Se connecterSuara musik berdentum begitu keras di telinga Nathan, ia tidak pernah tahu jika acara after party akan dikemas dengan cara seperti ini, cukup liar. After party yang lebih terlihat seperti sebuah pesta club malam dimana semua orang berpesta dan bersenang-senang seolah hanya hidup hanya untuk hari itu saja. Nathan menolak segala macam minuman karena kedua matanya terus menatap Kiara yang terlihat menikmati pesta, menari di lantai dansa bersama dengan para model pria dan wanita sembari membawa segelas minuman. Beberapa orang berpesta di kolam dengan bikini bahkan tak jarang ada beberapa orang yang sedang bermesraan sembari menghisap rokok bergantian. Suasana yang tidak nyaman bagi seorang Jonathan Carringtoon Lee yang merasa semua itu bukan dunianya. Dunianya terlalu tenang dibandingkan keadaan malam itu.
Beberapa wanita terlihat mendekati Nathan karena memang pria itu begitu tampan dan menarik perhatian. Namun mentah-mentah Nathan menolak dan meminta para wanita yang mendekatinya untuk pergi. Mata tajamnya tak lepas dari Kiara yang menghabiskan beberapa gelas dan terlihat sudah mabuk. Dengan sigap Nathan menghampiri untuk memberi peringatan pada Kiara.
“Enough! You’ve to stop.” Nathan menyita gelas Kiara. “You’re drunk.”
Kiara yang mabuk tersenyum lebar menyadari Nathan yang kini berdiri di hadapannya. “Everybody! Let me introduce you, he’s my handsome brother, Nathan. He’s surgeon and already taken!” seru Kiara yang tersenyum meledek.
Nathan mencoba tersenyum kepada beberapa orang yang menepuk bahunya sekedar bersikap ramah sebelum kembali mencoba menghentikan Kiara yang mulai menari dengan seorang pria.
“Aku akan mengantarmu pulang!”
“Not done yet.”
“Kau mabuk!”
“Aku belum cukup mabuk, aku masih bisa mengenalimu, Nath. Oh! Haaaaaiii bossss!!!” Kiara menunjuk tepat jauh ke belakang Nathan, pria itu menoleh dan melihat sosok Kellan yang baru saja datang berjalan ke arah mereka dengan setelan jas berwarna hitam.
“Kau lihat, Nath. Aku bahkan masih mengenalinya dari jauh.”
Nathan pikir Kiara telah kehilangan akal sehat, ini kenapa Kiara tidak bisa sendirian disaat mabuk karena bisa saja melakukan hal-hal konyol dan gila.
“Is she ok?” tanya Kellan yang kini sudah berdiri tepat di samping Nathan yang menggeleng memintanya menyaksikan Kiara. Perlahan Nathan mulai memperhatikan pembawaan Kellan yang cenderung santai namun kedua matanya tak lepas sedikitpun dari Kiara. Ia membencinya, bagaimana seorang Kellan sedikit menyisakan senyum di ujung bibirnya saat melihat Kiara kembali menari di lantai dansa bersama seorang pria.
“Aku akan pulang setelah menghabiskan minuman di gelasku.” Kiara mengangkat gelasnya yang masih tersisa setengah.
“Mr. Halord, bukankah kau cukup sibuk untuk datang ke acara seperti ini?” tanya Nathan ketus.
“Ya, aku sangat sibuk, tapi aku harus mencegah Kiara melakukan atraksi berbahaya, and just can call me Kellan!”
Kellan menoleh mendapati Nathan kini sedang menatapnya tak puas.
“Lilly menghubungiku, dia bilang aku harus menjemput Kiara sebelum dia melakukan hal-hal aneh. Konyol sekali bagaimana seorang karyawan bisa memerintah boss-nya.”
“Apa kau melakukannya juga pada semua artismu?”
Kellan terdiam, lebih tidak ingin menanggapi karena ia bisa mendengar nada sarkas dari kata-kata Nathan.
