk menjadikannya lebih baik. Semua terbukti, Kiara menjadi salah satu top model dunia, meskipun kadang adiknya memang suka membuat masalah.

“Kau tinggal dimana selama di San Francisco. Masih ada dua kamar kosong di sini.”

"Aku sudah memesan kamar di Stafford hotel, aku memesan sejak satu bulan yang lalu.”

"But, you have to save your money, kau bilang kau akan ke Italy tahun ini sebelum kita menikah. Hotel di sini tidak ada yang murah.”

“Kau lupa bahwa aku juga menghasilkan banyak uang?”

Vivian mengalah, ia tidak akan bisa menggoyahkan keputusan seorang Jonathan.

“Venice? Kau ingin pergi kesana bukan?”

“Ya, Venice adalah tempat yang ingin kukunjungi. Mungkin dalam beberapa bulan kedepan, kau tidak perlu khawatir karena aku sudah menyiapkan semuanya. Aku hanya perlu melakukan beberapa wishlist-ku sebelum kita menikah.”

Nathan memang sangat pintar mengatur hidup dan keuanganya. Pria muda dan pintar itu selalu membuatnya takjub setiap saat, ia tak bisa berhenti bersyukur memiliki sosok pria seperti Nathan.

“Kalau begitu, menginap untuk malam ini saja.”

Nathan memercing, sebelum ia tersenyum dan meraih gelas wine nya di meja.

Sure. Aku akan menginap malam ini.”

******

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PARAMOUR   Chapter 19 : Apology

    Ting tung ting tung ting tungSatu ikat bunga peony memenuhi tangan Nathan yang kini sedang menunggu dengan gusar di depan pintu. Kegelisahan seperti memenuhi pikirannya tak kala Vivian yang biasanya begitu cepat membukakan pintu, kini harus membuatnya menunggu. Semua karena rasa bersalahnya, ia mengakui kesalahannya hari itu dan ia ingin menyelesaikan semuanya. Sekali lagi Nathan menekan bel yang tak lama setelahnya ia mendapati Vivian muncul dari balik pintu dengan senyuman kecut menyambut kehadiran Nathan."Kau belum tidur?"Vivian lagi-lagu tersenyum. Senyum yang bahkan bisa Nathan artikan dengan baik. "Aku tidak bisa tidur, masuklah," tutur Vivian yang berusaha bersikap sewajarnya seolah ia tak marah dan baik-baik saja. "Apa ini bunga Peonyku?"Nathan mengangguk dan Vivian segera memeluk bunga miliknya untuk menikmati wangi harum khas bunga peony yang paling ia suka."Apa ada toko bunga yang buka selarut ini?""Aku sudah membelinya tadi siang."Vivian kemudian menyadari seberapa

  • PARAMOUR   Bagian 18 : Drunk

    Suara musik berdentum begitu keras di telinga Nathan, ia tidak pernah tahu jika acara after party akan dikemas dengan cara seperti ini, cukup liar. After party yang lebih terlihat seperti sebuah pesta club malam dimana semua orang berpesta dan bersenang-senang seolah hanya hidup hanya untuk hari itu saja. Nathan menolak segala macam minuman karena kedua matanya terus menatap Kiara yang terlihat menikmati pesta, menari di lantai dansa bersama dengan para model pria dan wanita sembari membawa segelas minuman. Beberapa orang berpesta di kolam dengan bikini bahkan tak jarang ada beberapa orang yang sedang bermesraan sembari menghisap rokok bergantian. Suasana yang tidak nyaman bagi seorang Jonathan Carringtoon Lee yang merasa semua itu bukan dunianya. Dunianya terlalu tenang dibandingkan keadaan malam itu.Beberapa wanita terlihat mendekati Nathan karena memang pria itu begitu tampan dan menarik perhatian. Namun mentah-mentah Nathan menolak dan meminta para wanita yang mendekatinya untuk p

