Part 1
Dua minggu perkenalan, aku memutuskan menerima pinangan Bayu. Lelaki yang dikenalkan Ibu tiriku.
Aku patah hati setelah Adi menikah dengan perempuan pilihan ibunya. Cinta yang dijalin delapan tahun kandas begitu saja. Sakit, tapi aku harus menerima kenyataan kalau Adi memilih patuh kepada wanita yang melahirkannya.
"Baju kebayanya sangat cocok denganmu, Luna. Sebentar lagi kamu akan menjadi istri seorang pengusaha sukses."
Aku berdiri di depan cermin. Baju kebaya berwarna putih membalut badan, riasan make up pengantin menghiasi wajah. Ibu berdiri di belakang dan memegang kedua pundakku. Senyum di bibirnya terpancar melihatku akan menikah dengan lelaki pilihannya.
"Ayo keluar, semuanya sudah menunggu." Ayah berkata di depan pintu kamar.
"Ayo, Luna, kita keluar."
Ibu mendampingiku keluar kamar. Terlihat penghulu dan saksi sudah menungguku. Duduk di samping Bayu, sesekali dia melirikku dengan senyum. Sebentar lagi akan ijab kabul.
"Bagaimana, Saksi? Sah?"
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
"Sah! Alhamdulillah ...."
Aku sudah sah menjadi istri Bayu. Semua orang berdoa. Entah kenapa wajah Adi masih menari di benakku. Aku menikah dengan Bayu bukan Adi.
***
Semua tamu sudah pulang. Aku duduk di kamar pengantin. Tidak ada pesta atau pun musik. Aku dan Bayu sudah sepakat tidak mengadakan pesta, alasanku di hati karena patah hati sedangkan alasan Bayu sama sekali tidak aku pedulikan. Yang penting pernikahan kami sah secara agama dan negara.
Pintu kamar dibuka, Bayu masuk dengan senyuman di bibirnya. Aku tetap duduk memeluk lutut di tempat tidur. Malam ini malam pertama kami, aku akan menyerahkan kegadisanku yang selama delapan tahun aku pertahankan dari Adi.
"Aku harap kamu sudah siap, Luna."
Itulah kalimat yang diucapkannya mendekatiku. Meskipun tidak ada rasa cinta, aku harus memenuhi kewajiban sebagai istri.
Malam ini, malam pertamaku. Aku harus melaluinya dengan sepenuh hati saat suamiku merenggut kegadisanku. Aku yakin cinta akan tumbuh belakangan hingga Adi bisa terlupakan. Ini hanya masalah waktu.
***
Subuh aku terbangun. Agak terasa aneh, melihat ada lelaki di sampingku. Dengan menahan sedikit sakit di selangkangan, aku berjalan ke kamar mandi.
Setelah mandi aku menuju ke dapur, ingin memasak untuk suamiku. Mulai hari ini, aku akan belajar mencintainya.
"Wah, sudah bangun pengantin baru." Ibu meledekku, aku tersipu malu menanggapinya.
Ibu tiriku tampak baik. Ia bernama Dona, wanita yang dicintai Ayah saat ini.
"Bu, hari ini Mas Bayu mengajakku ke rumah baru kami. Aku akan tinggal terpisah dengan Ayah, tolong jaga Ayah ya, Bu."
Aku anak satu-satunya. Semenjak Ibuku meninggal. Ayah menduda cukup lama, hingga akhirnya bertemu Ibuku sekarang. Aku merestuinya menggantikan almarhum ibu di rumah ini. Semua demi Ayah, aku ingin Ayah juga bahagia.
Tidak butuh lama, kami sudah menghuni rumah ini. Rumah yang cukup mewah, ibu tidak salah mencarikan aku lelaki kaya. Mas Bayu dan ibunya menyambutku dengan baik. Namun, ini bukan rumah ibu mertua, karena kami tinggal terpisah. Rumah ibu mertua jauh lebih bagus dari rumah ini.
"Rumah ini milikmu Luna, beri aku cucu secepatnya." Itulah pesan ibu mertua sebelum ia pulang.
***
"Sekarang, hanya kita berdua di rumah ini, Luna." Senyum Bayu membuatku tenang, kedewasaannya membuatku nyaman. Rumah ini adalah kado pernikahan yang diberikannya kepadaku.
"Mas, rumah sebesar ini cuma kita berdua penghuninya?" Rasanya tak pecaya kalau ia memperlakukan aku sangat istimewa.
"Iya, tapi kalau kita punya anak, rumah ini akan ramai."
