Share

BAB 72.

Author: QIEV
last update Huling Na-update: 2025-09-02 11:13:30

Suasana kamar berubah mencekam. Setelah tatapan Wafa mengeras dan kepalanya memberi isyarat singkat, Bakar langsung mendekat, meraih lengan Nadia dengan kasar. Gadis itu meronta, wajahnya memucat.

“Lepas! Aku bisa jelasin—” suaranya terputus ketika Bakar menggiringnya keluar kamar. Pintu menutup rapat, meninggalkan gema langkah mereka di lorong rumah sakit yang panjang dan sunyi.

Qale menoleh cepat pada Wafa, matanya cemas. “Kak … jangan berlebihan. Aku takut…” Jemarinya menggenggam erat tangan suaminya, seakan memohon perlindungan sekaligus pengampunan.

Wafa menatapnya, rahangnya mengeras. “Aku janji nggak akan keterlaluan. Tapi dia harus bicara.”

Winda berdiri tegak, wajahnya masih dipenuhi amarah. “Biarkan saja. Perempuan itu sudah terlalu jauh. Kalau kita anteng nerima, nyawa kamu yang jadi taruhan.”

Tangannya kemudian meraih botol jamu di nakas. Tutupnya dibuka, separuh isinya dibuang ke wastafel, lalu ia mengganti cairan itu dengan sesuatu yang lebih menyengat aromanya. Gerakan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 83.

    “Jangan!!” suara Bakar pecah di udara, terlambat satu detik. Mobil hitam itu sudah melesat meninggalkan Bakar yang berlari dengan napas tercekik.“Nyaaahh!!” Bakar berteriak histeris, sekujur tubuhnya bergetar menahan marah.Bakar kembali ke mobil, langsung mengejar sendiri. Ia berusaha meminta bantuan, tapi kendaraan penculik sudah menghilang ke jalan raya.“Kenapa lengah?!” Dia menoleh dengan mata penuh api, suaranya pecah. Terngiang suara Wafa di telinganya, jika bosnya tahu hal ini. [“Aku titip Qale padamu, Bakar! Kenapa bisa kecolongan begini?!”]Bakar terdiam, mobilnya melaju pelan, wajahnya pucat. “Saya salah. Saya terlambat … Saya salah…” tangannya mengepal, rahangnya mengeras. “Tapi saya janji, saya bakal temukan Anda, hidup-hidup.”Bakar lalu berkoordinasi dengan beberapa anak buahnya. Setelah itu, dia menghubungi Wafa.Seperti dugaannya, suara Wafa menggema di ponsel. Dia sampai menjauhkan benda itu dari telinganya."Kamu dimana?" ucap Wafa setelah meluapkan amarah sesaat t

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 82.

    Sunyi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar jelas di kamar mereka. Alih-alih menunggu jawaban Wafa, Qale memilih merebahkan diri, membelakangi Wafa, matanya terpejam tapi pikirannya berisik. Suara ayahnya dan jawaban setengah hati Wafa terus bergema di kepalanya.Ia menarik napas panjang, menahan sesak di dadanya.Di belakangnya, Wafa duduk diam dekat tepi ranjang. Tatapannya tertuju pada punggung Qale. Ia ingin bicara, tapi lidahnya terasa kelu. Tangannya terulur, tapi sebelum menyentuh, Qale bergeser menjauh.“Aku capek.” Suaranya datar, dingin.Wafa hanya mengangguk kecil, meski dalam hati ada kecewa yang hadir. Malam itu berlalu tanpa percakapan, penuh jarak yang tak terlihat tapi terasa menusuk.Keesokan harinya, suasana rumah masih dingin. Qale fokus menemani ayahnya sarapan, sementara Wafa sibuk menelpon pengacara dan memeriksa perkembangan kasus.Qale lalu menyempatkan diri berkirim pesan menanyakan kondisi Ria, memastikan toko kembali beroperasi.“Karyawan baru akan

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 81.

