Share

PERNIKAHAN yang TERTUKAR
PERNIKAHAN yang TERTUKAR
Penulis: Semesta

Bab I. Run

Maeera berlari di antara ilalang yang meninggi, nafasnya terengah-engah. Gaun pengantinnya yang berwarna putih nampak kotor di sana-sini. Sesekali ia menoleh ke belakang, mencari keberadaan orang-orang yang sedari tadi mengejarnya.

Hari ini adalah hari pernikahannya, tapi gadis cantik itu memilih untuk kabur. Ia tak ingin menikah dengan Rin, putra seorang mafia yang terkenal kejam dan brengsek. 

"Aa ... aaa ... mengapa mereka masih terus mengejarku," teriak Maeera sembari berlari menghindari kejaraan sejumlah pria berjas hitam.

Maeera, seorang gadis yatim piatu miskin yang tumbuh besar bersama sang nenek. Ia gadis yang polos. Kesehariannya hanya diisi dengan berkebun, merawat ternak dan membersihkan rumah. Ia sama sekali tak memiliki keahlian lain selain tiga hal itu. 

Dua tahun lalu, musibah datang menghampirinya. Sang nenek yang merupakan satu-satunya keluarga baginya, tiba-tiba jatuh sakit dan membutuhkan perawatan. 

Maeera yang miskin, bodoh dan tak memiliki banyak uang, akhirnya nekat berhutang kepada rentenir untuk menutup biaya berobat. Salah satunya kepada seorang rentenir bernama mafia Ko.

Pria keturunan Tionghoa yang menguasai bisnis-bisnis gelap di beberapa negara. Relasi dan jaringan bisnisnya besar, hingga tak ada seorang pun yang berani menyentuhnya.

"Kau sudah tau resiko berhutang pada kami," tanya pria berkemeja bunga-bunga pada Maeera sembari menghitung beberapa gepok uang.

Kedua kakinya dinaikkan keatas meja dengan rokok kretek terselip di bibirnya. Bekas luka sayatan, tampak melintang di wajahnya, memberikan kesan menyeramkan. 

Maeera yang duduk bersimpuh di lantai, hanya menunduk tak berani melihat langsung wajah pria itu. 

"Kau tuli?" bentak pria itu sembari melepar rokoknya yang masih menyala kearah Maeera. 

Maeera tersentak kaget saat bara api rokok mengenai tanganya. Dan dengan ketakutan ia menganggukkan kepalanya pelan. 

Melihat Maeera ketakutan, pria itu tertawa keras. Ia berdiri lalu melempar segepok uang kepada Maeera lalu pergi. 

*****

Kesabaran Maeera sedang diuji. Meski hutangnya menumpuk, sang nenek yang sudah renta tak berhasil ia selamatkan.

Kini ia hidup sebatang kara di rumah yang sudah bobrok, sembari bekerja keras melunasi semua hutang-hutangnya.

Tapi sekeras apapun Maeera bekerja, dirinya yang bodoh dan tak memiliki banyak keahlian, tetap kesulitan membayar semua hutangnya tepat waktu. 

Hidupnya kini penuh dengan kekhawatiran dan kesedihan karena setiap hari para penagih hutang datang ke rumahnya dengan berbagai ancaman dan kekerasan.

"Mana uangnya ha! ... " bentak pria berbadan besar bekaos hitam dengan tato kalajengking di lehernya.

Maeera hanya diam. Tak ada uang di rumahnya.

"Kau mendengarku?" tanya pria itu lagi sembari menarik rambut panjang Maeera ke belakang hingga wajah Maeera mendongak ke atas.

Ia meringis kesakitan.

"Ini hari terakhir, jika besok kau tak juga melunasinya maka ... " Pria itu mendekat ke telinga Maeera kemudian berbisik.

"Aku akan menjualmu ke tempat pelacuran!" gertaknya sembari melepaskan tangannya dari rambut Maeera lalu pergi. 

Maeera masih tetap diam, tak ada air mata yang menetes. Sejak kepergian neneknya, ia telah belajar menjadi wanita yang kuat.

*****

Mafia Ko, ketua para rentenir, awalnya meradang mengetahui ada orang yang gagal membayar hutang padanya tepat waktu.

Tapi begitu tau gadis itu adalah Maeera, amarah mafia Ko mereda. Ia ingat betul, dirinya pernah ditolong oleh nenek Maeera saat miskin dulu. 

Untuk balas budi kepada nenek Maeera, mafia Ko memutuskan untuk menikahkan Maeera dengan putra tunggalnya, Rin. 

