Share

BAB 23.

Auteur: QIEV
last update Dernière mise à jour: 2025-07-08 13:18:10

Dalam perjalanan pulang, Qale terus mencuri pandang ke arah suaminya.

Sampai akhirnya, saat mobil berhenti, fokusnya teralihkan. Dia membantu kursi roda Wafa turun lalu mendorongnya hingga ke depan pintu toko.

Sebelum membuka kunci, Ia berjongkok di depan kursi roda Wafa, mengangkat tangan dan melambaikannya ke arah mata kiri Wafa.

"Kak, mata yang beneran buta tuh … begini, ya?"

Seketika Wafa menunduk, meniup wajah Qale pelan—membuat poninya berkibar, dan pipinya memanas.

“Eehh!” Qale menunduk, malu sendiri. "Maaf..."

Wafa tersenyum kecil. “Kenapa tiba-tiba ngetes mataku?”

Qale pun menceritakan semua keganjilan tadi.

Tentang Deni. Soal sorotan matanya, juga gerak-geriknya.

Wafa mendengarkan serius, sambil mengangguk perlahan.

“Aku nggak tahu pasti ... tapi feeling kamu, bisa jadi benar. Kita harus cari tahu lebih lanjut, Sya.”

Malam itu, Qale tak bisa tidur. Bukan hanya karena tubuh lelah—tapi karena ada yang mengganggu di benaknya.

Bukan mengenai acara tunangan. Apalagi soal kue croi
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 98.

    Siang itu, Qale duduk di kursi belakang mobil bersama Bakar, wajahnya tegang tapi berusaha tenang.Mobil melaju menuju lapas dengan rute memutar, seakan mereka sedang menghindari sorot mata siapapun yang mungkin mengikuti.“Waktu kunjungan terbatas,” ucap Bakar pelan.Qale mengangguk, jemarinya menggenggam tas kecil berisi beberapa berkas. Hatinya berdegup keras. Ia tahu apa yang dilakukannya ini berisiko, apalagi tanpa sepengetahuan Wafa. Tapi ia harus bertemu langsung dengan Danisha untuk memastikan sesuatu.Dirinya tak tahu jika Hasan juga baru saja dari Lapas. Mobil mereka berbeda arah.Saat akhirnya masuk ruang kunjungan, Qale menatap Danisha. Wajah pucat itu menyimpan resah. Begitu Qale duduk, keheningan menyelimuti mereka.“Ngapain kamu ke sini?” suara Danisha serak, matanya melirik kanan-kiri.“Apa sudah ketemu dengan Lea.” Qale mencondongkan tubuhnya, tatapannya menusuk. “Kamu tahu dia hanya akan menyeretmu makin jauh. Jauhi dia, Danisha. Selamatkan dirimu selagi bisa,” bisik

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 97.

    Winda terkekeh melihat ekspresi Hasan. Dia lalu ke atas, mengetuk kamar Qale dan mengajaknya makan siang.Saat Winda mengetuk satu kali, pintu bercat putih itu terbuka.. Qale muncul dengan wajah segar. Rambutnya setengah kering membuat Winda menyimpul senyum."Kirain keluar 3 hari kemudian," kekeh Winda sambil menarik lengan menantunya.Qale menunduk malu. Apakah penampilannya begitu kontras? Atau ada tanda jejak Wafa di tubuhnya dan terlihat Winda? "Perasaanku gak enak," gumam Qale, meraba lehernya."Mama pernah muda," sambung Winda saat mereka menuruni tangga."Ish, Maa." Hasan semringah melihat putrinya muncul. Mereka lantas makan malam, bercengkrama sampai Wafa pulang sore hari.Qale meminta Hasan menginap karena ayahnya terlihat lelah. Hasan pun setuju, dia juga ingin menjenguk Lea esok pagi. Sudah nyaris satu bulan dia tak melihat putri sulungnya itu.Suara-suara lirih kembali terdengar di kamar Qale sepanjang malam. Entah pakai kekuatan apa, tenaga Wafa seperti tak ada habisn

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 96.

