Home / Romansa / PERTAMA UNTUK NAIMA / Chapt 5. Pertemuan

Share

Chapt 5. Pertemuan

Author: Rezquila
last update Huling Na-update: 2021-09-21 18:12:58

   Netra yang saling mengunci dalam berpandangan, jemari tangan yang terpaut, gemuruh yang bertalu diantara Naima dan Albe tak dapat dijabarkan dengan kata. Entah apa, seperti dua insan yang menanti begitu lama untuk sebuah pertemuan. Mereka tidak saling mengenal, tidak saling tahu. Hanya takdir yang membawa mereka pada garis waktu. 

"Ehhemmm, " Keduanya saling canggung, melepaskan tangan dengan enggan.

"Saya tak menyangka, bisa kebetulan seperti ini," ucap Albe, masih sangat shock dengan kebetulan yang dia alami. Menggigit bibir sambil berpikir, harus bagaimana membalas pertolongan gadis rupawan di hadapannya.

"Saya juga, saya pikir sesuatu yang buruk akan terjadi. Maaf saya meninggalkan anda dalam keadaan belum sadar," kata Naima tak tahu harus bersikap bagaimana. Biasanya dia akan santai, namun lelaki asing di hadapannya membuat ia salah tingkah. Malu karena menolong dengan setengah-setengah.

"Oh tidak apa-apa, saya baik-baik saja. Tidak perlu ada yang harus disesalkan. Saya memang mencari keberadaan anda, tapi tidak berhasil. Bagaimana kalau kita ke suatu tempat, izinkan saya menjamu anda sebagai ucapan terima kasih," tawar Albe kepada wanita yang ternyata sangat rupawan di mata Albe. Naima menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memperhatikan Albe dan sebuah mobil yang beberapa minggu yang lalu penyok parah pada bagian depan.

"Sebenarnya tidak apa-apa, saya ikhlas kok," tukas Naima, menatap pada sorot mata Albe yang memancarkan pengharapan.

"Saya yang tidak enak hati, atau bolehkah saya mengantar anda untuk saat ini? Mungkin lain kali jika anda keberatan pergi dengan saya untuk saat ini," bujuk Albe tak ingin kehilangan kesempatan lagi. Naima menimbang, akhirnya mengangguk menyetujui.

    Langkah kaki keduanya serasa melayang, Albe membukakan pitu penumpang untuk Naima. Setelah memutar Albe segera melajukan mobilnya.

"Tinggal di daerah mana?" tanya Albe memberanikan diri menanyakan tujuan mereka. Naima menggeser badannya menyamankan diri. Berdua dengan lelaki yang baru saja dia kenal membuat gugup.

 "Di jalan Hj. Syukur," jawab Naima pelan. Albe tanpa sadar mengerem mobilnya mendadak. Informasi yang bapak ojek berikan benar, lalu ada apa dengan pencariannya yang tak membuahkan hasil. Suara klakson bersahut sahutan memekakkan telinga di belakang mereka, Albe tergesa melajukan mobilnya.

"Ada apa? Kenapa berhenti mendadak?" tanya Naima keheranan dengan sikap Albe yang tiba tiba terkejut.

"Maaf, saya sempat ketempat itu beberapa hari yang lalu," timpal Albe.

Naima hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tapi tidak menanyakan perihal keperluan Albe.

    Jantung Naima bertalu dengan tidak sopan, tanpa sadar menggenggam erat sabuk pengaman yang melingkar ketat di bagian depan tubuhnya. Hal itu tidak luput dari perhatian Albe, ia merasa kecanggungan yang menyiksa. Entah mengapa bibirnya seperti kelu, otaknya mengosong tak ada apapun yang bisa dia temukan di sana. Berduaan dengan seorang perempuan sudah biasanya baginya, tapi dengan perempuan ayu dan rupawan di sampingnya ini. Seolah dunianya berhenti. Dengan cepol kecil di belakang kepala membuat Naima terlihat lebih menggemaskan. Bulu-bulu halus di leher dan tangannya yang kuning langsat, menjadikan perempuan di samping Albe lebih menarik. Dan Albe menyukai itu, sesuatu di perutnya berdesir nyaman.

