Home / Rumah Tangga / PESONA ISTRI NAKAL CEO / Bab 02. Janji Tanpa Rasa

Share

Bab 02. Janji Tanpa Rasa

Author: Kenzie
last update Huling Na-update: 2025-07-19 09:32:03

“Aku tidak menghina. Aku cuma mengingatkanmu. Kamu dan aku tahu. Dunia kita kotor. Hubungan bukan cuma soal cinta, tapi reputasi, kekuasaan, dan nama baik.”

Abian melangkah mendekat. Wajah mereka kini hanya berjarak sejengkal. Ketegangan mereka semakin mencapai puncaknya.

“Apa kamu cukup hebat sampai tega menyingkirkan tunanganmu sendiri hanya karena dia selingkuh? Kamu lupa jati dirimu dulu?.”

“Kamu lupa selingkuhanku itu kamu?” tambah Abian santai.

Reina memukul meja terlalu keras.

“Kita berdua sama-sama punya alasan. Kamu ingin bebas dari tekanan keluarga dan menyelamatkan citramu. Aku ingin lepas dari seseorang dan memperbaiki citraku. Cukup.” ungkap Abian.

Senyap. Dunia seperti membeku dalam kesepakatan yang tak terucapkan. Ketegangan masih menyelimuti keduanya. Namun, sesuatu di dalam diri Reina merasa ditelanjangi dalam tatapan tajam Abian.

Reina menimbang sebelum bicara, sejenak menunduk seolah menakar dosa yang akan diucapkan. Reina tahu, orang tuanya tak akan pernah sudi dirinya dengan Raka. Dan kalau pernikahan ini cuma formalitas untuk menyelamatkan citra kenapa tidak sekalian dimanfaatkan?

“Kalau begitu, aku punya syarat. Kita akan tinggal serumah, tapi dengan kamar terpisah. Nggak ada yang boleh ikut campur urusan pribadi masing-masing. Kalau salah satu dari kita punya hubungan lain, selama nggak diumbar ke publik, tidak masalah. Di depan keluarga kita layaknya sepasang suami-istri yang saling mencintai.”

Abian menatapnya. “Baik. Satu syarat dariku.”

“Apa?” tanya Reina dengan nada menyalang.

“Selama kita menikah, kamu tidak boleh hamil dari pria lain,” ujar Abian tegas dan tajam.

Reina mendengus. “Kamu pikir aku serendah itu?”

“Kamu masih impulsif seperti dulu.”

“Terserah,” jawab Reina akhirnya, menatapnya lekat. “So, are we deal?”

Abian mengulurkan tangan. Reina memandang tangan itu sesaat. Lalu, dengan satu tarikan napas dalam, ia menggenggamnya. “Sepakat.”

Dalam genggaman tangan itu, dua jiwa penuh luka sepakat untuk bermain peran dalam pernikahan palsu yang akan membuka kembali luka lama, dan mengguncang segalanya.

*****

Langit pagi itu mendung, seolah tahu bahwa dua hati yang akan disatukan bukanlah sepasang kekasih. Dua orang dengan masa lalu yang belum sembuh. Satu minggu setelah pertemuan Abian dan Reina, kini keduanya bersiap akan mengubah status demi tujuan masing-masing.

Di balik dinding vila keluarga Wicaksono, persiapan pernikahan berlangsung secara privat. Perlindungan ekstra, pengaman ganda. Bahkan, semua staf yang terlibat harus menandatangani NDA. Pernikahan mereka bukan untuk dirayakan, melainkan diselesaikan. Sebuah transaksi yang seharusnya terjadi di dalam dunia mereka.

Reina duduk diam di ruang rias. Gaun putih berpotongan sederhana membalut tubuh semampainya. Namun, keseksian khas wanita itu tetap terpancar lewat pundak terbuka dan belahan dada yang sedikit menantang. Bibirnya dipulas tipis, tapi mata menatap kosong ke arah bayangannya di cermin.

“Apa gaunnya terlalu sempit?” tanya sang mama dari belakang, suaranya pelan namun cukup menusuk.

“Hidupku yang sempit, Ma,” jawab Reina datar.

“Kita melakukan ini demi masa depanmu, Nak. Suatu saat kamu akan mengerti bahwa pilihan kita tidak salah.” Mama Reina menepuk kepala sang anak yang sudah memakai mahkota.

“Bersiaplah. Abian dan keluarga sudah ada di aula.”

Setelah kepergian mamanya, Reina menatap undangan bertuliskan emas. Ada namanya dan Abian, mantan dosen sekaligus mantan FWB -nya. Lalu, pandangannya mengarah pada ponsel yang sejak tadi tak tersentuh sama sekali.

