Bagas terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Anisa padanya. Tidak menyangka, Anisa begitu agresif, hingga ia benar-benar dibuat kelimpungan oleh tindakan perempuan tersebut pada tubuhnya terutama pada kelelakiannya.Detik berikutnya, Bagas hanya bisa pasrah kembali diajak bercinta oleh Anisa, dan malam itu mereka mengulangi perbuatan mereka sampai beberapa kali hingga keduanya terkulai lemas di atas tempat tidur dengan tubuh polos tanpa pakaian yang berkeringat.Anisa tertidur tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, dan itu membuat Bagas kembali bertanya-tanya, mengapa lagi-lagi ada hal yang terasa aneh dan janggal yang mustahil dilakukan perempuan berpakaian syar'i seperti Anisa?Clara saja biasanya langsung mandi bersih kalau habis berhubungan intim denganku dan aku yang biasa suka menunda. Tapi, mengapa Anisa juga sama seperti aku? Menunda melakukan mandi bersih?Hati Bagas bicara sambil perlahan bangkit dan duduk sambil memandang Anisa yang tidur tanpa pakaian. Matanya men
"Jangan pura-pura enggak tahu deh, kamu. Kamu itu punya nafsu yang tinggi, aku yakin hal seperti ini tuh buat kamu bukan hal yang sulit untuk dipahami!"Anisa merajuk di hadapan Bagas, dan Bagas menarik napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa. Matanya mengarah pada dada Anisa, setelah itu beralih ke bagian bawah perut perempuan tersebut lalu lagi-lagi, Bagas menelan salivanya dengan kasar setelah memperhatikan itu semua.Ia mengulurkan tangannya, lalu dalam sekejap tangan Bagas sudah bermain di kedua dada Anisa hingga Anisa kembali meloloskan suara ketika Bagas melakukan hal itu pada dadanya. Tidak hanya sampai di situ, satu tangan Bagas meraba ke bagian bawah perut Anisa dan dengan gerakan cepat jemari tangan Bagas sudah bermain di sana membuat Anisa semakin tidak karuan karena apa yang dilakukan oleh Bagas lalu dalam sekejap ia mencapai puncaknya membuat jemari tangan Bagas penuh dengan cairan tersebut.Anisa membaringkan tubuhnya, sembari membuka kedua pahanya, matan
Clara menggeliat berusaha untuk melepaskan pelukan Bagas karena saat ini ia sedang emosi dan tidak ingin disentuh oleh suaminya tersebut. Meskipun memilih tidak memperpanjang perdebatan, Clara tetap belum bisa bersikap biasa pada Bagas.Namun, Bagas seolah tidak peduli dengan penolakan Clara hingga laki-laki itu terus saja mendekap tubuh ramping Clara bahkan satu tangannya masuk ke balik pakaian Clara membuat Clara makin sebal dengan apa yang dilakukan oleh Bagas. "Gas! Hentikan! Aku mau nyiapin sarapan!" katanya sambil mengeluarkan tangan Bagas yang sudah bermain di balik pakaiannya dan menyentuh dadanya. "Main dulu yuk, bentar?" ajak Bagas tidak patah semangat untuk menutupi kebohongannya didepan sang istri dengan mengajak istrinya berhubungan intim terlebih dahulu."Enggak! Aku mau nyiapin sarapan terus kerja! Kamu juga harus kerja, kan?" Clara menolak, perempuan itu benar-benar tidak mau menoleransi sikap Bagas yang dinilainya terlalu meremehkan rasa takutnya pada Pak Christ.
