Beberapa pegawai lelaki memutuskan untuk berdiri bengong, ketika Angel melangkah memasuki gedung tempatnya bekerja sambil menyibakkan rambut.
Gerakan yang semacam itu, sebenarnya merupakan hal yang lumrah. Namun terlihat begitu seksi dan menggoda, apabila Angel yang melakukannya.
Sempat terjadi keributan kecil sewaktu satu atau dua orang kemudian saling bertabrakan. Itu karena perhatian mereka teralih sepenuhnya kepada Angel, sementara mereka terus berjalan tanpa melihat ke depan.
Oh, ya, ampun. Ada-ada saja.
"Morning, Gorgeous."
Baru satu detik meletakkan tasnya di atas meja kerja, Angel masih belum sempat duduk ketika Yasmin Natasha melangkah masuk dan menyapa. Menoleh dan tersenyum, dia lantas menyambut gembira teman kerja satu angkatannya yang kini berjalan mendekat.
"Hai, Yas."
"Bagaimana? Apakah sudah siap untuk berperang?"
Yasmin melontarkan pertanyaan yang berbalut kelakar satir, berjawab putaran mata oleh Angel.
"Oh, ayolah. Jangan khawatir, Cantik. Presentasimu siang nanti pasti mampu memukau semua orang. Malah yang ada, kemungkinan besar mereka akan memujamu."
"Semoga saja begitu. Hari ini, pagiku sudah seperti neraka."
"Pagi yang seperti neraka atau kelakuan kekasih misteriusmu itu yang seperti neraka? Aku heran. Apa yang membuatmu sampai mau terus berhubungan dengan lelaki yang sama sekali tidak serius itu?"
Angel memberinya tatapan meminta maaf sebagai jawaban dan Yasmin pun cukup tahu diri untuk tidak mendesak lebih jauh.
Dia dan Yasmin memang tidak bekerja di satu departemen yang sama, tapi mereka cukup dekat. Mereka berdua sama-sama masuk sebagai pegawai magang di perusahaan Cerberos Corporation, yang lebih sering mereka sebut dengan singkatan CC.
CC merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa penyedia keamanan dan termasuk ke dalam jajaran 100 perusahaan terbaik di dunia. Tidak terbayang betapa sulitnya untuk bisa bekerja di perusahaan ini. Rentetan tes masuknya saja begitu panjang.
Seharusnya, membutuhkan waktu dua tahun sampai seorang pegawai magang bisa menjalani tes untuk diangkat menjadi pegawai kontrak. Namun, Angel berhasil memakan waktu hanya sepuluh bulan.
"Apakah menurutmu mereka akan puas dengan hasil slide yang sudah kusiapkan?" Ada nada cemas yang terselip ketika Angel bertanya. "Bagaimana kalau tiba-tiba saja ada kesalahan dalam file-nya?"
"Apa kamu tahu soal pendapatku, Angel?" Yasmin balas mengajukan tanya. "Menurutku, kamu tidak akan bisa lepas dari perusahaan ini. Mereka tidak mungkin sebodoh itu untuk sampai kehilangan orang yang sangat kompeten sepertimu."
Kali ini Angel tertawa menanggapinya. Dia baru saja akan membalas ucapan Yasmin sewaktu Aldi, teman mereka sesama pegawai magang, berlari menghampiri dengan wajah horor. Mengernyitkan dahi, entah mengapa Angel merasakan firasat buruk.
"Angel. Dear. Sori karena harus menyela obrolan kalian, tapi sebaiknya kamu bergegas ke kantor Beaumont. Sekarang."
"Apa maksudmu, Al? Bukankah presentasinya baru akan dimulai pukul dua siang nanti?"
"Sekretaris Mr Beaumont baru saja selesai menelepon lima menit lalu dan memberi tahu bahwa ada kesalahan di pengaturan jadwal kerja atasannya hari ini. Jadi, kalau kamu tetap ingin melakukan presentasi, beliau hanya bisa menyempatkan waktu untukmu pada pukul setengah sepuluh pagi ini."
Sementara Yasmin membelalak kaget, Angel segera melihat jam tangannya dan menghitung sisa waktu yang ada.
Sekarang sudah pukul sembilan kurang lima menit dan itu berarti dia tidak mempunyai waktu untuk memastikan kembali update slide-slide-nya. Angel juga harus terburu-buru menuju gedung Beaumont yang berjarak lima kilometer dari sini, tempat presentasinya akan dilakukan.
