Share

BAB 24.

Author: QIEV
last update Last Updated: 2025-07-09 10:43:58

Pagi belum benar-benar datang. Lampu gantung toko masih menyala, sinarnya hangat dan tenang.

Tapi di dalam dada Qale, ada badai yang baru saja reda—dan meninggalkan serpihan-serpihan tajam.

Dia masih duduk di kasur lantai, bersandar di kaki kursi roda Wafa yang setia menemani dari tadi. Napasnya mulai teratur, tapi matanya ... belum benar-benar bisa melepaskan bayangan semalam.

"Aku inget semuanya, Kak," ulangnya lirih.

Wafa masih menggenggam tangannya. Tak menekan. Tak menyela. Hanya menunggu.

"Aku inget suara anak-anak itu. Aku inget... aku disuruh sembunyi, biar dapet permen dari 'Om'." Suara Qale serak, sedikit bergetar. "Dan ... aku inget Ibu nyari-nyari aku malam itu. Berkali-kali..."

Wafa mengangguk pelan. Tatapannya dalam, teduh. “Teruskan, Sya. Aku di sini, jangan takut.”

Qale menggigit bibir. “Ada yang narik aku dari belakang. Orang dewasa. Suaranya dingin. Katanya ... aku bakal mati kalau bersuara.”

Tangan Wafa refleks mempererat genggaman. Qale menoleh sekilas, lalu melanj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 24.

    Pagi belum benar-benar datang. Lampu gantung toko masih menyala, sinarnya hangat dan tenang.Tapi di dalam dada Qale, ada badai yang baru saja reda—dan meninggalkan serpihan-serpihan tajam.Dia masih duduk di kasur lantai, bersandar di kaki kursi roda Wafa yang setia menemani dari tadi. Napasnya mulai teratur, tapi matanya ... belum benar-benar bisa melepaskan bayangan semalam."Aku inget semuanya, Kak," ulangnya lirih.Wafa masih menggenggam tangannya. Tak menekan. Tak menyela. Hanya menunggu."Aku inget suara anak-anak itu. Aku inget... aku disuruh sembunyi, biar dapet permen dari 'Om'." Suara Qale serak, sedikit bergetar. "Dan ... aku inget Ibu nyari-nyari aku malam itu. Berkali-kali..."Wafa mengangguk pelan. Tatapannya dalam, teduh. “Teruskan, Sya. Aku di sini, jangan takut.”Qale menggigit bibir. “Ada yang narik aku dari belakang. Orang dewasa. Suaranya dingin. Katanya ... aku bakal mati kalau bersuara.”Tangan Wafa refleks mempererat genggaman. Qale menoleh sekilas, lalu melanj

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 23.

    Dalam perjalanan pulang, Qale terus mencuri pandang ke arah suaminya.Sampai akhirnya, saat mobil berhenti, fokusnya teralihkan. Dia membantu kursi roda Wafa turun lalu mendorongnya hingga ke depan pintu toko.Sebelum membuka kunci, Ia berjongkok di depan kursi roda Wafa, mengangkat tangan dan melambaikannya ke arah mata kiri Wafa."Kak, mata yang beneran buta tuh … begini, ya?"Seketika Wafa menunduk, meniup wajah Qale pelan—membuat poninya berkibar, dan pipinya memanas.“Eehh!” Qale menunduk, malu sendiri. "Maaf..."Wafa tersenyum kecil. “Kenapa tiba-tiba ngetes mataku?”Qale pun menceritakan semua keganjilan tadi.Tentang Deni. Soal sorotan matanya, juga gerak-geriknya.Wafa mendengarkan serius, sambil mengangguk perlahan.“Aku nggak tahu pasti ... tapi feeling kamu, bisa jadi benar. Kita harus cari tahu lebih lanjut, Sya.”Malam itu, Qale tak bisa tidur. Bukan hanya karena tubuh lelah—tapi karena ada yang mengganggu di benaknya.Bukan mengenai acara tunangan. Apalagi soal kue croi

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 22.

