แชร์

PPRS 09

ผู้เขียน: HaniHadi_LTF
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-26 10:30:55

Pintu rumah besar itu terbuka dengan suara keras. Barel berdiri di ambang pintu, wajahnya tegang, matanya menyapu ruangan dengan cepat. Mbak Wati yang sedang mengelap meja ruang tamu, terkejut mendengar langkah berat Barel mendekatinya.

"Mbak Wati," Barel memanggil tanpa basa-basi, nadanya dingin. "Kenna sudah pulang?"

Mbak Wati menunduk gugup, kain lap di tangannya berhenti bergerak. "Belum, Pak Barel. Pagi ini saya datang, belum melihat beliau."

Barel mengerutkan dahi. "Baiklah, terimakasih."

Barel mendengus, berjalan ke arah meja makan. Tangannya mencengkeram sandaran kursi, seolah sedang menahan amarah yang siap meledak. Ia menatap Bu Wati, matanya penuh kecurigaan pada Kenna, seolah dia sendiir tidak mengaca, apa yang telah dia perbuat.

"Kalau dia kembali nanti, langsung kasih tahu saya," kata Barel tajam.

"Iya, Pak," jawab Mbak Wati dengan suara kecil, lalu cepat-cepat beranjak ke dapur, meninggalkan Barel yang masih berdiri kaku di sana.

Barel mengeluarkan ponselnya, mencoba me
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 76

    "Teruskan mengawasinya," titah Rangga terdengar berat di seberang telepon. "Aku ingin tahu siapa orang ini, kenapa dia begitu ingin mencelakai Kenna." Nada geram terdengar dari kata-katanya."Baik, Mas Rangga," jawab suara lelaki itu singkat. "Saya akan tetap pantau."Rangga menutup telepon, rahangnya mengeras. Hatinya masih mengulang-ulang pesan yang ia terima sebelumnya. Ada nama, ada petunjuk samar, dan semua mengarah ke sesuatu yang lebih besar dari sekadar gosip di pengajian."Siapa pun kamu," desis Rangga pelan, "aku nggak akan biarkan Kenna dicelakai lagi."Pagi itu, ruang pengajian stasiun Praba ramai. Karpet digelar, remaja putri dan putra duduk dengan wajah penuh semangat. Kenna berdiri di depan, hijab paech lebar membalut tubuhnya. Suaranya lembut, tapi mantap, ketika menjelaskan tafsir ayat yang baru saja ia bacakan.Di sisi kanan panggung kecil, Sasha berdiri dengan senyum khasnya. "Luar biasa! Ternyata bukan cuma ibu-ibu, tapi remaja pun bisa terikat dengan cara penyampa

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 75

    "Majelis Hakim memutuskan, mengabulkan gugatan cerai penggugat, Kenna Humairah, terhadap tergugat Barel Herlambang."Suara hakim ketua bergema tenang di ruang sidang itu.Kenna menunduk, jemarinya saling meremas. Jantungnya berdetak tak beraturan. Rasanya seperti mimpi-hari yang ia tunggu sekaligus ia takuti akhirnya datang.Hakim melanjutkan, "Dengan demikian, sejak putusan ini dibacakan, maka perkawinan antara penggugat dan tergugat dinyatakan putus karena perceraian. Sidang dinyatakan selesai."Ketukan palu terdengar tiga kali.Kenna memejamkan mata sejenak. Udara terasa sesak. Tapi dalam sesak itu, ada sedikit ruang lapang yang perlahan membuka. Tanpa banyak kata, perempuan cantik itu segera sujud syukur di tempat itu juga."Kenna..." suara pelan terdengar di sampingnya. Rangga, berdiri tegap dengan wajah tenang, menatapnya terharu dan penuh keyakinan, sekaligus harapan.Kenna menoleh sebentar, lalu buru-buru mengalihkan pandangan. "Sudah... selesai," bisiknya, hampir tak terdeng