"Bagas ngomong begitu sama kamu?"Anisa mengangguk. Membuat Berlina menghela napas panjang. "Kasihan, Bagas. Sudah menikah setahun pun, Clara tidak hamil juga, tidak patuh sebagai istri untuk menutup aurat, beban Bagas sangat berat, Tante kasihan sama dia.""Kalau memang Bagas begitu tersiksa, kenapa dia tidak mau menceraikan Clara? Atau, buat Clara itu mau patuh sama Bagas dengan cara, Bagas menikah lagi.""Tante juga berpikir seperti itu, Nisa. Tapi, siapa yang mau sama anak Tante yang perusahaannya saja belum stabil?""Pasti banyak, Tante. Bagas itu ganteng, baik, bertanggung jawab, pasti banyak perempuan yang suka sama dia.""Banyak yang suka, tapi kalau Tante tidak suka, buat apa?""Jadi, Tante suka sama siapa? Biar aku bantu buat comblangin Bagas, mungkin?""Tante suka sama kamu.""Aku?""Ya!"Wajah Anisa menjadi terlihat salah tingkah mendengar pengakuan Berlina, meskipun Anisa tahu Berlina suka padanya lewat sikap perempuan tersebut, tapi jika dikatakan secara terbuka sepert
Mendengar nada suara Bagas yang meninggi, langkah Clara terhenti seketika. Niat hati ingin bersikeras untuk mengabaikan suaminya agar ada efek jera bagi Bagas, tapi Clara mengurungkan niatnya untuk melakukan hal itu karena bagaimanapun juga ia seorang isteri.Terpaksa, Clara mengikuti perintah Bagas agar ia ikut duduk di ruang keluarga begitu juga dengan Berlina.Hening untuk sesaat, meskipun mereka bertiga sudah duduk saling berhadapan, sampai akhirnya...."Sekarang, aku dulu yang bicara, setelah itu kalian boleh bicara bergiliran untuk mengemukakan pendapat kalian masing-masing."Bagas yang membuka suara lebih dulu, dan Clara hanya diam tapi menanti juga apa yang akan diucapkan oleh suaminya tersebut."Perusahaan belum baik-baik saja, karena Clara tidak bisa membujuk Pak Christ untuk menjadi investor, aku belum bisa mengatakan bahwa finansial kita aman, jadi mungkin sekarang, pengeluaran sedikit dipangkas.""Kenapa tidak mempertimbangkan tawaran dari Pak Steven?" "Tidak akan! Tanpa
Bagas segera memutuskan panggilan tersebut, dan memilih melanjutkan apa yang dilakukannya pada tubuh Clara, akan tetapi ponselnya kembali berdering hingga Clara meminta Bagas untuk menghentikan dahulu apa yang sedang mereka lakukan. "Siapa tahu penting, diterima dulu," kata Clara tanpa menanyakan siapa yang sedang berusaha untuk menghubungi suaminya.Terpaksa, Bagas menuruti apa yang dikatakan oleh Clara, dan ia segera turun dari tempat tidur tanpa peduli keadaannya yang polos tanpa pakaian. Clara hanya geleng-geleng kepala. Ia membaringkan tubuhnya, sambil menutupi tubuhnya yang setengah telanjang karena tadi Bagas sempat membuka pakaian handuk yang dikenakannya.Terdengar Bagas bicara dengan suara perlahan. Clara yang lelah tidak mau mencoba mencari tahu, dengan siapa Bagas bicara. Sampai akhirnya, Bagas menutup panggilan dari Anisa setelah mengatakan perempuan itu jangan mengganggu.Anisa yang merasa diacuhkan kesal. Ia yang menghubungi Bagas terkait keputusan Bagas yang memilih
Bagas mengusap wajahnya dengan kasar ketika mendengar perkataan yang dilontarkan Anisa dan berujung pertanyaan tersebut.Sebelah hatinya mengatakan bahwa Anisa memang mampu membuat dirinya sangat puas karena ternyata perempuan itu sangat berpengalaman dalam memuaskan pria di atas ranjang, tapi di sisi yang lain, ia tidak mau mengakui hal itu karena ada rasa bersalah yang mencuat ketika ia memikirkan Clara istrinya."Kamu enggak bisa jawab karena kamu sebenarnya mengakui keahlian aku, kan?"Suara Anisa terdengar, dan itu membuat Bagas benar-benar sulit untuk menjawabnya. "Gas, hidup itu cuma sekali, bahagiakan diri kamu dan ibu kamu, lagipula, kata ibu kamu, adikmu juga perlu biaya kuliah yang banyak, kan? Clara sudah melakukan apa untuk membuat kamu dapat investor? Tawaran aku masih berlaku, lho?"Suara Anisa terdengar, hingga membuat perasaan Bagas berkecamuk."Kenapa kamu jadi seperti ini, Nisa?"Kalimat itu terucap kembali di bibir Bagas, karena ia benar-benar tidak habis pikir, m