"Rumah dengan pagar tinggi berwarna cream itu," ucap Naima menunjuk rumah yang sempat beberapa kali Albe dan Viran lalui. Tanpa sadar Albe berdecak, ternyata rumah tanpa nomor.

"Kamu tinggal sendiri?"tanya Albe memberhentikan mesin mobilnya tepat di depan gerbang. 

"Ada banyak orang, ini kost putri," Naima memberi informasi sedikit. 

"Senang bertemu denganmu Naima, terima kasih sekali lagi. Aku tidak dapat membalasnya walau dengan hidupku," ucap Albe dramatis membuat Naima terkekeh, Albe berlebihan sekali.

"Santai saja, lain kali berhati-hatilah. Aku masih bersyukur mobilmu tidak menabrakku," beber Naima sambil melepaskan sabuk yang melilit tubuhnya. Albe tertawa pelan, memang, dia bisa saja mencelakai orang lain saat itu.

"Lain kali izinkan aku mentraktirmu," pinta Albe tulus.

Naima mengangguk, mengulurkan tangan. Albe melihat tangan dengan jari lentik di depannya, sambil tersenyum penuh arti Albe membalas uluran tangan Naima. Tanpa sadar Albe mengecup punggung tangan itu. Naima berjengit reflek menarik tangannya.

     Naima membuka pintu dan segera membuka pagar, melambai sebagai salam perpisahan. Albe memperhatikan hingga sosok wanita penolongnya menghilang di balik pintu pagar yang menjulang. Memerosotkan diri, Albe menengadah mengucap syukur. Memutar  mobilnya, Albe segera meninggalkan kost Naima, menuju apartemen.

   **

   Naima merapikan baju ganti di dalam loker, hari ini Naima mendapat shift sore. Hari liburnya jatuh pada hari Jum'at untuk minggu ini, itu akan berganti setiap minggunya mengikuti roaster kerja. 

    "Naima!" Naima menoleh, Jaka sang entahlah Naima tidak begitu paham posisi dia di Cafe Kita memanggil.

"Saya Pak?" tanya Naima mendekat.

   Jaka masih bingung bagaimana cara mengakrabkan diri dengan gadis ayu di hadapannya. Dengan pegawai lain Jaka bisa langsung bercanda. Namun dengan Naima Jaka hanya bisa bertegur sapa. Dia selalu kehilangan kata juga ingin terlihat sempurna.

"Bagaimana pekerjaannya? Apa ada kesulitan?" tanya Jaka sopan, Naima menggeleng.

"Tidak pak, kawan-kawan yang berpengalaman banyak mengajari saya. Terima kasih untuk kesempatannya," ucap tulus Naima membuat Jaka hanya menghela napas gugup. 'Kamarana wae abdi ieu aya awewe geulis pisan euy, abdi hoyong nikah ambu'. Jaka memejamkan matanya menahan gejolak di hatinya.

"Ada lagi Pak Jaka? Bapak asma?" Naima memperhatikan Jaka yang berkali-kali menahan napas dan mengembuskan.

"Oh tidak, saya hanya sedikit engap. Selamat bekerja Naima semoga betah disini," putus Jaka berlari menuju tangga ke ruangannya. Naima memperhatikan sikap absurb Jaka, memutar badannya Naima menuju ketempatnya bersiap menerima pengunjung.

