Accueil / Romansa / PARAMOUR / Bagian 17 : Let the Show Begin

Share

Bagian 17 : Let the Show Begin

Auteur: bieunnie
last update Dernière mise à jour: 2025-10-16 11:50:47

Degup jantung yang memburu membuat Vivian merasa panik karena gugup, udara yang mendadak terasa dingin membuat tubuhnya juga ikut terasa kaku. Berusaha mengatasi rasa gugupnya ia berjalan kesana-kemari untuk mengurangi semua ketegangan meskipun riasan telah menghiasi wajah sempurna Vivian malam itu, sangat cantik meskipun ia tak dapat tersenyum merasakan malam itu yang tak sesuai dengan harapan. Sesekali ia menatap deretan kursi penonton dari balik tirai, memastikan bahwa tempat yang ia pesan telah terisi dan tak lagi kosong.

"Get ready in ten minute!"

Kedua jari-jari Vivian saling bertaut dan ia mulai terpejam untuk memohon banyak hal, hanya sepuluh menit yang terasa begitu cepat berlalu karena Nathan tak kunjung datang.

"Please please please Nathan please." Vivian terus berharap bahwa Nathan akan datang di menit-menit terakhir sebelum pertunjukannya dimulai.

"In five minute!"

Vivian membuka kedua matanya dan kembali nenatap kursi kosong yang tak juga terisi oleh pemiliknya. Vivian merasa pesimis untuk bisa melihat Nathan di sana, ada perasaan kecewa menggores tepat di hatinya yang kala itu menyimpan banyak harap, dadanya terasa panas karena semua ketegangan yang ia rasankan berusaha berteman dengan kekecewaan.

Para pemeran dalam pertunjukan itupun berkumpul, saling bergandengan, dan tertunduk bersama sebelum memulai pertunjukan. Tidak ada hal lain yang bisa Vivian pikirkan selain Nathan tak menepati janjinya.

"In two minute! Get back to your positiion! And everybody stand by!"

Saat ini Vivian hanya perlu memikirkan hal baik, ia harus bersikap profesional dan menyingkirkan perasaan sedih dan kecewa yang ia rasakan. Ia menarik napasnya panjang berusaha mengatur dirinya saat director mulai menghitung mundur pertunjukan.

The show must go on!

Hati Vivian mantap mengucap mantra yang menguatkan dirinya sendiri. Vivian membuka matanya lebar, wajahnya tak sepanik sebelumnya saat tirai perlahan terbuka. Wajahnya tampak berseri saat musik mulai mengalun dan tariannya pun dimulai, semua berjalan dengan dengan baik. Bahkan tarian indah Vivian seperti membius setiap mata penonton yang kala itu merasakan getaran emosional yang coba Vivian sampaikan melalui tariannya. Tepuk tangan mengudara begitu kencang saat ia dan para balerina lainnya berkumpul di panggung untuk memberikan salam perpisahan.

Rasanya tak perlu ada yang Vivian sesali dalam pertunjukanya, semuanya sempurna, tariannya, tepuk tangan yang meriah, ia dan semua balerina yang menjadi penampil, semuanya sempurna. Satu hal yang membuatnya tidak bisa merayakan keberhasilannya malam itu, Nathan, seorang tunangan yang tak hadir untuk melihatnya.

Vivian menatap pantulan dirinya di cermin karena ia berusaha berpikiran baik dan mengerti situasi yang mungkin membuat Nathan tidak bisa datang untuk melihat pertunjukan. Hanya saja sedih tak mampu Vivian bendung saat kembali berpikir seberapa penting pertunjukan itu dan kehadiran Nathan.

Perlahan ia mulai melepas sepatu balletnya dan menyadari satu buket bunga peony hadir begitu saja di hadapannya.

"Nathan!" Serunya reflek menatap cermin yang hanya menyisakan senyum getir saat menemukan bukan Nathan tapi Kellan yang berada di balik pungunggnya dengan wajah kecewa.

"Kau sepertinya tidak mengharapkan kehadiranku." Vivian tersenyum, bangkit untuk memeluk teman baiknya itu yang memberikan ciuman singkat di pipi Vivian.

"Maafkan aku."

"That’s rude! Aku tahu kau pasti lebih menunggu tunanganmu ketimbang temanmu ini, kuyakin kau juga tak tahu bahwa aku melihat pertunjukanmu."