Anisa menatap wajah Bagas dengan pandangan seolah tidak mau dibantah oleh Bagas, setelah ia mengucapkan kalimat itu pada suami Clara tersebut.Membuat Bagas menghela napas panjang. Terpaksa, ia membuka mulut, dan Anisa tersenyum riang melihat lagi-lagi, Bagas jadi patuh padanya. Anisa menyuapi Bagas dengan penuh bersemangat sampai akhirnya, tidak terasa satu piring nasi sudah habis. "Nah, abis, kan? Kamu tuh, jadi makin kurus sekarang, karena ketika kamu enggak nafsu makan, Clara enggak nyuapin kamu, sampai akhirnya, kamu ya enggak makan seharian, miris, tau!" celoteh Anisa, dan Bagas hanya menghela napas kembali.Sebenarnya, bukan salah Clara dia sampai tidak bisa total meluangkan waktunya untuk aku, dia kerja, mana mungkin bisa melakukan hal penuh seperti yang dilakukan oleh Anisa padaku sekarang, tapi tidak bisa aku pungkiri, aku suka diperlakukan seperti ini, rasanya aku semakin bersemangat....Hati Bagas bicara, sambil berusaha untuk menetralisir perasaannya karena sekarang i
"Aku mencintai Clara, Fauzi! Aku tidak akan pernah membiarkan dia dengan pria lain, titik!""Bagaimana dengan Clara terhadapmu? Dia dulu juga mencintaimu, dia pasti juga tidak mau kamu bersama dengan wanita lain, tapi nyatanya apa? Kamu sekarang poligami!""Diam! Kau ini temanku atau bukan? Aku itu minta dukungan, Fauzi, bukan ingin disudutkan!""Sudahlah. Tenangkan dirimu. Sekarang, apa yang akan kau lakukan? Istrimu tidak kembali, bagaimana caranya kamu mengatasi itu semua?""Clara pasti dengan Sean! Aku yakin itu!""Tapi kamu ada buktinya tidak?""Bukti apa lagi? Jika Clara tidak bersama dengan Nina, pasti dia dengan Sean, hanya pria itu yang selalu ikut campur masalahku dengan Clara, karena dia menyukai Clara!""Bagas. Jika kamu memang curiga Sean ingin merusak hubunganmu dengan Clara, kau harus punya bukti, Sean anak Pak Steven, kalau Pak Steven tidak terima dengan apa yang kamu tuduhkan, maka dia bisa membuat mu berada dalam kesulitan sekejap mata."Bagas hanya bisa mengepalkan
"Aku datang menemui Anda di sini bukan ingin mengatakan istri Anda ada di mana, itu bukan urusanku, bukankah dia sudah pulang? Jika dia pergi lagi memangnya ada kaitannya dengan ku?" jawab Carli yang tahu tentang Sean yang mengantarkan Clara pulang tapi Clara melarikan diri lagi dari rumah karena Sean yang bercerita.Kalo emang Clara menjadi pelakor dalam pernikahan orang tua lu, gue kagak mungkin menyembunyikan Clara di rumah gue, Carli. Dia hanya korban, dan ini perlu diselidiki!Begitu kata Sean pada waktu itu saat Carli melancarkan aksi protes padanya, mengapa Sean mau menyembunyikan Clara di rumahnya padahal ada resiko besar jika wartawan tahu apa yang sudah dilakukannya.Karena tahu kepribadian Sean seperti apa, Carli percaya, Sean tidak mungkin berbuat sembarangan jika tidak ada tujuan yang jelas dan benar itu sebabnya meskipun kesal dengan Clara yang dianggapnya sebagai selingkuhan ayahnya, Carli berusaha untuk menahan diri untuk tidak ikut campur dengan apa yang sudah diputu