   Naima terlihat mondar-mandir dari meja satu ke meja yanga lainnya, gadis jawa itu begitu cekatan. Sepertinya hanya Naima yang sering di panggil oleh pelanggan, ada beberapa  pegawai yang bertugas malam ini, tapi yang di lihat dari mata Albe, para pengunjung cafe terlihat lebih nyaman di beri layanan oleh Naima. Albe mengamati dari dalam ruangannya yang sedikit agak jauh, tapi tetap dapat memantau suasana cafe. Beberapa hari ini Albe sibuk dengan dokumen keberangkatannya ke Amerika dan dokumen bisnisnya. Albe jarang mengunjungi Cafe, Jaka yang akan datang melaporkan perkembangan Cafe juga sahabatnya Viran.

    Albe belum bercerita kepada Jaka kalau perempuan penolongnya adalah salah satu pegawainya. Dunia memang sangat kecil. Di saat Albe bersusah payah mencari ke catatan sipil padahal di kantor ada data lengkap tentang Naima. Albe tidak mengerti dengan jalan yang digariskan Tuhan untuknya. Tersenyum memandangi perempuan di bawah sana, Albe mengelus dadanya yang menghangat.

    Jam operasional cafe yang hanya sampai pukul 11 malam, membuat pengunjung keluar sebelum tanda tutup di pasang. Setelah membersihkan dan merapikan Cafe semua pegawai bergegas kembali ke peraduan masing-masing. Naima berjalan pelan menuju halte terdekat. 

"Naima!" panggil Albe membuat Naima terhenti lalu membalikkan badan. Naima celingukan mencari sosok yang memanggilnya. Albe mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.

"Ayo masuk aku antar," seru Albe. Naima melihat mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. naima hanya mematung. Hampir tengah malam, meilih menerima atau tidak. Naima di ambang kebimbangan. Albe turun dari mobil, dia sengaja tidak menunjukkan kalau dia adalah sang pemilik Cafe. Albe ingin tahu seperti apa Naima, selain sisi kebaikannya.

"Albe? Kebetulan lewat ya?" Naima menduga-duga.

"Aku melihatmu keluar dari dalam Cafe, ini sudah malam tidak baik pulang sendirian. Ayo aku antar, aku pastikan kamu aman." Albe membujuk Naima. Akhirnya Naima menyetujui.

"Terima kasih, aku merepotkanmu terus." Naima mengutarakan ketidak nyamanannya.

"Never mind, Nai. Aku senang bisa melihatmu lagi," kata Albe jujur dengan yang diutarakannya. Ada makna tersirat dari kata kata Albe bahwa dia senang bertemu dengan Naima.

Naima menengok kearah Albe yang serius melihat kejalan. "Tidak sengaja mencariku lagi, 'kan?" tebak Naima membuat Albe tertawa renyah. 

"Tidak. Namun bisa jadi iya. Bolehkah aku meminta kontakmu, jika kamu tidak keberatan. Aku masih berhutang padamu," pinta Albe memberanikan diri.

Naima menimbang menggigit bibir bagian dalamnya. Dia belum mengenal banyak orang, hanya Ajeng, Tiara dan beberapa teman sepekerjaan. 

"Ok," balas Naima memberi persetujuan. Albe tersenyum senang, lalu menyodorkan ponselnya. Meminta Naima mengetikkan nomor gadis itu. Gadis dengan celana jeans dan kemeja itu memencet tombol telpon dan mendial nomor ponselnya. Menyerahkan kembali benda persegi yang pasti mahal dengan model terbaru itu.

"Terima kasih, kapan-kapan aku akan mentraktirmu," janji Albe memberikan sebuah senyuman tulus untuk Naima. Naima tertegun, senyum Albe dalam keremangan cahaya terlihat indah.

   Pertemuan mereka yang tidak sengaja memberikan kesan tersendiri untuk Naima dan Albe. Gadis cantik itu tidak memungkiri, Albe terlihat baik dan sopan, bule rupawan tipe wajah yang mudah diingat walau kemarin Naima sempat melupakan sejenak. Namun, sejak pertemuan kedua di busway, Naima mengingat wajah Albe. Namun naima tidak berharap banyak, dia lega orang yang di tolongnya baik baik saja. itu cukup.