    Wafa pamit pagi itu dengan pesan sederhana tapi hangat, "Jualan yang bener, ya. Biar pelanggan makin banyak. Urusan yang lain, kita pikirkan berdua. Oke?"Qale mengangguk. Hatinya hangat oleh perhatian kecil itu. Bibirnya mencoba tersenyum, walau matanya menyimpan gelisah.Belum sempat Wafa masuk ke mobil, Qale tersadar satu hal—dia tidak punya nomor suaminya sendiri."Kak," panggilnya malu-malu sambil menyodorkan ponsel. "Boleh…?"Wafa menoleh dengan senyum menggoda. "Kirain nggak butuh," godanya, memiringkan kepala untuk melihat wajah manis Qale di bawah cahaya pagi.Pipi Qale langsung merona. "Iihh, ayo dong," rengeknya."Senyum dulu," Wafa mengulur tangan."Nggak mau!" Qale mencubit lengannya gemas."Aw! Iya iya, sini..." Wafa akhirnya menyerah, menerima ponsel bercasing pink itu.Qale mencuri pandang. Meski mata kirinya kosong, Wafa tetap tampan. Setelah menyimpan kontak, Wafa menyerahkan kembali ponsel itu.Begitu Qale melihat kontak barunya, matanya membesar. "Suamiku?" Qale me

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 21.

    "Non!"Lea masih berdiri di depan pintu kamar Mbak Mun. Namun karena ada ART lainnya, ia pun mengurungkan langkah dan menghampiri si ART. Dengan suara pelan, ia meminta dibawakan segelas air ke kamar.Dari balik pintu, Qale menutup mata, mengelus dadanya lega. Tapi sejurus kemudian, napasnya kembali tertahan. Langkah Lea berhenti lagi. Ia menoleh ke arah kamar, meraba panel pintu… dan menutupnya.Bruk."Fyuh," Qale menghela napas tanpa suara. Lututnya nyaris melorot ke lantai.Kalau pintunya dibuka satu senti lagi... selesai sudah.Ia belum bisa keluar. Suara langkah ART masih terdengar samar dari dapur. Tapi tak ada suara orang bicara. Seisi rumah hening.Qale memberanikan diri membuka pintu pelan, mengintip, lalu menyelinap keluar. Langkahnya cepat dan ringan menyusuri sisi rumah. Begitu melihat mobil Wafa di ujung jalan, ia langsung masuk.Tanpa banyak bicara, Wafa memberi isyarat pada sopir agar segera melajukan mobil."Pelan, Sya," ucap Wafa sambil menyodorkan botol air mineral.

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 20.

    Sepanjang malam, Qale tak bisa tidur. Kepalanya terus bekerja, menimbang-nimbang setiap pesan anonim yang pernah masuk. Ia mengambil buku kecil dan mulai mencatat satu per satu : waktu pengiriman, gaya bahasa, bahkan jeda antar pesan. Setelah Subuh, ia memutuskan keluar rumah. Tujuannya sederhana—membiarkan tubuh lelah, agar kantuk datang dengan sendirinya. Awalnya Qale hanya berolahraga ringan di halaman, tapi entah kenapa, matanya tertarik menyusuri lingkungan sekitar. Selama ini, setiap kali datang ke rumah Wafa, pikirannya terlalu semrawut untuk memperhatikan sekitar. Masih remang dengan cahaya fajar, Qale mulai berlari kecil. Jalan aspal yang sempit memanjang di depan membuatnya antusias. Di sisi-sisinya, pepohonan berdiri rimbun—Flamboyan berbunga oranye kecil, berbiji mirip petai yang menggantung lucu, dan Trembesi kokoh seperti pahlawan peneduh jalan. Di sela-sela rumah, tampak ladang singkong dan sayuran tumbuh subur. Rupanya mayoritas warga di sini berprofesi sebagai pet

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 19.

    Kepalanya penuh dengan ingatan, dan perasaan yang belum semuanya tertata.Wafa lalu menyerahkan sebuah map. Tulisan di depan map cukup membuat Qale menegang. Diam-diam, tangan Qale sedikit gemetar saat membukanya.Itu hasil visum almarhumah Rahayu.Dia membaca cepat. Baris-baris tulisan medis itu terasa lebih dingin dari AC yang menyala. Kata-kata seperti “paru-paru penuh cairan” dan “lumpur ditemukan di saluran cerna” membuat jantungnya mengerut.“Ibu…” bisik Qale nyaris tak terdengar. “Aku belum ingat sempurna malam itu.” Dia mendesah panjang.Wafa tak menjawab. Dia hanya mengamati istrinya yang menunduk, jari-jari menggenggam erat lembaran hasil visum itu. Seperti memeluk kenyataan yang belum siap diterima.“Kamu tau, Sya? Suara Wafa pelan, seperti gumaman, "apa untungnya bila aku pelaku DM itu?”Qale terdiam. Merenung.Dia menoleh, menatap Wafa yang masih duduk dengan santai, tetapi matanya jelas-jelas menyimpan sesuatu. Tenang, tapi dalam.Sementara itu, Wafa diam-diam memandangi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status