"Sungguh?" Vivian tersenyum garing karena jujur ia tak melihat keberadaan Kellan di bangku penonton.

"Sorry, seharusnya kau bilang jika ingin menonton pertunjukkanku, aku bisa memberimu undangan."

"Kau lupa siapa aku? Aku punya banyak uang, Vivian.”

Vivian memukul dada Kellan yang tertawa karena leluconnya sendiri.

“Tapi aku sangat menikmati pertunjukannya, Vivian. Pemeran utama setelah semua yang kau lalui? You’ve made it."

Thank you, kau memang teman baikku." Vivian tersenyum memeluk bunga peony dan menatap Kellan yang kini duduk disampingnya.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan di San Francisco? Jangan bilang kau sengaja menempuh enam jam penerbangan dari New York hanya untuk datang melihat pertunjukanku?"

"Tentu tidak!" Keduanya tertawa bersama. "Sejujurnya aku pergi untuk mengunjungi perkebunan anggurku di Napa, and I think San Francisco and Napa are pretty close so … aku memutuskan untuk melihat pertunjukanmu terlebih dahulu sebelum ke Napa."

Are you sure, Kellan? I know you better than anyone else, jika tidak ada urusan di San Francisco kau tidak akan melihat pertunjukkanku dan langsung menuju ke Napa.” Vivan menyipitkan kedua matanya membuat Kellan tersenyum tertangkap basah.

"Oke! You’re right. Bisa dibilang aku sedang mengantisipasi dan memastikan talent cerobohku untuk tidak melakukan atraksi berbahaya.”

Vivian tampak bingung.

“Kiara. Aku tidak mau dia membuat masalah.”

She’s here?”

“Ya, dia menghadiri sebuah event di sini sejak pagi tadi. Aku khawatir karena tidak ada yang bisa mengendalikan Kiara selain Lilly, manajer yang kebetulan sahabat baiknya yang tiba-tiba terkena flu perut, tidak ada yang bisa melawan Kiara.” Kellan melihat jam tangannya. “Mungkin sekarang dia sedang berada di acara after party dan aku akan ke acara itu setelah ini.”

Entah kenapa hati dan perasaan Vivian mendadak tidak enak, Kiara di San Francisco dan Nathan yang menghilang tanpa kabar. Membuat Vivian berpikir mungkinkah Nathan sedang bersama Kiara sampai-sampai melewatkan pertunjukkannya, mengingkari janjinya. Karena selalu seperti itu saat Nathan bersama Kiara, ia selalu diabaikan. Ia tahu Kiara adik Nathan, tapi bukankah ini berlebihan dan kelewat batas, sampai-sampai Nathan tidak memberinya kabar sama sekali.

"Nathan? Apa dia tidak datang?" Vivian menggeleng.

"Terakhir Nathan memberi kabar saat berada di museum untuk membeli sebuah lukisan, setelah itu dia tidak memberi kabar sama sekali.”

Wajah Kellan yang tadinya biasa saja sekilas berubah datar, ia menatap Vivian yang masih menatap sendu bunga peony yang sepertinya membuat Vivian semakin bersedih. Kellan tak ingin berprasangka, tapi ia juga punya perasaan yang cukup kuat jika Nathan saat ini sedang bersama Kiara.

"Mungkinkah jika Nathan sedang menemani Kiara? Dia sangat protektif pada Kiara. Aku selalu menjadi wanita nomor tiga dalam hidup Nathan." Vivian tersenyum getir di akhir kata-katanya.

Meskipun hanya sebuah firasat kecil tapi cerita-cerita Lilly tentang hubung rumit keduanya membuat Kellan meyakini sebuah hipotesa gila, dan nyatanya hal itu tak hanya ia rasakan seorang diri, melainkan Vivian yang juga memikirkan hal gila jika benar keduanya sedang menghabiskan waktu bersama.

"Vivian, pernah kau berpikir bahwa sikap mereka sedikit berlebihan?"

Vivian cukup kaget namun ia berusaha menutupi perasaannya dari Kellan.

"Apa maksudmu?"

Kellan merasa dilema dengan dirinya sendiri. “Tidak ada.”

“Jangan buat aku penasaran, apa yang kau pikirkan?”

