"Mamamu baik-baik saja, kan?" tanya Lestari. Kevin mengangguk.
"Mamaku baik-baik saja, Tante. Tapi,ibu Kiara ... Kami pergi dulu," tukas Kevin sambil bergegas menarik tangan Kiara untuk segera ikut bersamanya. Mendengar ibunya disebut,Kiara pun tampak panik. Ia begitu ketakutan, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan sang ibu.
"Ibu kenapa, Mas?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di dalam mobil.Ia merasa panik dan cemas, ia takut jika terjadi sesuatu pada sang ibu.
"Tidak usah banyak bicara dan banyak bertanya. Kamu bisa lihat sendiri nanti jika kita sudah sampai ke rumah sakit," jawab Kevin.
Kiara hanya mencebikkan bibirnya dengan kesal. Namun, ia tidak membantah lagi dan hanya diam selama perjalanan. Saat mereka sampai di rumah sakit, Kiara bergegas menuju ke kemar sang ibu. Alangkah lega hatinya saat ia melihat Khairani, sang ibu sedang berbaring dan diperiksa oleh dokter dengan mata terbuka.
Kevin benar- benar membuktikan ucapannya. Pagi- pagi sekali sebuah mobil pick up sudah berhenti di depan rumah Kiara. Kiara terbelalak saat melihat sofa baru di atas mobil itu."Ini sofa siapa, Pak?" tanyanya pada supir dan beberapa orang yang ada di mobil itu.""Ini rumah Mbak Kiara, kan? Kami diminta pak Kevin untuk mendekor ulang rumah Mbak Kiara. Katanya besok ada acara lamaran, kan? Oya, saya Yusuf, Mbak." Baru saja Kiara hendak menelepon Kevin , ponselnya sudah berbunyi nyaring. Dengan wajah di tekuk Kiara langsung mengangkat teleponnya."Pak Yusuf itu pemilik toko Furniture. Dia dan anak buahnya akan mengganti sofa usang di rumahmu. Juga beberapa barang di rumahmu yang sudah jadul alias ketinggalan jaman. Lalu, nanti akan ada yang datang untuk mengganti gorden rumahmu dengan yang lebih bagus. Tidak usah memasak, kau urus saja ibumu dengan baik, aku sudah mengirim makanan sehat untuk kalian."  
Kevin menatap wanita di hadapannya dengan tatapan mata tajam, dia adalah sekretaris baru yang dibawa oleh Nancy untuk menggantikan posisi Kiara."Ini, Bu Nancy?" tanya Kevin. Di depan para pegawainya Kevin memang selalu memanggil Ibu kepada Nancy. Supaya lebih formal dan juga tidak ada orang yang mengambil keuntungan jika tau bahwa Nancy adalah tantenya."Namanya Anita, Pak Kevin. Dia sudah berpengalaman dalam bekerja.""Tiga bulan percobaan, tidak lolos menurut saya berikan pesangon dan cari yang baru. Saya harus pergi sekarang, tolong ajari dia, Bu." Tanpa menunggu jawaban, Kevin segera melangkah pergi. Hal itu membuat Nancy harus mengelus dada mencoba bersabar. Meskipun ia ingin menelan Kevin bulat-bulat. Kevin segera melangkah menuju tempat parkir, ia harus mengambil pakaian di butik untuk dikenakan Khairani dan juga Kiara. Ia tidak mau jika Aulia be
Kiara bangun sejak adzan subuh berkumandang. Ia segera mandi dan melakukan ibadah dua raka'at kemudian langsung menuju kamar Khairani. Ibunya ternyata sudah bangun dan sedang menjalankan salat. Kiara pun menunggu hingga Khairani selesai. Ketika ia melihat sang ibu sudah selesai barulah ia mendekat dan memeluknya."Ada apa, Nak? Kau tidak bersiap-siap? Dandanlah yang cantik, bukankah keluarga nak Kevin akan datang pukul delapan pagi?" tanya Khairani."Aku masih takut, Bu." Khairani tersenyum dan mengecup kening Kiara dengan lembut."Semua akan baik-baik saja. Sekarang bersiaplah, Ibu juga akan bersiap," kata Khairani. Kiara pun mengangguk patuh. Dengan mengenakan tulle dress berwarna pastel, Kiara tampil sempurna.Detail embroiderywarnagoldpada bagian depandress semakin memberikan kesan tampilan yang elegan kepada gadis itu. Ia juga menge
Pada akhirnya hari itu tiba juga. Sejak sore hari Kevin sudah menyuruh supir untuk menjemput dan membawa Kiara ke hotel tempat di mana mereka akan menikah besok. Kiara dan ibunya hanya bisa melongo saat orang suruhan Kevin membawa mereka ke suite room yang berada di lantai 4."Semuanya sudah dipersiapkan oleh Pak Kevin. Penata rias Mbak Kiara juga sudah ada di sini. Jadi, besok pagi dia akan datang ke kamar ini dan membuat penampilan Mbak Kiara jadi seperti ratu." Kiara hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih."Kevin sudah menghubungi?" tanya Khairani."Tidak usah ditanyakan, Bu. Nanti juga dia tiba-tiba muncul,"jawab Kiara membuat Khairani gemas."Kamu itu, dia kan calon suamimu.""Iya, Bu. Kiara tau dia adalah calon suami Kiara. Tapi, dia itu terkadang menyebalkan sekali," jawab Kiara."Kamu mencintainya?" tanya Khairani lagi. Kiara terdiam, cinta? Jelas tidak, seja