Tangannya dengan ragu meraih ponsel itu dan mencoba menghubungi Raka, kekasihnya. Sudah satu minggu ini mereka tidak saling berkomunikasi karena Reina yang terpaksa sibuk mengurus pernikahannya. Namun urung, kala Papa Reina datang untuk menjemput dan mengantar anaknya menuju altar.

Ketika dentingan musik dari piano mulai mengalun, Reina dan papanya melangkah. Gaunnya bergoyang anggun mengikuti langkahnya. Senyumnya tipis, tapi dagunya terangkat tinggi seolah ini adalah panggung pernikahan impiannya.

Papa Reina menyerahkan genggaman tangan anaknya ke Abian. Kemudian dia menepuk bahu calon menantunya dengan tegas, seolah tepukan itu memiliki arti bahwa dia mempercayakan Reina pada Abian. Tatapan mereka bertemu. Mata Reina menantang dan mata Abian menilai.

Tidak ada percikan, tidak ada cinta. Tidak ada getaran, tapi ada rasa pahit yang sama di tenggorokan mereka masing-masing. Hingga akhirnya sang pendeta berdiri di antara mereka.

“Abian Adams Brawijaya, apakah engkau mau menerima Reina Indira Wicaksono sebagai istrimu dan berjanji untuk setia kepadanya dalam kaya maupun miskin, di waktu sehat maupun sakit, dan mengasihinya serta menghormatinya?” ucap sang Pendeta.

“Saya bersedia,” jawab Abian mantap tanpa ada nada keraguan sama sekali.

“Reina Indira Wicaksono, apakah engkau mau menerima Abian Adams Brawijaya sebagai suamimu dan berjanji untuk setia kepadanya dalam kaya maupun miskin, di waktu sehat maupun sakit, dan mengasihinya serta menghormatinya seumur hidupmu?” ucap sang pendeta, kali ini menatap ke arah Reina.

“Saya bersedia.”

.

.

.

~ To Be Continue ~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 08. Dosa yang Terikat (21+)

    Hening sejenak.Abian mendekat, bibirnya menyentuh bibir Reina dengan lembut. Ciuman itu awalnya pelan, ragu, tapi Reina merespon. Tangan sang istri kini bergerak ke belakang leher Abian, menariknya lebih dekat.“Mari lakukan dosa itu lagi," bisik Reina di sela napasnya yang mulai berat.“Namun, kali ini dosa yang terikat, Sayang,” balas Abian dengan suara serak.Abian mencium lagi bibir Reina, lalu turun ke dagu, leher, dan akhirnya pundaknya yang terekspos, menantang lelaki itu. Ketika Abian memberikan gigitan di sana, Reina mengeluarkan desahan pertamanya. Hal itu membuat Abian menggigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan dorongan rasa.“Ini … terlalu manis,” gumam Abian sambil meninggalkan kissmark di lekuk leher Reina, bukan hanya sekali tapi berkali-kali.Tubuh Reina bergetar saat Abian kembali menelusuri jalur ciuman ke arah atas dada. Sentuhan bibir Abian seolah membakar tubuhnya secara per

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 07. Panas yang Menelanjangi

    Reina berdiri, sempoyongan, lalu menarik tangan teman di sampingnya yang masih setengah sadar. “Kepalaku berisik, minuman ini tidak bisa mengurangi berisiknya.”Kemudian, Reina duduk lagi karena merasa pusing. Ia ambil ponselnya dan menekan nomor Abian. Sudah empat kali dia spam panggilan, tapi tak ada satu pun yang dijawab. Saat panggilan kelima, dia sudah tidak peduli akan terhubung atau tidak.“ABIAAAAAANN! APA KAMU MEMANG SEJAHAT ITU?” bentak Reina. Suaranya sedikit serak, bernada tinggi, dan jelas terdengar mabuk. “Sialan! Kamu tuh … kamu tuh cowok paling menyebalkan sedunia! SOK ATUR! PADAHAL AKU NGGAK NGAPA-NGAPAIN!”“Heh cowok brengsek, dengar ya. Kalau aku mati malam ini, itu karena kamu! Kamu yang terlalu ganteng, terlalu sok cool, dan terlalu diem kayak setan!” racau Reina yang tidak sadar kalau panggilan itu tersambung.Tak ada balasan, tentu saja, tapi Reina terus bicara. Mata mulai berkaca. “Kamu pikir aku nggak n