“Karena jika hanya Kiara yang dapat membuat bos-nya terbang dari New York ke San Francisco hanya untuk menjemputnya, bukankah terlihat sedikit aneh?”
Seringai kecil pada sudut bibir Kellan bermakna sesuatu, sesuatu yang dapat ia artikan dengan baik di balik kata-kata Nathan yang makin mendukung hipotesa gilanya. Sedikitpun ia tidak pernah terbesit untuk menjawab pertanyaan Nathan dan memilih untuk mengambil langkah mendekat ke arah Kiara. Meraih pergelangan tangan Kiara untuk meraih minuman dan meminumnya hinga habis. Kiara terdiam menatap Kellan yang menyeka sedikit bibirnya.
“It’s over, we have to go.”
Kiara hanya mematung, menatap Kellan dengan wajah memerah, mengedipkan kedua matanya berkali-kali berusaha meyakini apa yang ia lihat. Saat itu juga Kellan menoleh ke arah Nathan, memberikan isyarat untuk segera membawa Kiara keluar dari kerumunan. Dua orang laki-laki itu segera merangkul Kiara dan membawa wanita mabuk yang sedikit memberontak menjauh dari lantai dansa.
“Let me go, the party is not over!” rengek Kiara yang berusaha melepaskan diri namun keduanya terus membawa Kiara keluar menjauh dari bangunan kelab malam.
“Oh please! Let go of me!”
“Aku akan mengantarnya pulang, terima kasih atas bantuannya, Kellan,” titah Nathan.
“Aku saja.”
“Mengapa harus kau? Kau hanya bosnya dan aku kakaknya.”
Kellan tersenyum mengejek, ketika melihat Kiara terhuyung jatuh kedalam pelukan Nathan ketika pria itu menariknya mendekat. Tatapan sengit Nathan lagi-lagi membuat Kellan menyeringai mengusap dagunya.
“Kau yakin?” Kellan kini balik menatap Nathan.
“Apa maksudmu?”
“Melihat dari gelagatmu dan tatapan matamu, sepertinya tidak begitu. Hubungan yang menyenangkan.”
“Aku tidak akan membahasnya sekarang, aku akan membawa Kiara pulang.”
Kini giliran Kellan yang menarik Kiara hingga jatuh ke dalam pelukannya, bersandar nyaman di dada pria itu sembari memejamkam mata dan mengendus-endus.
“What a good smell.”
Nathan yang mendengar itu seperti merasakan sebuah pertanda buruk, ia pun berinisiatif untuk menarik Kiara menjauh dari Kellan, namun pria itu mengentikan Nathan sebelum Nathan berhasil menyentuh Kiara.
“Bukankah ada acara yang lebih penting dari ini? Kau mengorbankan sebuah janji yang orang lain anggap itu berharga dengan mengikuti wanita ceroboh ini!”
“I’m a good girl.” Kiara meracu.
Nathan terdiam, ia tidak melupakannya hanya saja ia tidak bisa menolak Kiara dan membiarkan wanita itu sendiri.
“Sebaiknya kau pergi dan selesaikan urusan pribadimu. Di sana ada seroang wanita yang sedang berharap kau datang menemuinya. Bukankah itu yang seharusnya kau lakukan?”
Sedikit pertimbangan, Kellan pun cukup heran melihat Nathan yang terlihat begitu ragu untuk pergi padahal jelas-jelas Vivian-lah yang harusnya jauh lebih Nathan khawatirkan.
“I’ll go. Antarkan dia sampai hotel dengan aman atau aku akan mematahkan lehermu,” ucap Nathan yang seketika itu pergi meninggalkan Kellan dan Kiara.
Kini masalahnya ada di Kiara yang begitu mabuk tapi tidak merasa mabuk. Wanita yang masih bersandar nyaman di dadanya itu mulai mengendus leher Kellan yang cukup sensitif. Sampai akhirnya Kiara mulai bangun dan menatap Kellan dengan wajah datar. Kellan memalingkan wajahnya menghindari Kiara, namun tidak ada angin tidak ada hujan, Kiara tiba-tiba mengalungkan kedua tangannya pada tengkuk Kellan sembari tersenyum lebar.