Oh, hebat! Setelah pagi-pagi sekali Raka datang dan mengganggu tidurnya, ditambah lagi dengan lelaki gila yang dia temui di dalam lift dan membuatnya muak, lalu sekarang ... ini?
Memikirkan betapa buruknya hari ini, membuat Angel nyaris tertawa histeris.
Ya, Tuhan. Apakah dia sedang terkena kutuk? Hei, jangan katakan kalau semua ini adalah karmanya karena menjadi pelakor.
***
Rasanya seperti baru saja lolos dari tebasan sang algojo.
Tidak ada masalah selama proses presentasinya tadi. Mr Beaumont bahkan langsung menghampiri dan menjabat tangannya erat-erat seusai presentasi.
Lelaki berusia baya itu sungguh-sungguh menawarkan agar Angel bersedia bergabung dengan perusahaannya. Namun, tentu saja Angel menolaknya dengan sopan.
Dia sudah berusaha keras untuk bisa sampai di posisinya sekarang di CC. Jadi, tidak mungkin kalau dia membuangnya begitu saja.
"Kukira keberuntunganku sudah terkuras habis gara-gara bertemu dengan lelaki gila tadi." Angel mendengus dan tertawa kecil oleh pemikirannya sendiri. "Ya, ampun. Ada-ada saja hari ini."
Menggeleng, dia berusaha menyingkirkan ingatan soal lelaki yang memiliki warna mata yang berbeda itu. "Aku bersumpah, seumur hidup aku tidak akan mau berurusan dengan lelaki itu!"
Setelah melalui berbagai hal yang membuatnya stres dan kesal, Angel tentu membutuhkan sesuatu untuk menyegarkan pikirannya kembali. Masih ada cukup banyak waktu tersisa sebelum dia harus kembali ke kantor, seusai jam makan siang nanti.
Jadi, apa yang bisa dia lakukan sekarang?
"Kenapa aku harus bingung? Bukankah di dalam dompetku sekarang sudah tersedia kartu kredit dengan limit satu milyar? Jadi, tidak ada salahnya kan, kalau aku berbelanja sedikit"
Mengernyitkan dahi, Angel lantas menyadari suatu kesalahan besar atas pemikirannya yang baru saja itu.
"Ya, ampun. Apa-apaan aku ini? Kenapa aku harus belanja sedikit, kalau bisa banyak? Lagi pula, aku tidak perlu berhemat. Toh, Raka tidak akan jatuh miskin hanya karena kartu kreditnya aku pakai sampai mencapai limit."
Kemudian, sembari menyibakkan rambutnya, Angel kembali bergumam, "Daripada uangnya habis untuk istrinya, lebih baik untukku saja."
Ah, iya. Benar-benar sebuah pemikiran yang bagus.
Raka yang bekerja dan dialah yang akan lebih banyak menikmati, dibanding istri lelaki itu sendiri. Sempurna.
"Oh, Raka. I luv your money more than yourself, Honey."