Aku merasa beruntung, meskipun patah hati tidak berjodoh dengan Adi. Aku diberi suami yang menyayangiku.
Hari demi hari, satu bulan sudah aku menghuni rumah ini. Ibu dan Ayah sering ke sini dan bahkan menginap. Aku dengan semangat belajar masak agar suami betah makan di rumah, dan itulah yang terjadi.
"Sebaiknya Ayah dan Ibu nginap di sini saja, aku yakin Mas Bayu juga senang." Aku berkata saat Ayah dan Ibu pamit pulang.
"Nanti kami akan sering menginap di sini, lagian besok Ayah juga harus cek jantung ke rumah sakit." Ibu menjawab sambil menggandeng tanganku melangkah ke pintu.
"Sebaiknya tunggu Mas Bayu pulang dulu, Bu." Aku masih kukuh ingin mereka tetap tinggal lebih lama.
"Luna, kamu harus mandiri dan kuat, tidak selamanya Ayah berada di sampingmu," kata Ayah.
Aku memeluk Ayah, rasanya tidak ingin berpisah. Begitulah anak perempuan sudah menikah, harus terpisah dari orang tua.
"Sudahlah, jangan menangis, kami akan sering ke sini, Luna."
Aku mengangguk menjawab perkataan Ibu. Lalu kami berpelukan.
Setelah mereka pergi, aku sendirian di rumah ini, sepi. Hanya menunggu suami pulang kerja, menyiapkan diri agar selalu terlihat cantik. Ibu Dona sering mengajarkan itu.
Sudah larut malam, Mas Bayu belum juga pulang. Jam dinding terus berputar, aku terus menunggu dan menunggu.
Aku mencoba menghubungi, tapi tidak diangkat, SMS pun sudah dikirim, tetapi tidak di balas.
'Sudah jam satu malam, kenapa kamu belum pulang, Mas?' batinku dalam kegelisahan.
Tidak lama kemudian, terdengar mobil Mas Bayu masuk. Secepatnya aku berlari ke pintu, ingin membukakan pintu.
"Mas, kamu kenapa?" Setelah pintu dibuka, aku sangat terkejut mendapati suamiku pulang dalam keadaan mabuk.
"Mas, Mas kamu kenapa?"
"Mmmk! Luna …."
Badannya sempoyongan masuk ke rumah, matanya merah dan bau minuman alkohol.
"Luna ... Luna ...." Mas Bayu memanggil namaku.
"Mas, kamu mabuk?" Aku bertanya menatapnya.
"Luna ... gadis cantik perawan yang berhasil aku nikahi, kamu ... kamu hanya alat untuk supaya aku bisa rujuk dengan mantan istriku."
Deg!
Bagai sebuah bom yang meledak. Jantungku terasa diguncang dengan butiran panas. Sebuah kalimat yang tak pernah terbayangkan, jika suamiku mengatakan itu.
Hah? Apakah aku menikahi seorang duda?
"Apa maksudmu, Mas?" Hatiku tak tenang mendengarnya.
"Luna sayang ..., aku sudah talak dia, dan a ...." Mas Bayu pingsan di kursi tamu.
Aku terpana mendengar perkataan Mas Bayu. Sakit sekali rasanya pengakuan itu keluar dari mulutnya. Apakah aku menikahi lelaki duda? Kenapa ibu tiriku tidak memberitahu? Hanya air mata saksi betapa pedihnya rasa di hatiku malam ini.
"Tuhan, tolong kuatkan hatiku."
