“Kamu nipuin saya?” desis Dirgam kesal karena mengira Zuhra mengelabui dirinya dengan pura-pura tidur.
Zuhra tersenyum geli, hilang sudah rasa kesal dan amarahnya tadi karena perdebatan mereka.
Zuhra meletakkan secangkir kopi panas di hadapan pria tua yang bergaya seperti anak muda itu.“Uuh, hitam pekat.” Sang kakek mengernyit tak suka. “Kopi ini sama seperti omongan suami kamu, pahit
“Tetap nggak mau bilang siapa yang ngirim itu ke kamu?” tanya Dirgam ketika mereka duduk berhadapan di meja makan pagi ini.“Nggak perlu dibahas kalau Mas juga nggak bisa jelasin siapa perempuan itu,” jawab Zuhra lugas.“Maksud kamu apa? ‘Kan sudah Mas jelaskan kami berteman sejak lama.&r
Kenyataanya ketika cinta sudah meracuni hati dan pikiran, maka kepintaran seseorang akan menguap entah ke mana. Cinta pakai logika? Bullshit.Itulah yang dirasakan Zuhra Kalinka saat ini. Mencintai dalam kerapuhan hati. Pedihnya jiwa yang teriris akibat kelakuan sialan Dirgam nyatan
Kadang semesta memang suka bercanda, sampai kita tak sanggup lagi meski hanya untuk tertawa. Menggelikan.Zuhra mendengus tak percaya. Dia merasa marah, kesal, benci, tapi juga ... lega. Apa-apaan ini?
Zuhra masih menekuk wajah saat Dirgam merebahkan tubuhnya dengan lembut di atas ranjang.Karena memang tak ada penyakit yang serius,
Katanya cuma teman, tapi di balik layar sayang-sayangan. Kalau ketahuan, alasannya kehilafan.- Perfect Husband“Sewaktu Mas dijemput Papa dan Mama, Kely juga mendapat keluarga baru
Zuhra menatap sendu pada Dirgam yang memeluk lembut wanita paruh baya yang sedang terbaring di ranjang. Sangat tampak begitu besar kesedihan yang coba pria itu sembunyikan di setiap harinya. Kali ini Zuhra bisa melihat sendiri, betapa rapuhnya seorang Dirgam Arhab.
“Ra ....”Dirgam lantas menoleh karena sapaan lembut Reno pada Zuhra yang berdiri tak jauh dari mereka, dengan perut membuncit serta mata berkaca-kaca.“Maaf ... tapi yang harus selalu kamu tahu, aku tulus sayang sama kamu, Ra,” bisik Reno.