"Bagaimana para saksi, sah?""SAH""SAH" Dengan terdengarnya ucapan kata 'sah' ,maka sah-lah Kiara menyandang gelar sebagai nyonya Kevin. Setelah sungkem dan meminta doa kepada ibu masing-masing, Kiara pun mencium punggung tangan Kevin sebagai bakti seorang istri pada suaminya."Setelah ini kita masih harus memainkan sandiwara di pesta resepsi. Jadi, tolong persiapkan dirimu, ingat bahwa selain keluarga besarku dan juga klien. Akan ada para pemburu berita yang dengan senang hati meliput acara pernikahanku," kata Kevin di telinga Kiara. Kiara hanya tersenyum dan membalasnya dengan satu kecupan kecil di pipi Kevin. Melihat begitu mesra Kevin dan Kiara membuat Aulia dan Khairani tersenyum senang."Kalau melihat kemesraan mereka aku yakin kita akan segera menimang cucu, Jeng," ujar Aulia kepada Khairani."Insya Allah, kita doakan saja supaya pernikahan mereka menjadi pernikahan yang sak
Kiara menatap bayangan wajahnya lewat cermin, sudah hampir tiga puluh menit ia berada di dalam kamar mandi. Pesta resepsi sudah berakhir sejak satu jam yang lalu. Kiara dan Kevin saat ini berada di kamar hotel yang sudah di hias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin."Kiara, kamu masih hidup? Nggak ada niat bunuh diri,kan?" Terdengar suara Kevin dari luar. Hih, Kiara mendengus sebal, bagaimana bisa lelaki menyebalkan itu menjadi suaminya. Gadis cantik itu pun bergegas keluar. Kevin yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil menonton televisi hanya menoleh lalu kembali asik dengan film yang sedang ia tonton. Sementara Kiara yang sudah mengantuk dengan sedikit ragu merebahkan tubuh di atas tempat tidur."Kamu mau tidur?" tanya Kevin tanpa menoleh. Kiara menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kesal."Lalu, aku harusnya ngapain, Mas?" tanyanya balik."Ini malam pertama kita," ucap Kev
Kiara mendengus sebal,kenapa juga semalam mereka harus tidur berpelukan."Kamu sebenarnya mencintai aku, kan?" kata Kevin dengan penuh percaya diri. Kiara melotot kesal sambil bergidik."Seandainya lelaki di dunia ini hanya tinggal dirimu, aku lebih baik tidak menikah," jawab Kiara tanpa berpikir. Jelas saja itu hanya membuat Kevin tertawa keras."Oya? Tapi, buktinya kamu sekarang sudah sah menjadi istriku," tukas Kevin sambil mencondongkan tubuh sehingga saat ini tubuh Kiara berada di bawahnya. Dalam posisi seperti itu, Kiara hanya dapat memejamkan mata. Jika Kevin ingin meminta hak nya sekali pun, Kiara tidak akan bisa protes. Melihat Kiara yang memejamkan mata sambil komat kamit membuat Kevin mengulum senyum. Tapi, sebagai seorang lelaki normal, Kevin merasa kagum dengan kecantikan Kiara. Wajah polos itu begitu tampak alami tanpa pulasan make-up sedikit pun. Bibirnya yang mungil merah mere
Melihat Kevin yang berjalan mendekat, secara refleks Kiara berjalan mundur hingga ia menabrak tembok. Kiara panik, saat ini posisinya terjepit sudah."Kamu sengaja memakai handuk begitu? Apa kamu mau aku sentuh? Sudah siap memberikan hakku sebagai suami?""Jangan mimpi," kata Kiara sambil berusaha mendorong tubuh Kevin. Sayangnya saat ia mendorong Kevin handuknya justru terlepas dan memperlihatkan tubuhnya yang putih mulus. Lelaki mana pun akan tergoda jika melihat pemandangan yang sedikit memacu adrenalin. Termasuk Kevin, sebagai lelaki normal ia juga memiliki nafsu. Terlebih ikan segar di hadapannya ini seolah memancing untuk diterkam. Tanpa menunggu lebih lama, Kevin menarik tubuh Kiara dan mengecup bibir merah sang istri. Awalnya Kiara berusaha menolak, tetapi ciuman Kevin ternyata sangat memabukkan. Gadis itu pun larut, ia pasrah saat Kevin menggendong dan meletakkan tubuhnya di atas ranjang.&