Bersambung …
part 2Aku tidak menyangka nasibku seperti ini. Bagaimana mungkin ibu mempermainkan pernikahanku. Dan yang lebih parahnya aku dijadikan alat agar suamiku bisa rujuk dengan mantan istrinya. Apa maksud semua ini?Aku membiarkan Mas Bayu terbaring di sofa. Malam ini susah memejamkan mata. Luka karena merasa dipermainkan. Aku tak akan biarkan semua ini!Menunggu hingga besok dia sudah sadarkan diri. Setelah itu, ia harus menjawab semuanya.***Suasana pagi menyelimuti bumi. Matahari tersenyum menampakkan sinarnya. Aku masih duduk di samping Mas Bayu, menunggu hingga dia terbangun.Tok! Tok! Tok!"Siapa yang datang?" Aku bangkit dari duduk. Ada yang datang pagi-pagi. Semoga saja ibu mertua agar aku dapat penjelasan.Pintu dibuka. Mataku terpana melihat seorang wanita berdiri di depan pintu, dia tersenyum sinis menatapku."Cari siapa?" Aku bertanya dengan ramah."Mas Bayu ada?" Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya."Kamu siapa? Ada apa mencari suamiku?" Perasaanku tidak enak melihat
part 3Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka mempermainkan hidupku. Melihat mimik wajah ibu Mas Bayu, ada sesuatu yang belum diungkapkan."Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini, Ma." Aku berusaha menekan suara."Luna, aku yakin suatu saat Bayu akan mencintaimu, tolong bersabar, dengan kehadiran seorang anak, hidup kalian akan bahagia."Bersabar? Apakah aku bisa seperti itu? Aku juga belum mencintainya, meski sudah hidup bersama satu bulan. Rasa di hati belum juga timbul apalagi dengan situasi sekarang. Malah aku sangat membencinya."Ma, kenapa mereka bercerai?" Rasa penasaran masih menari di benakku.Ibu Mas Bayu menarik nafas dalam. Terlihat ada luka di matanya seperti mengingat sebuah kejadian. Sejenak matanya jauh memandang ke depan."Mila selingkuh dengan suamiku.""Apa?" Tentu jawaban ibu mertua membuatku sangat terkejut.Mila selingkuh dengan papa Mas Bayu? Dunia apa ini? Mudah sekali mereka melakukan itu. Pantas ada kebencian di mata Ibu mertua melihat wanita bernama Mil
part 4Keningku terasa sakit. Ini harus diobati. Masuk ke kamar tamu membawa kotak P3k dan mengobatinya. Terlihat di cermin aku menatap diriku sendiri. Sangat menyedihkan."Payah kamu Luna, mereka berzina di rumahmu dan kamu diam saja?! Kasihan sekali kamu. Kalau kamu membiarkannya, mereka akan semena-mena, Ayo bertindak!!!" Bisikan-bisikan marah menghasut pikiranku. Tak terima diperlakukan semena-mena. Diam menangis bukan solusinya. Bertindak! Ya, aku harus bertindak.Dalam amarah, aku melangkah ke arah dapur.Pintu belakang dibuka dari dapur. Tujuan ingin mengambil gunting kebun. Setelah didapat, dengan menatap tajamnya, aku tersenyum jahat dan sudah siap-siap menghadapi mereka.Lalu, aku melangkah menuju ke kamar yang mana mereka sedang berzina. Mungkin saja sedang menikmati bergulat dengan nafsu syetan. Sebentar lagi, mereka akan terkejut dengan tindakan gilaku ini.Sampai di depan kamar aku berdiri dan mengetuk pintu.Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!Sengaja suara ketukan pintu agak dik
part 5Melihat Mas Bayu meninggalkan rumah dengan wajah kesal. Hatiku sedikit tenang. Malam semakin larut, sendirian di rumah ini, rumah besar mewah tetapi aku tidak bahagia. Rasa benci di hatiku ulah mereka, semakin lama semakin bertambah.Kubaringkan tubuh di tempat tidur. Pandanganku jauh mengingat kejadian tadi. Mereka sama sekali tidak menghargaiku. Ini sangat menyakitkan.Akan tetapi, kenapa Mas Bayu masih menerima Mila padahal sudah selingkuh dengan papanya. Apa yang ada di diri Mila yang membuatnya tertarik? Jika cantik, lebih banyak yang lebih dari Mila.Pagi ini aku bangun lebih awal, meskipun suamiku belum pulang. Kini tidak perlu memperdulikannya. Aku masak rendang yang akan dibawa ke rumah ayah. Selain itu aku juga akan menemui ibu membicarakan tentang pernikahanku seperti sebuah permainan.Sedang memasak tiba-tiba api kompor mati. Ternyata gas sudah habis, kubuka tabung gas dari selangnya agar bisa diganti dengan tabung gas berisi penuh. Pekerjaan ini sudah biasa dilakuk