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 06. Reina dan Rencananya

    Sementara itu di kamar utama, Reina baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah dan tubuh hanya dibalut bathrobe kecil. Ketika ia melihat koper-kopernya masih tertumpuk di sudut ruangan, membuatnya bertanya-tanya.Reina berjalan ke sisi kiri ranjang dengan ponsel sudah berada di tangan kanannya. Dia melihat jadwal sang kekasih yang menunjukkan bahwa Raka sedang berjaga di rumah sakit. Sore ini dia akan datang berkunjung. Bagi Reina, Raka adalah tempatnya melarikan diri dari dunia nyata.“Tumben nomornya tidak aktif?” monolog Reina saat dua panggilannya mengarah pada jawaban operator.Kini Reina sudah berganti pakaian. Mini dress warna biru dengan corak bunga Daisy. Rambutnya dibiarkan terurai setelah menyisirnya rapi.Reina keluar dan menuju kamar tamu. Namun, saat ia hendak membuka pintunya, pintu itu tak mau terbuka. Kesal, Reina turun ke lantai bawah untuk mencari keberadaan bu Mar.“Bu Mar, itu pi

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 05. Aturan Abian

    Rumah besar itu berdiri megah di kawasan elite yang sunyi. Arsitekturnya bergaya minimalis modern. Reina menatap bangunan itu dari balik kaca mobil, kacamata hitamnya menutupi separuh wajah lelahnya. Abian keluar dari mobil, diikuti Reina di belakangnya. Kedatangan keduanya disambut oleh bibi kepala pelayan dan satpam rumah. Abian menyerahkan kunci mobil dan meminta satpam mengeluarkan koper istrinya. “Selamat datang, Nyonya Reina. Saya Maryam, kepala pelayan di sini sekaligus orang yang akan membantu segala keperluan rumah tangga di sini,” ujar bibi kepala pelayan. Bu Mar segera tersenyum. “Itu sudah menjadi tugas saya, Nyonya.” Reina masuk ke dalam rumah dengan menjinjing tas kecilnya. Hawa dingin khas pendingin ruangan mahal dan aroma maskulin yang samar menyambutnya. Rumah itu besar, megah, tapi terlalu hampa untuk rumah yang mewah. Bu Mar menyuruh seorang pelayan untuk membawa koper Reina ke kamar utama. Abian langsung melenggang pergi menuju ruang kerjanya, meninggalkan Rei

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 04. Godaan dan Keputusan

    “Jadi, setelah ini kalian akan tinggal di mana?” suara mama Reina terdengar ringan, tetapi jelas mengandung harapan tertentu.Setelah sarapan, suasana di ruang tamu beralih menjadi sedikit lebih serius. Abian duduk dengan tenang, tangan kanannya menggenggam secangkir kopi hitam. Sementara Reina, kini sudah berganti pakaian menjadi lebih tertutup.Reina yang masih duduk di samping Abian langsung menoleh dengan refleks. Dia belum memikirkan apa pun soal tempat tinggal. Baginya, pernikahan ini saja masih seperti skenario teater yang dipaksa dijalani.“Kita sepakat untuk tinggal di rumahku,” jawab Abian kalem, tanpa melihat Reina.“Tentu saja, Nak.” Bunda Abian menyahut cepat, ekspresinya puas atas keputusan kedua pengantin.Ayah Abian mengangguk setuju. “Keamanan rumahnya pun ketat. Jadi kalian berdua aman dari kejaran wartawan.”Reina menahan napas. Semua orang berbicara seakan dia tak punya suara. Seolah hidupnya sudah dipetakan dengan garis tegas. Tinggal di rumah suami dan berpura-pu

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 03. Pagi yang Kacau

    “Kamu yakin kita harus pakai cincin itu?” tanya Reina berbisik saat melihat bunda Abian berjalan mendekat ke arah altar sambil membawa kotak beludru warna merah. “Apa hal begini saja kamu tidak tahu?” sindir Abian. “Jangan mulai,” peringat Reina sambil mencubit lengan Abian dengan pelan. Setelah acara tukar cincin selesai, lima puluh tamu undangan pilihan bergiliran mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Mereka adalah orang-orang terpilih dari keluarga inti, rekan bisnis hingga orang yang berpengaruh dalam dunia bisnis. Mereka semua menyambut bahagia pernikahan ini, berbanding terbalik dengan kedua mempelai. Sore harinya, Reina memilih untuk mengurung diri di kamar pengantin yang dingin dan luas. Ia tidak memedulikan petugas keamanan yang berpatroli di sekitar vila, tidak juga suara para pekerja yang mulai membereskan dekorasi. Ia hanya berbaring di ranjang, menatap langit-langit yang sama hampa dengan hatinya. Di tempat lain, Abian berdiri di balkon kamarnya, memandangi langi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status