   Apakah ia jatuh cinta?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
ehhh jangan secepat itu nai jatuh cintanya, ntar dikira kamu anu lagi, lagian albe mau ke amrik dl
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Sepertinya Jaka mau modusin Naima,nih.............
goodnovel comment avatar
Ar_key
belum selesai baca masih otw ...️
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 206. AKHIR BAHAGIA

    Suasana ballroom sebuah hotel berbintang di tengah kota Manhattan terlihat riuh dan penuh canda tawa. Sosok perempuan bergaun biru langit dengan model sederhana berbahan brokat, namun tetap tampak elegan dan membuat wanita dengan perut membuncit itu terlihat semakin menawan. Ia terlihat bahagia, wajahnya memancarkan rona merah muda. Senyumnya yang sampai ke ujung mata tak meninggalkan bibir merahnya. Naima dan Albe menjadi laksana Cinderella dan Prince Charming di dunia nyata. Mereka berdua berjalan bergandengan menuju singgasana sederhana di ujung sana. Di depan mereka Colby Jr. berjalan layaknya pangeran dengan suite kebanggan. Tepuk tangan tamu undangan yang sebagian besar adalah kawan Eleanor dan Albert yang menempati sisi kiri. Juga teman-teman Albe hanya ada puluhan sepertinya, berada di barisan sebelah kanan. “Yang, banyak sekali tamunya,” bisik Naima. Ia tentu gugup walau terlihat bahagia. “Rileks, Baby. Anggap saja mereka bukan apa-apa,” ucap Albe tak kalah pelan, meng

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 205. Berdamai Dengan Masa Lalu

    Naima mengekori Albe saat lelaki itu mengunjungi sebuah gedung pusat rehabilitasi, sudah 4 hari berlalu sejak pembicaraan singkat mereka. Alberico sudah menjelaskan pada Naima bagaimana kondisi Chloe. Depresi dan narkoba yang sudah meresahkan. Kesenyapan dan wajah sendu Colby saat sendiri adalah bentuk kesedihannya. Chloe sangat menyayangi anak kecil itu, tapi waktunya tersita saat pengaruh obat menguasai tubuh. Meninggalkan Colby dalam kesunyian, sementara Nanny Smith tak bisa 24 jam bersama. Setiap hari, Naima dan Albe mengajak Colby bertamasya dan melakukan banyak kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan kesepian anak berumur 6 tahun itu. Saat menanyakan keberadaan sang ibu, Naima mengatakan Chloe sedang sakit dan harus di rawat. Colby Jr. yanga bosan dengan rumah sakit memilih berdiam diri di rumah. Jadwal bermain dengan dokter masih beberapa hari lagi, ia tak mau datang ke tempat yang tidak menyenangkan itu. Maka, di sinilah mereka berdua. Tanpa Colby Jr. Mereka berada

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 204. Ikhlas

    Mobil Pria bernama Pete itu segera melaju dengan kencang. Colby berlari dan memeluk wanita berkulit hitam yang Naima asumsikan adalah Nanny Smith-nya. “Nanny, ada apa dengan Mom? Kenapa dia selalu seperti itu?” tanya Colby dengan air mata yang membanjiri pipinya. “Oh Boy, Mommy hanya kecapean saja. Ayo aku gendong, kau perlu tidur.” Wanita itu mengangkat Colby kedalam gendongannya. Lalu berpaling pada Naima dan tersenyum. “Hai, Aku Nanny Smith kamu kekasihnya Rico?” Nanny Smith mengulurakn tangannya. Naima menyambut uluran tangan itu dan meralat, “aku istrinya.” “Oh, maaf. Aku tidak tahu. Ayo kita masuk, kita akan ngobrol nanti setelah laki-laki kuat ini tidur siang. Naima mengangguk, ia juga butuh merebahkan diri. Saat masuk ke dalam rumah, Naima menyempatkan melihat Granny di kamarnya, wanita itu sedang tidur dan tak terganggu dengan keributan yang terjadi tadi. Naima memilih ke beranda belakang, ada sofa yang terlihat nyaman di sudut dengan bantal-bantal yang menghiasi juga