part 6Setelah gunting di tanganku, aku melayangkan dua tamparan kepada Mila, dengan merasa puas rasa sakitku terbalaskan, tapi sakit di hatiku jauh tak terobati."Berani kamu menamparku!" Mila memegang pipinya."Jangan coba-coba tangan kotormu menyentuhku lagi, satu kejahatan, dua terbalaskan, ingat itu!" Aku menatap matanya, ingin rasanya ku congkel bola mata itu, tapi aku juga harus menahan diri, aku masih takut dipenjara."Kamu minta cerai?! Detik ini juga aku ceraikan kamu Luna!" Mas Bayu menatapku sinis."Okeh, terimakasih, dasar lelaki banci!" ucapku."Apa kamu bilang?!" Mas Bayu mengangkat tangannya ingin menamparku, tapi gunting ditanganku membuat nyalinya ciut."Ternyata kalian memang cocok, benalu hidup di rumah banci!!""Kamu!" Mila tidak jadi melanjutkan aksinya ingin memukulku, lagi-lagi gunting ditanganku membuatnya diam dan menahan emosi."Keluar dari rumahku!!" Aku menunjuk ke pintu.Mereka langsung beranjak dan meninggalkan rumahku, hari ini aku sudah diceraikan seca
part 7Apa yang akan direncanakan Mas Bayu dan Mila? Kenapa menyebut penjara segala? Sepertinya mereka ingin melakukan kejahatan padaku. Mendengar perkataan Mas Bayu di ponsel, aku bersembunyi di balik kursi, terlihat dia mondar mandir berfikir, aku secepatnya balik ke kamar sebelum dia mendapatkanku menguping pembicaraanya."Non Luna." Mbok Siti menyapaku saat aku mengendap ngendip ke kamar."Sssstttt! Pelankan suaramu, Mbok." Aku langsung menarik tangan Mbok Siti bersembunyi dibalik kursi. Sementara itu Mas Bayu melangkah menuju ke kamarnya."Ada apa Non?" Mbok Siti kelihatan heran dengan reaksiku."Tidak ada apa-apa, aku tidur dulu, Mbok." Aku tidak ingin menjelaskannya dan langsung melangkah ke kamar."Non Luna, hati-hati dengan Mila dan Den Bayu."Langkahku terhenti, sepertinya Mbok Siti juga mendengar percakapan Mas Bayu di ponsel barusan."Apa maksud Mbok?" Aku membalikan badan menatapnya."Mbok juga mendengarnya, Non. Mila perempuan yang licik, dia akan melakukan apa saja agar
part 8Aku berusaha menahan hati melihat ibu tiriku dan Mila, kalau bukan karena ibu mertua dan bayi yang kukandung, mungkin aku sudah menusukan gunting ke lehernya, sulit sekali menahan amarah melihat mereka berbuat jahat dengan kehidupanku."Luna, ayo duduk," ucap Ibu Mas Bayu."Ma, aku ... aku tidak sanggup menjalankan rumah tangga ini lagi." Entah kenapa aku menjadi cengeng, apakah ini faktor kehamilanku?."Luna, apapun caranya kenapa kamu bisa menikah dengan Bayu, aku tidak akan menyia-nyiakanmu dan cucuku, aku hanya minta kamu bersabar." Ibu Mas Bayu berkata lembut, sikap ini membuatku luluh.Sabar? Sampai kapan? Aku hanya mengelus perutku menguatkan hati.Sudah jam delapan malam, aku masih duduk di depan televisi, meski sudah pakai AC, entah kenapa bawaan cuaca selalu panas, ingin sekali rasanya makan rujak pedas, tapi malam begini tidak mungkin aku keluar."Luna, ini untukmu." Tiba-tiba Mas Bayu datang dan menyodorkan macam-macam buahan dalam kantong kresek transparan, aku bis
part 9Aku tidak menyangka Mas Bayu bisa berubah dalam sekejap, suatu hal yang tidak pernah kusaksikan sebelumnya, pantas dia begitu tergila-gila dengan Mila meskipun sudah selingkuh dengan Papa kandungnya sendiri.Aku meninggalkan mereka dan melangkah ke ruang operasi, disana ibu tiriku duduk dengan Ibu Mas Bayu berdekatan, sepertinya mereka sangat akrab. Dan aku langsung duduk disamping mertuaku."Luna, sebaiknya Ayahmu tinggal bersama kamu setelah keluar dari rumah sakit, Ibumu ingin ke Malaysia mengunjungi putranya." Ucap mertuaku meskipun ibu tiriku tidak berkata.Hebat sekali dia, disaat ayahku keluar dari rumah sakit, dia enak-enakan ke Malaysia, dasar istri durhaka!"Syukurlah, Ma. Aku juga ingin selalu dekat dengan Ayah." Jawabku hanya menatap ibu mertua.Tidak lama kemudian Mas Bayu datang, dia duduk disamping ibu tiriku."Kamu kenapa, Bayu. Mukamu terlihat kesal." Ibu tiriku menyapanya."Aku tidak apa-apa, Bu." Jawabnya dan langsung sibuk dengan ponsel.Aku melirik Mas Bayu