***
Halo, Para pembaca. Kisah Adam dan Angel berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kesediannya untuk mengikuti kisah ini dan mohon maaf karena sempat vakum cukup lama. Ada satu dan lain hal yang menjadi penyebab, termasuk masalah kesehatan. Semoga kita semua selalu sehat & bahagia, ya. Saya menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, komentar, masukan, dan saran dari Kakak sekalian sangat saya nanti dan hargai. Sampai bertemu di kisah yang lain. Apabila berkenan, silakan mampir di igeh saya: Rae_1243. Apabila ingin berhubungan melalui wa dengan saya, silakan dm saja. Sekali lagi, terima kasih. Salam sayang, ~Rae~
"Tahanan 2673, silakan ke sini."Lidia berjalan dengan kepala tertunduk. Setelah berada di penjara selama nyaris tiga tahun, kini dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, saat dia melihat siapa orang yang datang mengunjunginya."Kamu lagi. Bukankah sudah aku katakan, agar tidak mengunjungiku lagi? Tapi kenapa kamu masih juga datang terus?""Kak Lidia, ish! Jangan bersikap sekasar itu dong. Lihat, Raline jadi kaget.""Kamu juga sih, Lin. Kenapa membawa anak kecil ke penjara?""Memangnya, kenapa? Raline ini juga kan, keponakan Kakak. Lagi pula, nanti juga Kakak akan tinggal bersamanya kan?"Sejenak Lidia terdiam, lalu membuang muka. "Tidak perlu. Lupakan saja omonganmu tadi. Lagi pula, dia pasti malu karena mempunyai bibi mantan napi seperti aku ini.""Siapa bilang? Memangnya, Kakak berpikir aku akan membesarkan putriku seperti apa?""Tapi—""Tujuh tahun lagi Kakak akan bebas. Pada saat itu, aku dan Raline akan datang menjemput Kakak. Titik
Lima menit pertama Angel mengedarkan pandangan. Dia masih berusaha untuk menangkap, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Ada Ayahnya, yang berdiri di sebelah Erin. Angel juga bisa melihat teman-teman Ayahnya, yang sebagian besar dulunya merupakan orang-orang yang salah jalan. Lalu juga ada beberapa rekan kerjanya yang dulu seperti Yasmin, Aldi, dan bahkan Pak Dimas. Kemudian Keynan serta Keke.Tidak ada terlalu banyak orang di sana, kemungkinan tidak lebih dari seratus orang. Namun, suasanya begitu meriah.Dekorasi yang ada memang mewah, tapi tidak berlebihan. Ribuan bunga yang menghiasi seluruh penjuru ruangan luas ini dan bahkan sampai menjuntai dari langit-langit, membuat Angel seolah tiba-tiba saja masuk ke sebuah negeri dongeng.Kemudian, kerlip-kerlip apa itu? Terlihat seolah ada jutaan permata yang bersembunyi di balik hiasan bunga.Bahkan sampai ada banyak kupu-kupu yang berterbangan kian kemari. Seekor kupu-kupu berwarna hijau toska kemudian terbang mendekat dan hinggap di at
Terdengar suara desahan dari sepasang bibir Angel.Perempuan itu lebih dalam menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk, sembari melemparkan pandangan ke arah jendela yang ada di sampingnya. Angel mengamati hamparan awan putih mendominasi. Seketika pikirannya pun kembali melayang ke segala hal yang telah terjadi. Tidak terasa, waktu tiga tahun pun sudah berlalu. "Padahal, rasanya seperti baru kemarin," gumamnya, mendesah. "Tapi syukurlah, setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu."Raka sudah divonis penjara seumur hidup. Dari kabar terakhir yang Angel dengar, lelaki itu terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di dalam penjara sampai mengalami luka parah.Namun, ada kabar lain lagi yang lebih mengerikan. Angel mendengar bahwa Raka sampai harus kehilangan kejantanannya. Kejantanan milik lelaki itu rupanya mengalami luka dan infeksi yang didapat dari insiden kerusuhan, sehingga akhirnya terpaksa dipotong. "Ya, Tuhan." Angel berbisik. "Aku tidak bisa membayang
Raka berteriak marah. Sejak tadi dia terus menendang-nendang jeruji besi tempatnya ditahan dan baru berhenti ketika dibentak balik oleh petugas jaga. "Brengsek!" Dia mengumpat, segera setelah petugas jaga pergi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa?"Lelaki itu meremas-remas rambut dengan frustrasi. Dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu.Waktu itu dia baru saja hendak pulang kerja, sewaktu dua orang lelaki yang tidak dikenal datang. Napasnya seketika tercekat, saat salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan untuknya. Rasanya benar-benar memalukan ketika dia digelandang keluar dari gedung perusahaannya sendiri. Ditambah lagi dengan pandangan para karyawan yang ada, membuat Raka begitu ingin mengubur dirinya sendiri kala itu. "Sialan! Padahal tinggal sedikit lagi semua rencanaku bisa beres." Dia menggerutu. "Tapi kenapa malah jadi begini?"Sekarang Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Dia tidak dapat mengelak sewaktu polisi menemukan boto