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 203. BUKAN SEBUAH AKHIR

    “Mommy!” Colby Jr. turun dari sofa dan berlari memeluk ibunya yang baru pulang bekerja. Menurut informasi yang Albe terima dari ibunya, Chloe bekerja sebagai manajer di departemen store di kota Hampton. “Hello Boy, istirahatlah ke kamarmu.” Chloe memperhatikan Albe dengan raut penuh kerinduan, Naima berdiri mendekati Albe yang terlihat emosi. Menggenggam lengan yang sudah terkepal dan mengelus lengan atasnya naik turun. Ia tersenyum manis pada suaminya. “ Hai Rico! Kejutan dan wow, aku tak tahu harus mengucapkan apa? Selamat datang Ok?” sorak Chloe dengan mata berkaca-kaca juga bertepuk tangan sekali lalu menautkan jemarinya pada jemari tangan lainnya. “Hai Chloe, sangat mengejutkan bukan?” kata Albe terdengar dingin. “Aku memang terkejut dengan apa yang aku temukan saat bertemu dengan keponakan pintarku. Maka dari itu kami membuat kesepakatan. Apa kau keberatan?” Albe benar-benar tanpa basa-basi, Naima melihat suaminya seperti itu menjadi sedikit khawatir. Apa trauma Albe muncul se

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 202. PANGGIL AKU PAMAN

    “Itu Colby, aku rasa.” Albe memberi tahu Naima yang masih berdiri di tengah tangga bersamanya. “Hai Boy! Apa kamu yang bernama Colby?” tanya Albe turun dari tangga, memperhatikan anak kecil yang terlihat mengamati Albe. “Yeah, itu aku. Dan kamu Daddyku bukan? Mom selalu menceritakan dirimu dan menunjukkan fotomu." Albe mendengkus, lalu menyalami anak kecil itu. “Kita belum berkenalan, namaku Alberico Steinson. Dan kau tahu? Ayahmu bermarga berbeda denganku, namanya Colby East Stone. Bukankah namamu Colby Jr Stone? Kemarilah.” Albe menarik anak kecil itu untuk ikut ke atas. Albe melihat raut istrinya yang tak terbaca hanya tersenyum. “Aku akan menyelesaikan ini, tolong percaya

  • PERTAMA UNTUK NAIMA   Chapt 201. GRANNY

    Pagi yang sibuk untuk Naima dan Albe, Eleanor sudah menyiapkan beberapa kotak makanan untuk di bawa ke New Jersey. Wanita cantik itu beralasan, Mamanya selalu merindukan masakan putri satu-satunya. Albe hanya mengendik tanpa berkomentar, sementara Albert yangs edang membaca berita di tabletnya tidak berkomentar banyak. Mereka berangkat dengan Tesla model X. Saat Naima menuju carport, ia di buat takjub dengan jenis mobil yang tak biasa. Mobil keluarga Albe tidak ada yang type sedan, APV dengan kapasitas besar sepertinya adalah yang terfavorit untuk mereka. “Ada apa, Sweetheart?” Albe yang datang membawa koper berisi baju mereka heran dengan Naima yang bengong di hadapan beberapa mobil yang berjajar rapi. “Aku tidak tahu mana yang akan kau pilih untuk perjalanan kita, Sayang. Kau bilang yang sesuai dengan seleramu, dan yang aku lihat semua adalah seleramu.” Naima menolehkan kepalanya pada Albe yang menuju cabinet kecil yang tertempel di dinding. Untuk membuka cabinet itu menggunakan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status