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 74

    “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” suara Kenna terdengar lembut di dalam aula kecil stasiun Praba.“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” Jawaban serentak para ibu mengisi ruangan.Kenna menatap wajah-wajah yang duduk bersila dengan penuh perhatian. Senyum kecil ia tahan, napasnya ditata. “Hari ini, saya ingin kita bersama-sama membahas surat yang ringan, tapi punya makna luar biasa. Surat Al-Insyirah. Ada yang menyebutnya juga surat Alam Nasyrah.”Beberapa ibu mengangguk, ada yang berbisik pelan mengulang nama surat itu.“Surat ini hanya delapan ayat, tapi pesannya dalam sekali,” lanjut Kenna. Tangannya mengusap pelan lembaran mushaf di depannya. “Allah mengingatkan bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Bahkan disebut dua kali. Jadi seolah Allah ingin kita benar-benar yakin, setiap kita terhimpit, selalu ada jalan lapang setelahnya.”Seorang ibu berkerudung biru muda mengangkat tangan. “Berarti surat ini baik dibaca saat kita lagi banyak masalah ya, Mbak Kenn

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 73

    "Masuk!" Suara Rangga tajam namun hangat saat menarik tangan Kenna menuju mobilnya.Tangannya kokoh, wajahnya fokus.Kenna kaget dengan genggaman Rangga yang tiba-tiba. "Rangga..." Kenna berbisik, napasnya terputus. "Kamu,..ngapain?""Kabur, ayo,.. yang penting kamu sama aku sekarang. Kamu aman." Rangga membuka pintu, menarik Kenna segera masuk mobilnya, lalu menutup pintu dengan bunyi gedebuk."Aku udah capek ladeni orang yang nggak waras macam dia, bawaannya pingin ngajak berdebat, atau berantem terus. Malu dilihat orang."Dari depannya, Barel masih berteriak, wajahnya merah. "Kenna! Jangan bawa dia, Rangga! Itu istriku!"Rangga menoleh sebentar, tatapan matanya setajam pisau. "Kamu sudah kehilangan hakmu." ucapnya pelan, lebih seperti ancaman dingin.Mesin mobil menyala. Rangga menekan pedal gas. Suara ban mencakar aspal, meninggalkan halaman pengadilan dengan aroma debu panas.Kenna bersandar pada kursi, jemarinya gemetar. "Syukurlah kita lepas dari dia, Rangga. Dia terlihat makin

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 72

    "Kenna..." guman Rangga. Tenggorokannya serak saat ia menatap kosong jendela apartemennya.Matahari pagi menembus tirai tipis, namun cahaya itu hanya menambah panas di dadanya. Tangannya mengepal di meja."Kenapa aku terlambat semalam?" ia mendesis, wajahnya menegang. "Kenapa aku biarkan dia sendirian hanya karena menolakku?" Kursi ia tendang kasar. Suaranya berderak memenuhi ruangan. Dahi Rangga berpeluh, napasnya memburu."Barel sudah kelewatan. Dia harus berhenti. Aku nggak akan biarkan lagi Kenna jatuh di tangan dia."Ia menatap cermin kecil di dinding. Sorot matanya tajam, seperti pisau siap menebas."Cerai itu harus segera. Aku yang akan dorong. Aku yang akan pastikan dia bebas."Langkahnya cepat ke kamar mandi, membersihkan dirinya, lalu meraih pakaian kasual. Pikirannya hanya satu: Kenna.Beberapa menit kemudian, Rangga berdiri di depan warung kecil. Aroma nasi uduk mengepul dari panci besar."Mas, bungkus dua ya. Kasih sambel jangan terlalu pedas," katanya cepat.Penjual ter

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 71

    “B4jing4n kamu, Rangga! Kamu mengambil kesempatan dalam diri Kenna yang baru rapuh!” Umpatan itu membelah udara malam. Baru saja Barel kembali ke lokasi di mana diameninggalkan Kenna karena marah dengan sikap wanita itu, dia melihat didepannya Rangga memeluk Kenna Darah yang mendidih membuat dia menghentikan mobilnya, roda berdecit kasar di atas aspal. Lampu depannya menyorot punggung Rangga yang sedang memapah Kenna masuk ke mobil lain.Rangga menoleh singkat. Tatapannya tajam, matanya berkilat. Kenna masih meringkuk, tubuhnya lemah, wajahnya sembab.“Pergi, Barel!” Rangga menggeram rendah. “Kamu sudah cukup menyiksanya.”“Dasar munafik! Kamu pura-pura jadi pahlawan, padahal kamu yang paling senangbisa memeluknya!” Barel melangkah maju, suaranya penuh dengusan marah. “Lepaskan dia sebelum aku hancurkan kamu!”Kenna gemetar. Tangan mungilnya mencengkeram lengan Rangga lebih erat. “Jangan, Rangga… tolong jangan lawan dia.”Rangga menahan napas, lalu membuka pintu mobil pelan. Ia menun

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status