  • PARAMOUR   Bagian 17 : Let the Show Begin

    Degup jantung yang memburu membuat Vivian merasa panik karena gugup, udara yang mendadak terasa dingin membuat tubuhnya juga ikut terasa kaku. Berusaha mengatasi rasa gugupnya ia berjalan kesana-kemari untuk mengurangi semua ketegangan meskipun riasan telah menghiasi wajah sempurna Vivian malam itu, sangat cantik meskipun ia tak dapat tersenyum merasakan malam itu yang tak sesuai dengan harapan. Sesekali ia menatap deretan kursi penonton dari balik tirai, memastikan bahwa tempat yang ia pesan telah terisi dan tak lagi kosong."Get ready in ten minute!"Kedua jari-jari Vivian saling bertaut dan ia mulai terpejam untuk memohon banyak hal, hanya sepuluh menit yang terasa begitu cepat berlalu karena Nathan tak kunjung datang."Please please please Nathan please." Vivian terus berharap bahwa Nathan akan datang di menit-menit terakhir sebelum pertunjukannya dimulai."In five minute!"Vivian membuka kedua matanya dan kembali nenatap kursi kosong yang tak juga terisi oleh pemiliknya. Vivian m

  • PARAMOUR   Bagian 16 : I Need Your Help

    De Young Museum, adalah tempat yang paling Nathan ingin kunjungi selama di San Francisco, tujuannya adalah untuk menghadiri pameran koleksi graphic art Anderson dan membeli sebuah lukisan karya Umbereto Boccioni yang nantinya akan ia letakan di ruang makan. Ia berkeliling dan melihat satu per satu karya seni yang saat itu dipamerkan hingga hatinya tertarik kepada satu karya yang ia rasa mampu bersinergi dengan ruang makannya. Kepuasan tergambar di wajah tampan yang selalu tersenyum dengan kedua mata yang berbinar, ia jatuh cinta, jatuh cinta kepada sebuah karya seni yang membuatnya terbang ribuan mil hanya untuk menjemputnya dan membawanya pulang.Kegiatanya hari itu berakhir saat ia sudah membeli lukisan yang ia inginkan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi museum yang berdiri sejak tahun 1894 itu sembari menunggu jadwal selanjutnya yaitu menonton pertunjukkan Vivian. Banyak hal yang ia kagumi selama mengelilingi museum yang luas itu, bagaimana bagunannya yang terkesan un

  • PARAMOUR   Bagian 15 : Let Me Know

    Makan malam yang memuaskan itu berakhir membuat Vivian kekenyangan karena masakan Nathan yang sangat enak, berkali-kali Vivian memuji calon suaminya yang sangat lihai di dapur dan membuat makanan enak. Kini keduanya memutuskan untuk menikmati malam bersama di apartemen Vivian yang sengaja ayah Vivian beli untuk Vivian yang tinggal di San Fransisco.Dua gelas berkaki panjang berisi wine menjadi pendamping kedua orang yang sedang duduk di ruang santai sembari menatap langit malam dari jendela yang terbuka lebar. Mengobrol sembari bersandar di sofa berwarna biru muda yang nyaman dan cukup luas. Nathan yang tiba-tiba meletakan gelas wine-nya dan beranjak kembali dengan satu kotak obat yang membuat Vivian merasa tersentuh. Pria itu duduk di samping Vivian sebelum akhirnya merain kedua kaki Vivian untuk ia letakan di pangkuannya.“Aku tidak sengaja melihatnya.”Vivian hanya bisa tersenyum senang menerima perlakuan manis Nathan.“Terlihat sangat menyakitkan. Kau tidak melapisinya dengan toe p

  • PARAMOUR   Bagian 14 : Smell of You

    Alunan musik mengiringi langkah indah Vivian saat menari, melompat di udara dan berputar dengan begitu ringan saat menciptakan gerakan indah. Senyum tak luput dari wajahnya ketika ia menari dengan beberapa orang yang membuatnya menjadi pusat dari pertunjukan, menunjukan pendalaman karakter dengan wajah sempurna yang mampu membius mata para penoton yang menerima dengan baik emosi Vivian dalam gerakan indahnya."Well done everyone! Well done!!"Seorang pria dan wanita yang duduk di bangku penonton bertepuk tangan dan memuji penampilan para pemain dalam sesi terakhir latihan. Membuat semua orang tersenyum bahagia dan saling berpelukan saling menyemangati untuk pertunjukan utama nanti.Vivian melepas sepatu baletnya dan kembali memeriksa jari-jari kakinya yang terluka. Ia terdiam, sama sekali tak indah namun menunjukkan seberapa besar usaha jari-jari buruk rupanya untuk sampai pada titik yang ia impikan. Bukankah semakin terluka semakin indah karena semua usahanya. Kedua matanya kini bera

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status