“Kau tahu, aku sedikit bergairah saat sedang mabuk, apalagi dengan pria seksi seperti ini.” Kiara menyentil hidung Kokoh Kellan sebelum mendekatkan wajahnya pada telinga pria itu dan berbisik, “mereka bilang aku suka membuat masalah saat mabuk.”
Kiara tertawa, namun yang Kellan lihat adalah wajah Kiara yang sudah memerah.
“Lalu? Kau sedikit bergairah melihat bossmu ini?” Kellan meladeni.
“Boss? Kau bukan boss tapi pria seksi. Boss-ku sangat menyebalkan dan kekanak-kanakan.” Kiara tersenyum lebar seperti tak mengenali siapa orang di hadapannya. Saat itu Kiara mulai mengendus-endus wangi Kellan yang berakhir pada leher sensitif Kellan yang wanginya membuat Kiara tersenyum.
“Wangimu—ahhhhhh” Kiara menyeringai sembari mulai menatap sensual pria di hadapannya.
****
Ting tung ting tung ting tungSatu ikat bunga peony memenuhi tangan Nathan yang kini sedang menunggu dengan gusar di depan pintu. Kegelisahan seperti memenuhi pikirannya tak kala Vivian yang biasanya begitu cepat membukakan pintu, kini harus membuatnya menunggu. Semua karena rasa bersalahnya, ia mengakui kesalahannya hari itu dan ia ingin menyelesaikan semuanya. Sekali lagi Nathan menekan bel yang tak lama setelahnya ia mendapati Vivian muncul dari balik pintu dengan senyuman kecut menyambut kehadiran Nathan."Kau belum tidur?"Vivian lagi-lagu tersenyum. Senyum yang bahkan bisa Nathan artikan dengan baik. "Aku tidak bisa tidur, masuklah," tutur Vivian yang berusaha bersikap sewajarnya seolah ia tak marah dan baik-baik saja. "Apa ini bunga Peonyku?"Nathan mengangguk dan Vivian segera memeluk bunga miliknya untuk menikmati wangi harum khas bunga peony yang paling ia suka."Apa ada toko bunga yang buka selarut ini?""Aku sudah membelinya tadi siang."Vivian kemudian menyadari seberapa
Suara musik berdentum begitu keras di telinga Nathan, ia tidak pernah tahu jika acara after party akan dikemas dengan cara seperti ini, cukup liar. After party yang lebih terlihat seperti sebuah pesta club malam dimana semua orang berpesta dan bersenang-senang seolah hanya hidup hanya untuk hari itu saja. Nathan menolak segala macam minuman karena kedua matanya terus menatap Kiara yang terlihat menikmati pesta, menari di lantai dansa bersama dengan para model pria dan wanita sembari membawa segelas minuman. Beberapa orang berpesta di kolam dengan bikini bahkan tak jarang ada beberapa orang yang sedang bermesraan sembari menghisap rokok bergantian. Suasana yang tidak nyaman bagi seorang Jonathan Carringtoon Lee yang merasa semua itu bukan dunianya. Dunianya terlalu tenang dibandingkan keadaan malam itu.Beberapa wanita terlihat mendekati Nathan karena memang pria itu begitu tampan dan menarik perhatian. Namun mentah-mentah Nathan menolak dan meminta para wanita yang mendekatinya untuk p
Degup jantung yang memburu membuat Vivian merasa panik karena gugup, udara yang mendadak terasa dingin membuat tubuhnya juga ikut terasa kaku. Berusaha mengatasi rasa gugupnya ia berjalan kesana-kemari untuk mengurangi semua ketegangan meskipun riasan telah menghiasi wajah sempurna Vivian malam itu, sangat cantik meskipun ia tak dapat tersenyum merasakan malam itu yang tak sesuai dengan harapan. Sesekali ia menatap deretan kursi penonton dari balik tirai, memastikan bahwa tempat yang ia pesan telah terisi dan tak lagi kosong."Get ready in ten minute!"Kedua jari-jari Vivian saling bertaut dan ia mulai terpejam untuk memohon banyak hal, hanya sepuluh menit yang terasa begitu cepat berlalu karena Nathan tak kunjung datang."Please please please Nathan please." Vivian terus berharap bahwa Nathan akan datang di menit-menit terakhir sebelum pertunjukannya dimulai."In five minute!"Vivian membuka kedua matanya dan kembali nenatap kursi kosong yang tak juga terisi oleh pemiliknya. Vivian m