Rin Leung adalah seorang pemuda berandal putra tunggal mafia Ko. Meski memiliki wajah yang cukup tampan dan pendidikan bergengsi di luar negeri, di kalangan mafia Rin terkenal sama kejamnya dengan sang ayah.

Setiap malam ia akan menghabiskan waktunya di klub-klub malam milik ayahnya bersama wanita-wanita seksi. Ia juga terkenal memiliki temperamen buruk, suka memukul dan suka bermabuk-mabukan. 

*****

Matahari perlahan condong ke arah barat. Hembusan angin musim kemarau yang kering menggoyangkan batang-batang ilalang, membuatnya berayun seirama ke kanan dan ke kiri mengikuti hembusan angin.

Maeera masih terus berlari meski kakinya mulai terasa lelah.

Kini ia tiba di sebuah jalan yang bercabang, salah satu jalan nampak beraspal mulus dengan deretan pohon cemara di sepanjang jalan.

Sedangkan jalan satunya lagi merupakan jalan setapak kecil dengan ilalang tinggi di kanan kirinya. Di ujung jalan kecil itu, dari kejauhan Maeera melihat seorang wanita mengenakan gaun berwarna putih sama sepertinya sedang berlari kearahnya. 

*****

Avani membuang sepatu hak tingginya, gaun pengantinnya ia angkat tinggi sambil berlari menerobos ilalang. Veil gaun pengantinnya ia buang begitu saja di jalanan. Ia terus berlari menjauhi kerumunan pesta besar itu.

"Ah ... semua ini merepotkan," kata Avani sembari mengangkat gaun pengantinnya tinggi-tinggi.

Avani adalah seorang pebisnis wanita yang karirnya sedang meroket karena berhasil membantu grup Liong mengakusisi beberapa perusahaan besar yang hampir bangkrut.

Lulus dari universitas ternama di Inggris, Avani mulai bekerja di perusahaan grup Liong yang memiliki banyak bidang usaha, mulai dari bisnis perkebunan, otomotif hingga real estate.

Ia merupakan sosok perempuan berpendidikan yang memiliki prinsip dan karakter yang kuat. Dalam hidupnya karir dan pekerjaan adalah nomor satu. Oleh sebab itu ia sangat benci saat dirinya dijodohkan dengan Gin, putra dari pemilik grup Liong. 

Meski menikahi Gin artinya hidupnya akan terjamin, tapi Avani yang lebih suka tantangan, tak menyukai hal itu.

Apalagi Gin, putra grup Liong adalah seorang pria yang cacat, ia buta sejak mengalami kecelakaan mobil bersama ibunya beberapa tahun lalu. Itu artinya karirnya akan terhambat karena ia harus mengurusi seorang suami yang cacat.

Avani awalnya menolak perjodohan itu, ia mengatakan bahwa dirinya belum ingin menikah dan masih ingin mengembangkan karirnya di dunia bisnis agar lebih sukses. Tapi kedua orang tuanya terus membujuknya untuk menerima perjodohan itu, Avani pun akhirnya menerima perjodohan itu meski dengan berat hari. 

Di hari pernikahan, Avani tiba-tiba mendapatkan email yang mengatakan jika dirinya diterima bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika yang telah lama ia incar. Tes wawancaranya akan dilakukan besok.

Usai menerima email tersebut, Avani yang sudah mengenakan gaun pengantin lengkap dan bersiap menuju ke pelaminan nampak mulai gelisah . Ia berpikir keras, keputusan apa yang harus ia ambil.

Jika ia melanjutkan pernikahan ini, maka kesempatannya untuk berkarier di luar negeri akan hilang. Tapi jika ia kabur dari pernikahan, maka risiko terbesarnya adalah ia akan dipecat dari pekerjaan dan dimarahi oleh orang tuanya.

Tak ingin mengorbankan masa depannya hanya demi seorang pria buta yang tak dikenalnya, Avani memutuskan untuk kabur dari pernikahan.

Menyelinap melalui bagian belakang gedung tempat ia berada, Avani berjalan mengendap-endap menghindari para penjaga.

Berhasil keluar dari gedung, Avani kembali berjalan mengendap-endap menuju ke arah gerbang utama. Ia kemudian bersembunyi di antara bunga dan pepohonan mencari waktu yang tepat untuk keluar.

Tak mudah bagi Avani untuk bisa keluar dari lapangan golf pribadi milik keluarga Liong, beruntung saat itu para penjaganya sedang istirahat siang, jadi pengawasan sedikit longgar.

"Yah ... akhirnya berhasil juga," kata Avani senang. 

