Главная / Rumah Tangga / PELAN PELAN SAYANG / 58 - DIPASANG CCTV DEMI GENDIS. ARDI PUNYA RENCANA JAHAT!

Share

58 - DIPASANG CCTV DEMI GENDIS. ARDI PUNYA RENCANA JAHAT!

last update Последнее обновление: 2025-08-24 21:45:12

“Jadi gini, Bu... saya boleh titip makanan buat istri saya?” tanya Rain dengan lirih.

“Kenapa nggak dikasih langsung aja?” ucap ibu itu sambil tersenyum, lalu berbisik penuh rasa ingin tahu.

“Dia... dia lagi marah sama saya, Bu. Jadi dia nggak mau ketemu,” jawab Rain, nadanya berat menahan sesak.

“Oalah... iya, iya. Ya udah, saya kasih ke Mbak Dita. Tapi... saya kasih tahu nggak dari Masnya?” tanya ibu itu hati-hati.

“Jangan, Bu. Nanti dia marah. Kalau tahu dari saya, pasti dia nggak mau terima. Saya titip makanan ini sama Ibu, ya. Dan... saya titip istri saya di sini,” ucap Rain dengan suara bergetar, seolah menitipkan separuh hatinya.

“Wah... iya deh. Kalian ini lucu, lho. Lagi berantem tapi masih saling perhatian. Nanti saya jagain istri Mas. Soalnya... di sini banyak bujang kantoran yang ganteng-ganteng, loh,” ucap ibu itu sambil menggoda dengan senyum lebar.

“Aduh, jangan gitu dong, Bu... Saya jadi nggak tenang,” balas Rain, berusaha tertawa kecil meski wajahnya tegan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Latest chapter

  • PELAN PELAN SAYANG    96 - RAKA INGIN MENUNTUT RAIN KARENA KECURANGAN!

    Suasana ruang Cendrawasih berubah kacau. Pegawai yang tadi hanya jadi penonton kini panik, sebagian mencoba menenangkan, sebagian lain justru berbisik-bisik. Nama Raka perlahan jadi bahan gosip yang berbahaya. “Pak Raka, cukup!” bentak Kepala Bagian Produksi. Suaranya meninggi, wajahnya kaku. “Bapak bisa kena sanksi disiplin karena membuat keributan di acara resmi perusahaan!” Raka melepaskan cekalannya dengan kasar, tapi sorot matanya tetap menusuk Angga. “Ini belum selesai,” desisnya lirih, hampir seperti ancaman. Angga hanya mengangkat alis, seolah tak terusik. Senyum dinginnya masih terpasang, membuat Raka semakin gila oleh rasa dipermalukan. ••• Di luar ruangan, Raka berjalan cepat diikuti keempat rekannya. Ia menekan tombol lift dengan kasar. Jari-jarinya gemetar menahan emosi. “Pak, kita beneran dicurangi. Saya yakin ada yang main belakang!” ucap salah satu rekannya dengan nada panik. Raka mengepalkan tangan. “Iya… dan saya tau siapa dalangnya.” “Siapa, Pak?”

  • PELAN PELAN SAYANG    95 - MASA LALU RAIN BOCOR DI TELINGA KELUARGA GENDIS. RAKA KEHILANGAN ISTRI DAN PROYEK, ULAH DARI RAIN?

    “Dia itu hamil sama mantan pembunuh!” teriak Ibu Gendis pagi itu, nadanya begitu tinggi hingga membuat seisi rumah berguncang. “Ma, kalau mendengar gosip harus dicermati baik-baik, jangan ditelan mentah-mentah,” ujar Ayah Gendis tegas, meski wajahnya tampak menegang. “Pa, ini bukan gosip! Ini kenyataan! Mama dengar langsung dari orang tuanya di psikolog itu!” bentak Ibu Gendis. Bantal sofa di tangannya melayang keras ke lantai, bunyinya membuat suasana makin panas. “Ma, bisa jadi Mama salah dengar—” suara Ayah Gendis mulai goyah. “Salah dengar?!” potong Ibu Gendis cepat, suaranya bergetar penuh amarah. “Telinga Mama masih sehat! Otak Mama masih waras! Jangan coba-coba membela laki-laki itu!” Ayah Gendis menghela napas panjang, tangannya terkepal di sisi kursi. “Tapi, Ma—” “Pokoknya bawa Gendis pulang ke rumah!” teriak Ibu Gendis, matanya melotot tajam seakan siap merobek siapa pun yang menentang. “Kalau sampai dia tetap bersama lelaki mantan napi itu, jangan salahkan Mama

  • PELAN PELAN SAYANG    94 - SELAMAT, GENDIS POSITIF HAMIL. TAPI...