De Young Museum, adalah tempat yang paling Nathan ingin kunjungi selama di San Francisco, tujuannya adalah untuk menghadiri pameran koleksi graphic art Anderson dan membeli sebuah lukisan karya Umbereto Boccioni yang nantinya akan ia letakan di ruang makan. Ia berkeliling dan melihat satu per satu karya seni yang saat itu dipamerkan hingga hatinya tertarik kepada satu karya yang ia rasa mampu bersinergi dengan ruang makannya. Kepuasan tergambar di wajah tampan yang selalu tersenyum dengan kedua mata yang berbinar, ia jatuh cinta, jatuh cinta kepada sebuah karya seni yang membuatnya terbang ribuan mil hanya untuk menjemputnya dan membawanya pulang.Kegiatanya hari itu berakhir saat ia sudah membeli lukisan yang ia inginkan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi museum yang berdiri sejak tahun 1894 itu sembari menunggu jadwal selanjutnya yaitu menonton pertunjukkan Vivian. Banyak hal yang ia kagumi selama mengelilingi museum yang luas itu, bagaimana bagunannya yang terkesan un
Makan malam yang memuaskan itu berakhir membuat Vivian kekenyangan karena masakan Nathan yang sangat enak, berkali-kali Vivian memuji calon suaminya yang sangat lihai di dapur dan membuat makanan enak. Kini keduanya memutuskan untuk menikmati malam bersama di apartemen Vivian yang sengaja ayah Vivian beli untuk Vivian yang tinggal di San Fransisco.Dua gelas berkaki panjang berisi wine menjadi pendamping kedua orang yang sedang duduk di ruang santai sembari menatap langit malam dari jendela yang terbuka lebar. Mengobrol sembari bersandar di sofa berwarna biru muda yang nyaman dan cukup luas. Nathan yang tiba-tiba meletakan gelas wine-nya dan beranjak kembali dengan satu kotak obat yang membuat Vivian merasa tersentuh. Pria itu duduk di samping Vivian sebelum akhirnya merain kedua kaki Vivian untuk ia letakan di pangkuannya.“Aku tidak sengaja melihatnya.”Vivian hanya bisa tersenyum senang menerima perlakuan manis Nathan.“Terlihat sangat menyakitkan. Kau tidak melapisinya dengan toe p
Alunan musik mengiringi langkah indah Vivian saat menari, melompat di udara dan berputar dengan begitu ringan saat menciptakan gerakan indah. Senyum tak luput dari wajahnya ketika ia menari dengan beberapa orang yang membuatnya menjadi pusat dari pertunjukan, menunjukan pendalaman karakter dengan wajah sempurna yang mampu membius mata para penoton yang menerima dengan baik emosi Vivian dalam gerakan indahnya."Well done everyone! Well done!!"Seorang pria dan wanita yang duduk di bangku penonton bertepuk tangan dan memuji penampilan para pemain dalam sesi terakhir latihan. Membuat semua orang tersenyum bahagia dan saling berpelukan saling menyemangati untuk pertunjukan utama nanti.Vivian melepas sepatu baletnya dan kembali memeriksa jari-jari kakinya yang terluka. Ia terdiam, sama sekali tak indah namun menunjukkan seberapa besar usaha jari-jari buruk rupanya untuk sampai pada titik yang ia impikan. Bukankah semakin terluka semakin indah karena semua usahanya. Kedua matanya kini bera