"Angel, tunggu!" Mobil yang Jalu kendarai masih belum sepenuhnya berhenti, tapi Angel sudah langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Perempuan itu seolah tidak ingin membuang waktu dan segera menyeberangi pelataran parkir. "Angel! Tunggu, Nak!" Jalu berseru percuma. Putrinya itu sekarang berlari memasuki rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Dengan menggerutu, Jalu berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lelaki itu pun segera berlari, menyusul ke arah putrinya. "Pak Jalu! Terima kasih karena sudah datang secepatnya." Dokter Brian berseru, sambil berlari-lari menyongsong Jalu. "Ada keadaan mendesak yang—" "Saya paham, Dok," potong Jalu segera. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" "Ah, itu—" "Ayah!" seru Angel. Dia menarik-narik tangan Ayahnya dengan panik. "Ayah! Ada apa dengan Kak Erin? Kenapa sekarang Kak Erin dipindahkan ke ruang ICU? Lalu, kenapa aku tidak boleh masuk dan melihatnya?" "Angel, tenang dulu. Tenang ya, Nak." "Tapi, Ayah—" "Maaf karena saya menye
Rupanya, Adam yang menelepon. Lelaki itu memberi kabar bahwa Lidia telah memasukkan tuntutan kepada Rama ke meja hijau. Ternyata Lidia memaksa pulang paksa dari rumah sakit adalah demi mencari barang bukti. Hasilnya, dia menemukan beberapa bungkus permen aneh yang seperti beberapa kali pernah dia konsumsi, serta sebotol kecil obat pil yang bisa larut dalam air dengan cepat. "Lalu?" tanya Angel dengan hati berdebar. Berita yang disampaikan Adam kepadanya ini cukup membuatnya tegang. "Dia menghubungiku dan meminta tolong agar semua temuannya itu diperiksa. Hasilnya—" Dari ujung telepon, tarikan napas Adam terdengar begitu jelas. "Apa?" desak Angel. "Hasilnya bagaimana, Adam?" Adam masih sempat menyergah napas, sebelum menjawab, "Permen itu mengandung sejenis zat adiktif, yang apabila dikonsumsi maka akan memberikan efek ketagihan. Namun, ada beberapa zat lain yang juga terdapat di dalamnya. Untuk singkatnya, permen itu bisa dikatakan sebagai obat perangsang." "Obat, apa?" Angel
"Ayah, sudah aku katakan kalau aku baik-baik saja!"Angel merajuk. Dia terlihat sebal dan merasa tidak suka dengan segala hal yang sekarang terpaksa dia jalani. "Lagi pula, apa-apaan sih, semua ini?""Ini untuk berjaga-jaga, Angel," ujar Jalu, dengan sabar mencoba membujuk putrinya. "Jadi, sabar dulu, ya?""Berjaga-jaga bagaimana? Lidia yang pingsan, kenapa aku juga ikut-ikutan diperiksa seperti ini?""Tetap saja, Ayah khawatir, Angel. Apalagi setelah hasil pemeriksaan Lidia akhirnya keluar. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"Angel memukul dahinya. Perempuan itu sekarang sedikit menyesali pertemuannya dengan Lidia tadi siang. Tidak berselang lama setelah Lidia melihat bukti yang disodorkan Adam kepadanya, perempuan itu tiba-tiba saja pingsan. Entah apa yang dia lihat, tapi apa pun itu yang pasti cukup membuat Lidia shok.Mereka tentu merasa panik. Jalu dengan segera membawa Lidia ke rumah sakit terdekat, diikuti oleh Angel dan juga Adam. Sampai kemudian hasil pemeriksaan Lidi
Angel sama sekali tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya. "Jangan berbohong!" serunya. "Kakakku tidak mungkin melakukan hal yang semacam itu!""Apa kamu kira Kakakmu itu perempuan baik-baik, ha?" Lidia membalas disertai tawa. "Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja langsung kepada Raka. Yang terlebih dulu merebut Raka itu adalah Erin! Jadi, tidak salah kan, kalau aku mengambil kembali apa yang menjadi milikku?"Angel memegang kepalanya yang mendadak pusing. Hal yang diceritakan Lidia ini benar-benar di luar dugaannya. "Aku dan Raka sudah bertunangan dan sebentar lagi kami akan menikah," ujar Lidia lagi. "Lalu Kakakmu tiba-tiba datang dan merusak semuanya. Dia memaksa Raka memutuskan pertunangan kami dan otomatis pernikahan kami pun batal. Saat mendengar soal itu, penyakit jantung Ayahku kumat dan beliau meninggal seketika itu juga. Harta keluargaku habis, sampai aku pun terpaksa melakukan pekerjaan haram demi menghidupi Ibu dan adikku. Keluarga dan kebahagiaanku hancur