    Rain segera membeli alat tes kehamilan. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Rain berdoa dalam hati agar apa yang mereka inginkan benar-benar terjadi. “Permisi!” suara pengantar paket terdengar dari depan pintu rumah. “Ya!” sahut Rain yang segera beranjak dari ranjang lalu membuka pintu. “Mas, paket Mas,” ucap pengantar paket ramah. “Thank you, ya,” ucap Rain sambil tersenyum menatap paket itu, lalu segera membawanya ke dalam kamar. “Sayang!” seru Rain, suaranya penuh semangat. “Aku mau pipis, Mas!” jawab Gendis dengan wajah bersemangat, lalu segera menuju kamar mandi. Keduanya menunggu beberapa saat. Detik terasa lambat hingga akhirnya dua garis muncul di keempat alat tes kehamilan yang Rain beli. “Sayang!” teriak Gendis, air matanya pecah. Ia langsung memeluk Rain dengan erat. “Akhirnya…” ucap Rain, suaranya bergetar. Satu tangannya memeluk Gendis, sementara tangan lainnya menggenggam alat tes kehamilan itu, matanya berkaca-kaca. “Terima kasih, Mas…” ucap Gen

  • PELAN PELAN SAYANG    93 - GENDIS HAMIL ANAK RAIN?

    Sementara itu, di dalam kamar, Rain dan Gendis terlibat perdebatan kecil yang semakin memanas. “Mas, aku harus pulang,” ucap Gendis dengan suara bergetar, air mata sudah membasahi pipinya. “Sayang, kamu nggak boleh jauh dari saya. Kamu mau pulang? Artinya harus sama saya,” ucap Rain tegas, matanya menatap Gendis tanpa kedip. “Mas, kamu dengar kan kata Mama tadi? Aku malu, Mas…” ucap Gendis dengan isak tertahan, tangannya meremas ujung selimut. “Ya udah, kita pulang ke kontrakan,” ucap Rain akhirnya, suaranya berat. “Tapi nggak sama kamu, Mas…” ucap Gendis sambil menangis, bahunya bergetar menahan sesak. “Sayang, saya nggak bisa!” seru Rain, lalu ia langsung memeluk tubuh Gendis erat-erat seolah tak ingin melepas. “Tolong, Mas, ngerti… aku nggak mau kamu jadi anak durhaka sama orang tua, Mas. Biarin aku pulang dan tinggal sendiri sementara…” ucap Gendis lirih, tangisnya pecah di dada Rain. “Saya nggak mau. Saya maunya sama kamu sampai mati,” ucap Rain penuh tekad, suara

  • PELAN PELAN SAYANG    92 - RAIN MENENTANG IBUNYA DEMI GENDIS

    “Karena Rain, Pa. Rain terlalu berani jujur kalau Rain cinta sama Gendis di saat status dia masih istri orang lain,” ucap Rain jujur dengan senyum getir. “Kamu gila banget, Rain. Kasihan dia,” ucap ayahnya sambil terkekeh kecil, mencoba mencairkan suasana. “Makanya Rain nggak mau ada yang nyakitin dia lagi. Dia sudah kehilangan kepercayaan dari orang tuanya, ditambah Mama yang masih nggak suka sama Gendis. Padahal Papa lihat aja, Gendis itu paket lengkap, Pa,” ucap Rain sungguh-sungguh. “Ha-ha… bisa aja kamu,” ayahnya tersenyum, tapi sorot matanya penuh harap. “Dia cantik, dia juga sabar, dia rajin, dan…” Rain terdiam sejenak, menahan sesuatu yang ingin keluar. “Jangan diterusin. Papa jadi ingat masa muda dulu,” potong ayahnya sambil terkekeh. “Hahaha!” tawa keduanya pecah, hangat, tapi di balik itu ada rasa lega—seolah mereka sama-sama tahu Gendis telah membawa arti baru dalam hidup Rain. “Tebak, Gendis bakal hamil nggak, Pa?” ucap Rain sambil tersenyum penuh arti. “K

  • PELAN PELAN SAYANG    91 - MASA LALU RAIN DIKETAHUI OLEH GENDIS?

    “Gendis nggak akan lari dari Rain. Lebih baik dia tahu masa lalu Rain dari Papa dan Mama… dibanding harus tahu dari orang lain, atau…” Rain mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. “…melihat pakai mata dan kepalanya sendiri, Pa.” “Itu berbahaya, Rain. Jangan kamu ulangi lagi kesalahan itu,” ucap ayahnya dengan nada gusar, napasnya terdengar berat. “Rain berbuat itu demi menyelamatkan orang lain, Pa. Sekalipun nyawa orang itu melayang… asalkan yang benar tetap benar,” ucap Rain dengan senyum tipis yang membuat bulu kuduk berdiri. “Papa tahu, Rain. Tapi… membunuh orang itu perbuatan yang salah,” ucap ayah Rain, kali ini dengan suara pelan namun tajam menusuk. Di balik pintu kamar, mereka tak menyadari ada telinga lain yang mendengar. “Um!” Gendis menutup mulutnya rapat, tubuhnya bergetar. Matanya membesar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Detak jantungnya berpacu, begitu keras hingga ia takut Rain bisa mendengarnya dari dalam kamar. Lantai marmer di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status