"Mungkin kalian salah lihat, tidak ada perempuan di rumah ini kecuali para pelayan dan ibuku, sesekali ada tapi keluarga di Jakarta yang datang, selebihnya tidak ada, mungkin saat itu yang kalian lihat adalah sepupuku."Sean terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan para wartawan. Lalu ia menutup kaca mobilnya setelah itu segera memberikan isyarat pada para wartawan itu untuk menyingkir karena gerbang rumahnya sudah terbuka.Meski para wartawan itu tidak puas dengan jawaban Sean, tapi mereka terpaksa membiarkan mobil Sean masuk ke dalam pekarangan rumah besar tersebut dan akhirnya setelah itu pintu gerbang ditutup.Mereka kembali tidak bisa melihat situasi di dalam dengan bebas padahal mereka penasaran dengan perempuan yang perawakannya mirip Clara itu di dalam sana. Sean segera masuk ke dalam dan bergegas menutup pintunya, tidak mau sedikitpun para wartawan itu tahu bahwa ia menyembunyikan Clara di dalam."Clara. Jangan keluar. Ada banyak wartawan di luar, mereka melihat kamu ent
"Itu juga tidak bisa dipastikan sebenarnya.""Dengan kata lain, kemungkinan kalau dia punya itu memang benar, kan?""Bisa jadi, tapi Clara, meskipun demikian apakah kamu yakin akan selalu di bawah kuasanya hanya karena kamu khawatir video itu tersebar?""Apa yang harus aku lakukan, Sean? Selain patuh padanya apa yang bisa aku lakukan? Kamu kerja di dunia entertainment, kamu pasti sangat tahu perasaanku tentang itu.""Clara. Jika dia melakukan hal itu, kamu bisa melaporkan dia balik karena pencemaran nama baik."Clara menutup wajahnya dengan telapak tangannya mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Perempuan itu seolah tidak sanggup jika video itu terpublikasi dan semua orang bisa melihat apa yang dilakukannya. Ia benar-benar tidak punya mental untuk menerima situasi seperti itu."Kamu yang berhak menentukan apa yang akan kamu lakukan, hidup cuma sekali, Clara. Jangan sampai kamu hidup hanya untuk memuaskan orang lain saja yang sudah sangat jelas tidak pernah menghargai kamu."Suara S
Clara berusaha untuk melakukan perlawanan, dan itu semakin membuat Bagas kalap hingga ia juga semakin memperlakukan Clara dengan kasar. Apa yang dilakukan oleh Bagas benar-benar membuat Clara ikut membabi buta untuk mempertahankan dirinya agar tidak disentuh secara brutal oleh Bagas.Segala cara dilakukan oleh Clara tapi Bagas justru semakin merajalela untuk melakukan apa yang ia inginkan pada Clara. Bagas melakukan hal itu dengan kasar dan Clara tambah merasa keberatan hingga perempuan itu menendang bagian bawah perut sang suami dan Bagas seketika tersungkur menerima itu semua. Kesempatan itu digunakan oleh Clara untuk keluar dari kamar setelah menyambar tasnya yang berisi dompet dan ponselnya.Tanpa peduli Berlina yang berteriak ke arahnya, Clara terus keluar sebelum Bagas berhasil bangun dan mengejarnya. Clara juga tidak sempat membenahi pakaiannya hingga dua tangannya merapatkan pakaian itu sembari terus berlari ke arah jalan untuk pergi sejauh mungkin dari rumah. Saat itulah
Sean segera mengusap wajahnya perlahan, tidak mau rasa perih itu membuat ia jadi hilang kendali dan merusak hubungan pertemanannya dengan Clara."Aku tahu. Kamu tenang saja. Yang penting sekarang, kamu sudah baikan, dan kamu harus mengusut ini sampai tuntas."Sean menanggapi beberapa menit setelahnya, usai ia mampu mengatasi perasaannya tentunya. Clara mengucapkan terima kasih. Pikirannya penuh sekarang. Meskipun ia menurut ketika Sean memintanya untuk makan, namun di hati, Clara benar-benar menyimpan amarah. Apakah benar, Anisa sedang berniat menjebak dirinya hingga ia hampir jatuh ke dalam pelukan Pak Christ?***"Darimana saja kamu?" Bagas langsung mengucapkan kalimat tersebut ketika melihat Clara pulang dengan wajah yang terlihat tidak nyaman dipandang."Aku mau bicara dengan Anisa!" katanya tanpa menjawab pertanyaan Bagas dan berniat menerobos Bagas untuk masuk ke dalam rumah, tapi Bagas mencengkram erat salah satu tangannya hingga gerakan Clara terhenti seketika."Aku bertanya