Keluar dari lapangan golf, Avani memilih berjalan menuju jalan setapak sempit yang ditumbuhi ilalang di kanan kirinya. Ia berpikir jika memilih jalan setapak seperti itu, maka orang-orang tak akan berhasil melacak keberadaannya. Namun ternyata perkiraannya salah, serombongan pria berjas hitam tampak berlari mengejarnya dari belakang. 

"Aaa ... cepat sekali mereka tau aku kabur?" kata Avani sembari berlari menerobos ilalang. 

Mengetahui dirinya kini jadi buronan, Avani mempercepat langkah kakinya. Ia tak ingin para pria berjas hitam itu berhasil menangkapnya dan menghancurkan masa depannya.

Setelah berlari cukup jauh, Avani pun berhenti. Ia menoleh ke belakang untuk melihat keadaan. "Apa mereka masih mengejarku," tanya Avani dengan nafas terengah-engah. Hatinya lega, para pria berjas hitam itu kini sudah tak nampak. 

Merasa sedikit aman, Avani mulai memperlambat langkah kakinya, ia kelelahan. Jempol kakinya tampak merah berdarah karena tersandung batu saat berlari.

"Huh ... lelah sekali," kata Avani sembari membungkukkan badan, kelelahan. 

Avani kini tiba di sebuah persimpangan jalan. Tampak dua buah jalan dengan kondisi yang sangat berbeda. Salah satu jalan tampak sangat terawat dengan aspal yang halus dan deretan pohon cemara di kanan-kiri.

Sedangkan jalan satunya tampak jauh berbeda. Jalan itu sepi dan ditumbuhi ilalang yang tinggi. Dari ujung jalan yang sepi itu, nampak seorang wanita bergaun putih sama sepertinya sedang berlari kearahnya. 

*****

Di persimpangan jalan yang dipenuhi ilalang, kedua pengantin itu bertemu. Saat berpapasan, keduanya saling berpandangan. Mata mereka bertemu satu sama lain seakan sudah lama kenal. Tanpa berbicara sepatah kata, keduanya lantas menjauh satu sama lain. Maeera berlari ke arah datangnya Avani, sedangkan Avani berlari ke arah datangnya Maeera. 

Persimpangan jalan itu sepertinya menjadi penandatanganan persimpangan nasib keduanya. 

*****

Segerombolan pria berjas berkacamata hitam nampak kebingungan. Mereka terlihat mencari sesuatu di antara semak-semak ilalang. Mereka adalah anak buah mafia Ko yang sedang mencari Maeera yang kabur dari pernikahan. 

"Hei kau, cari kesana," perintah seorang pria berjas hitam berkepala botak kepada beberapa pria berjas hitam lainnya. 

Raut muka mereka nampak tegang, karena jika mereka gagal maka artinya nyawa mereka juga bisa hilang. Ini adalah hari besar bagi mafia Ko, di mana putra satu-satunya Rin akan menikah. Jika pengantin wanita tak muncul saat pesta, maka bisa dipastikan mafia Ko akan sangat murka.

Beruntung di tengah kecemasan itu, dari kejauhan nampak seorang wanita mengenakan gaun pengantin sedang berlari ke arah mereka. Wanita itu mengenakan pakaian yang sama persis dengan pengantin yang mereka cari, gaun pengantin putih panjang dengan rambut disanggul kecil dan mengenakan masker.

"Hei lihat, itu dia!" kata salah satu diantara mereka sembari menunjuk ujung jalan.

Tanpa banyak bicara, mereka langsung menghampiri gadis bergaun pengantin itu. Mereka  memegang kedua tangan dan kakinya agar tidak kabur, lalu memasukkannya ke dalam mobil jeep hitam secara paksa. Meski wanita itu berteriak dan meronta-ronta, para pria itu hanya diam dengan tatapan mata dingin.

*****

Di tempat lain, ajudan keluarga Gin juga tampak senang melihat sosok seorang wanita memakai gaun pengantin berwarna putih dari kejauhan berlari menghampiri mereka.

Dengan sikap ramah, mereka menghampiri dan meminta gadis itu untuk bersikap kooperatif dan kembali ke pesta pernikahan. 

"Mohon kerjasamanya Nona, kami tidak ingin bersikap kasar," kata salah satu di antara mereka.

Dengan perlakuan penuh hormat, gadis itu digiring masuk ke sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam. Meski gadis itu tampak kebingungan sembari terus bertanya siapa mereka. Tapi para pria berjas hitam itu tidak menggubrisnya dan tetap memaksanya masuk ke dalam mobil. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status