It sound crazy, but—does make any sense if Kiara and Nathan have some kind of—"

Kellan tak mampu melanjutkan kata-katanya karena tak mampu menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan apa isi kepalanya.

"Perasaan saling menyayangi maksudmu?" Vivian tertawa geli "Tentu mereka saling menyayangi. Mereka saudara bagaimana mungkin jika mereka tidak saling menyayangi.”

"I mean, sebagai orang lain?" tutur Kellan yang saat itu menghentikan tawa Vivian seketika. "Vivian, satu hal yang mengangguku saat ini adalah kenyataan bahwa Kiara dan Nathan tidak memiliki hubungan darah. He was adopted by Kiara’s parent when he was child.”

Vivian terdiam, ia terkejut bahkan ia tak tahu tentang hal itu. Nathan tak pernah bercerita padanya tentang dia yang merupakan anak adopsi, tentang dirinya dan Kiara yang tidak memiliki hubungan darah. Vivian merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar, ada apa ini? Rasanya Vivian seperti di khianati. Mengapa semua terasa seperti sebuah kebohongan, mengapa Nathan tidak pernah bercerita padanya, mengapa ia yang akan menikah dengan Nathan menjadi orang yang paling tidak tahu tentang siapa Natahan. Ia seperti tidak mengenal siapa sosok tunangannya itu yang selama ini ia kagumi.

******

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • PARAMOUR   Chapter 19 : Apology

    Ting tung ting tung ting tungSatu ikat bunga peony memenuhi tangan Nathan yang kini sedang menunggu dengan gusar di depan pintu. Kegelisahan seperti memenuhi pikirannya tak kala Vivian yang biasanya begitu cepat membukakan pintu, kini harus membuatnya menunggu. Semua karena rasa bersalahnya, ia mengakui kesalahannya hari itu dan ia ingin menyelesaikan semuanya. Sekali lagi Nathan menekan bel yang tak lama setelahnya ia mendapati Vivian muncul dari balik pintu dengan senyuman kecut menyambut kehadiran Nathan."Kau belum tidur?"Vivian lagi-lagu tersenyum. Senyum yang bahkan bisa Nathan artikan dengan baik. "Aku tidak bisa tidur, masuklah," tutur Vivian yang berusaha bersikap sewajarnya seolah ia tak marah dan baik-baik saja. "Apa ini bunga Peonyku?"Nathan mengangguk dan Vivian segera memeluk bunga miliknya untuk menikmati wangi harum khas bunga peony yang paling ia suka."Apa ada toko bunga yang buka selarut ini?""Aku sudah membelinya tadi siang."Vivian kemudian menyadari seberapa

  • PARAMOUR   Bagian 18 : Drunk

    Suara musik berdentum begitu keras di telinga Nathan, ia tidak pernah tahu jika acara after party akan dikemas dengan cara seperti ini, cukup liar. After party yang lebih terlihat seperti sebuah pesta club malam dimana semua orang berpesta dan bersenang-senang seolah hanya hidup hanya untuk hari itu saja. Nathan menolak segala macam minuman karena kedua matanya terus menatap Kiara yang terlihat menikmati pesta, menari di lantai dansa bersama dengan para model pria dan wanita sembari membawa segelas minuman. Beberapa orang berpesta di kolam dengan bikini bahkan tak jarang ada beberapa orang yang sedang bermesraan sembari menghisap rokok bergantian. Suasana yang tidak nyaman bagi seorang Jonathan Carringtoon Lee yang merasa semua itu bukan dunianya. Dunianya terlalu tenang dibandingkan keadaan malam itu.Beberapa wanita terlihat mendekati Nathan karena memang pria itu begitu tampan dan menarik perhatian. Namun mentah-mentah Nathan menolak dan meminta para wanita yang mendekatinya untuk p