Wajah Clara terlihat terkejut ketika mengucapkan kalimat itu pada Sean. Namun, Sean buru-buru menjelaskan, bahwa mereka tidak melakukan hubungan intim sama sekali hingga Clara menjadi lebih tenang sekarang. "Kita tidak melakukan apa-apa, Clara. Kecuali...."Sean menggantung ucapannya dan Clara yang tadi mulai tenang kini khawatir kembali."Kecuali apa?" tanya Clara seraya menatap wajah Sean tanpa berkedip. "Kecuali kecelakaan, tapi itu tidak masalah, kau sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang itu, pasti sangat sulit untuk mengatasi, jadi aku paham.""Apa yang kita lakukan? Ah, maksudnya, apa yang aku lakukan padamu? Apakah aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan?" Wajah Clara semakin panik, dan Sean berusaha untuk meminta perempuan itu untuk kembali tenang.Namun, semakin diminta tenang, Clara justru terlihat semakin panik. "Aku sudah menikah, kamu lajang, kalau aku sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu, mau ditaruh di mana wajahku? Aku malu, Sean!
"Aku tidak akan bercerai dengan Clara, Nisa, ingat itu!" kata Bagas dengan nada suara yang meninggi hingga Anisa menarik napas panjang.Sebenarnya, ia ingin sekali mengamuk seperti biasanya jika ia sedang kesal. Tapi karena sekarang ia sedang menjalankan misi, Anisa terpaksa menahan diri untuk tidak melakukan hal itu."Ya, aku tahu. Yang harus bercerai itu aku, sudahlah jangan marah, aku paling sedih kalau melihat kamu marah-marah.""Aku akan memberikan Clara hukuman kalau dia terbukti seperti yang kamu katakan!""Itu hak kamu, kamu suaminya."Bagas membuang napas kesal, ia berbalik dan melangkah keluar kamar tanpa peduli lagi Anisa menatapnya dengan senyuman penuh arti di bibir."Aku mau melihat, ketika nanti kamu tahu Clara tidur dengan Pak Christ, apa yang akan kamu lakukan pada Clara, Bagas...."Anisa bicara sendiri, sambil terus saja tersenyum penuh arti, seolah tidak sabar menantikan kabar dari Pak Christ bahwa ia sudah meniduri Clara yang berada di bawah pengaruh obat perangsan
Awalnya, Bagas tidak mau membiarkan Anisa membakar gairahnya. Namun lama kelamaan, Bagas terpancing juga hingga pada akhirnya hanya terdengar rintihan merasa nikmat Anisa di kamar itu ketika Bagas sudah aktif menyentuh dua dadanya bergantian. Mata Anisa terpejam merasakan sentuhan itu di dadanya, dalam sekejap kewanitaannya basah dan Anisa benar-benar ingin Bagas memberikannya kepuasan dengan milik laki-laki itu hingga ia merengek pada Bagas ingin dimasuki. "Kau hamil muda. Aku khawatir itu akan membuat kamu keguguran."Bagas menolak ketika Anisa memintanya untuk dimasuki."Pelan pelan aja, bisa, kan?" rengek Anisa dengan tatapan mata penuh birahi."Kau tidak terbiasa untuk perlahan, begitu juga aku, tidak. Aku tidak mau.""Tapi aku mau punya kamu, Gas.""Kamu bisa menyentuhnya dengan mulutmu, kan?""Terus, punyaku?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Anisa, salah satu tangan Bagas yang tadi hanya fokus di dada Anisa turun ke bawah. Tangan itu menelisik ke bawah dan bermain di bagia