    "Jangan bilang kalau...." jeda Qale saat melihat ekspresi Bakar.Aspri Wafa itu masih diam membuat Qale mendekat dan mengintip isi layar Bakar."Jadi benar?" Desak Qale, menepuk lengan Bakar. Dengan mimik tegang, Bakar mengangguk kaku. Dia buru-buru menjauhi Qale, menghubungi seseorang.Tangannya terulur mencegah Qale mengikutinya. Dia sibuk bicara di telepon sedang memberi perintah dadakan.Semenit kemudian, Bakar memanggil Qale untuk segera masuk ke mobil. Di sana dia menjelaskan bahwa Danisha baru saja dipindahkan ke rutan ini. "Jangan-jangan... Pak, firasatku?" bisik Qale ketika Bakar mulai melajukan kendaraan meninggalkan pelataran lapas."Firasat apa, Nyah?" "Hatiku bilang harus ketemu Lea dan tadi ucapannya menyiratkan sesuatu," kata Qale lirih, meremat ponsel dalam genggamannya.Qale mengatakan soal ancaman Lea juga kebenciannya yang makin meruncing. Qale juga menyampaikan bahwa Lea tahu sisi lemahnya. Lea tahu benar bahwa Anak Lipat adalah tempat kebangkitan bagi Qale. To

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 95.

    Qale terbangun lebih dulu. Wafa masih tertidur di kursi, laptopnya dibiarkan menyala dengan lembar presentasi terbuka. Qale menatap layar itu—berisi strategi komunikasi untuk direksi, lengkap dengan analisis risiko yang ditulis rapi.Perlahan, Qale menutup laptop itu. Ia duduk maju, merapikan semua peralatan di atas meja lalu menyelimuti tubuh Wafa dengan selimut tipis.“Apa menikahiku menambah bebanmu, Kak,” gumamnya pelan.Wafa bergerak sedikit, lalu matanya terbuka. “Sya, belum tidur?” suaranya serak.“Udah bentar tadi. Cuma bangun lagi,” jawab Qale.Wafa bangun, lalu menariknya pindah duduk di sisi ranjang. “Jika semua ini selesai. Honeymoon sebulan ya, Sayang.”Qale tersenyum mengangguk, tapi dalam hatinya masih ada sesuatu yang mengganjal. Lea. Nama itu menempel seperti bayangan yang enggan pergi.Wafa menyibak selimut, keduanya lalu berbaring memeluk. "Kak," bisik Qalesya."Ehm.""Aku mau jenguk Kak Lea besok," pintanya pada Wafa.Kecupan kecil mendarat di pelipis kanan Qale.

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 94.

    "Nggak ada apa-apa. Bawain makan siang ya, Sya." Wafa mengusap lembut pipi Qale sebelum pergi.Dia mulai menampilkan diri tanpa kursi rodanya hari ini. Mungkin itulah yang ingin direksi ketahui sehingga meminta Wafa ke kantor.Hari ini, Qale hanya ada satu mata kuliah. jam 10 dia kembali ke toko, bersemangat menyiapkan menu makan siang untuk suaminya. Dewi menjemputnya dan dia langsung pergi ke kantor. Menggunakan lajur khusus, akhirnya Qale tiba di ruangan Wafa.Suaminya belum ada di sana ketika dia masuk. Qale melihat sekeliling, cat putih hitam menjadi penegas kewibawaan suaminya. Foto pernikahan terbaru bertengger cantik sudut kiri meja. Bahkan miniatur croissant ada di sana.Qale tersenyum. Aksesoris meja suaminya didominasi warna coklat keemasan croissant. Beberapa alat tulis malah berwarna ungu, kesukaannya. "Nggak malu apa ya?" gumam Qale, menahan senyum."Bangga dong, Sayang." Wafa membuka pintu, tersenyum ke arahnya. Dia gegas mendekati Qale, menggamit pinggang lalu menge

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 93.

    Malam berikutnya.Setelah makan malam, para penghuni lapas bersantai sejenak di lapangan.Danisha bertemu Lea lagi. Gadis itu duduk di rumput, melihat rekan-rekan selnya bermain voli.“Aku ada ide,” ucap Lea tiba-tiba. Matanya menyipit, penuh kebencian kala tahu Danisha sudah duduk di sampingnya. “Qalesya itu rapuh. Dia trauma keguguran. Dia punya mimpi dan kita bisa manfaatin itu.”Danisha menelan ludah. “Apa?”“Bayar dulu,” Lea menyeringai. “Kalau mau aku bantu, kamu harus kasih setengahnya, sekarang.”“Aku nggak bisa sembarangan minta uang. Kamu pikir gampang?” Danisha mencoba menolak, tapi suaranya terdengar ragu.Lea mencondongkan tubuh. “Kalau begitu, aku bisa cari jalanku sendiri. Dan percayalah, kalau aku bicara … semua orang akan tahu siapa Danisha sebenarnya,” ujarnya pelan masih menyeringai.Ancaman itu menggantung di udara. Danisha meremas jemari, menggigit bibirnya."Maksudmu?" Lea terdiam, hanya sudut bibirnya yang melengkung senyum tipis. "Jangan sampai mereka tau ka

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status