  • PARAMOUR   Bagian 17 : Let the Show Begin

    Degup jantung yang memburu membuat Vivian merasa panik karena gugup, udara yang mendadak terasa dingin membuat tubuhnya juga ikut terasa kaku. Berusaha mengatasi rasa gugupnya ia berjalan kesana-kemari untuk mengurangi semua ketegangan meskipun riasan telah menghiasi wajah sempurna Vivian malam itu, sangat cantik meskipun ia tak dapat tersenyum merasakan malam itu yang tak sesuai dengan harapan. Sesekali ia menatap deretan kursi penonton dari balik tirai, memastikan bahwa tempat yang ia pesan telah terisi dan tak lagi kosong."Get ready in ten minute!"Kedua jari-jari Vivian saling bertaut dan ia mulai terpejam untuk memohon banyak hal, hanya sepuluh menit yang terasa begitu cepat berlalu karena Nathan tak kunjung datang."Please please please Nathan please." Vivian terus berharap bahwa Nathan akan datang di menit-menit terakhir sebelum pertunjukannya dimulai."In five minute!"Vivian membuka kedua matanya dan kembali nenatap kursi kosong yang tak juga terisi oleh pemiliknya. Vivian m

  • PARAMOUR   Bagian 16 : I Need Your Help

    De Young Museum, adalah tempat yang paling Nathan ingin kunjungi selama di San Francisco, tujuannya adalah untuk menghadiri pameran koleksi graphic art Anderson dan membeli sebuah lukisan karya Umbereto Boccioni yang nantinya akan ia letakan di ruang makan. Ia berkeliling dan melihat satu per satu karya seni yang saat itu dipamerkan hingga hatinya tertarik kepada satu karya yang ia rasa mampu bersinergi dengan ruang makannya. Kepuasan tergambar di wajah tampan yang selalu tersenyum dengan kedua mata yang berbinar, ia jatuh cinta, jatuh cinta kepada sebuah karya seni yang membuatnya terbang ribuan mil hanya untuk menjemputnya dan membawanya pulang.Kegiatanya hari itu berakhir saat ia sudah membeli lukisan yang ia inginkan, ia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi museum yang berdiri sejak tahun 1894 itu sembari menunggu jadwal selanjutnya yaitu menonton pertunjukkan Vivian. Banyak hal yang ia kagumi selama mengelilingi museum yang luas itu, bagaimana bagunannya yang terkesan un

  • PARAMOUR   Bagian 15 : Let Me Know

    Makan malam yang memuaskan itu berakhir membuat Vivian kekenyangan karena masakan Nathan yang sangat enak, berkali-kali Vivian memuji calon suaminya yang sangat lihai di dapur dan membuat makanan enak. Kini keduanya memutuskan untuk menikmati malam bersama di apartemen Vivian yang sengaja ayah Vivian beli untuk Vivian yang tinggal di San Fransisco.Dua gelas berkaki panjang berisi wine menjadi pendamping kedua orang yang sedang duduk di ruang santai sembari menatap langit malam dari jendela yang terbuka lebar. Mengobrol sembari bersandar di sofa berwarna biru muda yang nyaman dan cukup luas. Nathan yang tiba-tiba meletakan gelas wine-nya dan beranjak kembali dengan satu kotak obat yang membuat Vivian merasa tersentuh. Pria itu duduk di samping Vivian sebelum akhirnya merain kedua kaki Vivian untuk ia letakan di pangkuannya.“Aku tidak sengaja melihatnya.”Vivian hanya bisa tersenyum senang menerima perlakuan manis Nathan.“Terlihat sangat menyakitkan. Kau tidak melapisinya dengan toe p

  • PARAMOUR   Bagian 14 : Smell of You

    Alunan musik mengiringi langkah indah Vivian saat menari, melompat di udara dan berputar dengan begitu ringan saat menciptakan gerakan indah. Senyum tak luput dari wajahnya ketika ia menari dengan beberapa orang yang membuatnya menjadi pusat dari pertunjukan, menunjukan pendalaman karakter dengan wajah sempurna yang mampu membius mata para penoton yang menerima dengan baik emosi Vivian dalam gerakan indahnya."Well done everyone! Well done!!"Seorang pria dan wanita yang duduk di bangku penonton bertepuk tangan dan memuji penampilan para pemain dalam sesi terakhir latihan. Membuat semua orang tersenyum bahagia dan saling berpelukan saling menyemangati untuk pertunjukan utama nanti.Vivian melepas sepatu baletnya dan kembali memeriksa jari-jari kakinya yang terluka. Ia terdiam, sama sekali tak indah namun menunjukkan seberapa besar usaha jari-jari buruk rupanya untuk sampai pada titik yang ia impikan. Bukankah semakin terluka semakin indah karena semua usahanya. Kedua matanya kini bera

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status