    Suasana rumah masih menegang setelah amukan Hasan. Napasnya tersengal, wajahnya pucat pasi, lalu tubuhnya limbung. Untung saja Qale sigap, bersama Mbak Mun menopang lengan lelaki itu sebelum terjerembab di lantai. “Ayah!” seru Qale panik. “Tuan! hati-hati, jangan dipaksakan,” Mbak Mun ikut berseru wajahnya tegang. Dengan terburu, mereka memapah Hasan masuk ke kamar. Wafa ikut menyusul, kursi rodanya meluncur cepat, tatapannya penuh kecemasan. Hasan direbahkan di ranjang, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Qale masih menahan perasaan bercampur, marah, iba, sekaligus takut. “Ayah, jangan maksain diri lagi. Aku bisa menyelesaikan semua masalahku sendiri,” ucap Qale, suaranya bergetar. “Gugatan Kak Wafa sudah masuk. Aku cuma ingin ayah fokus saja ke kesehatan ayah. Aku butuh ayah mendukungku.” Hasan menutup mata sejenak, menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. Namun bibirnya tetap menyusun pesan yang meng

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 80.

    “Bos, yakin mau vacation sementara beliau?” Bakar nyeletuk sambil melihat Wafa dari spion dalam."Nggak lama, numpang nge-charge doang paling," jawab Wafa datar, melirik nakal pada Qale yang langsung menengok ke arahnya."Fast charging dong," sambar Bakar, tergelak.“Mulutmu ckck … untung cuma sopir. Nggak perlu dapat warisan,” balas Wafa, menjulurkan lidahnya persis anak kecil.“Loh, warisan?” Bakar ngakak. “Hibah dari tuan besar lebih mevvah dari milik Anda, Bos. Lagian saya cuma latihan nyupir, maklum ... majikan yang tertunda," jawabnya sambil menaik-turunkan alisnya.Qale yang duduk di samping Wafa menahan senyum, menoleh ke arah Bakar. “Tolong spill di episode berapa, launching majikan barunya ya.”“Siap, Nyah. Senyum aja yang banyak dulu. Itu suplemen buat saya juga,” lanjut Bakar dengan gaya sok serius.Wafa mendengus. “Heh. Suplemen suplemen. Colok juga nih mata!" Qale mencubit lengan Wafa pelan, membuat tawa kecil mengisi kabin mobil itu. Untuk sesaat, perjalanan terasa rin

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 79.

    Pagi itu, Qalesya terbangun dengan tubuh lelah tapi hangat. Wafa masih di sisinya, menempel ketat. Tatapan matanya teduh, jemari tangannya mengusap lembut lengan istrinya.Qale menggeliat saat bahunya yang terbuka dihujani ciuman-ciuman kecil Wafa. “Aku nggak akan pura-pura, Sya,” suara Wafa serak, menunduk. “Aku tetap menginginkanmu. Lagi, di pagi ini.”Jemari suaminya liar menjelajah dibalik selimut. Qale menoleh sekilas. Ia ingin menolak, tapi tubuhnya malah diam. Bibirnya terkunci, hanya pasrah menerima perlakuan manis Wafa yang semakin dalam. Ada perasaan asing yang membuat dadanya bergetar—antara rindu, marah, dan cinta yang tak mau diakui."Eeeengghhhh." Qale melenguh halus ketika Wafa menyentuh area sensitifnya.Deru napas mulai saling bersahutan, Qale memejam, menggigit bibirnya saat gelombang rasa itu makin menggulung geloranya.Namun hasrat itu terhenti tiba-tiba. Tok. tok. tok.“NON! DEN!” teriakan Mbak Mun dari luar kamar membuat Wafa kaget. Dia buru-buru menyembunyikan

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 78.

    "Haaaaiiii, Al!" seru Qale semringah, senyum itu … senyum yang sudah lama tak pernah Wafa lihat ditujukan padanya."Mau makan atau pulang?" tanya Aldo, tersenyum manis."Mau balik. Sama siapa?" Qalesya balik bertanya. Keduanya terlibat obrolan seru sesaat. Qale tak mengenalkan Wafa meski Aldo sempar beberapa kali meliriknya.Langkah Qale jadi tanda bahwa obrolan mereka berakhir. Keduanya akan bertemu lagi esok hari di toko setelah Qale pulang ngampus. Wafa mendengus pelan saat kursi rodanya mendahului Qale. Dia kesal. Sampai di dalam mobil pun Qale asik sendiri. Tersenyum sesekali melihat layar ponsel. Membuat Wafa menempelinya."Asik amat, Sya." Wafa melihat istrinya sedang ngerumpi soal dosen mereka di kampus tadi. Qale masih diam. Dia mengetuk dua kali di permukaan ponselnya lalu layar pun meredup. Pandangannya fokus ke arah samping, melihat jalanan."Sya!" ulang Wafa. Namun hanya membuat Qale menoleh padanya tanpa bicara.Wafa memandang sejenak, lalu merebahkan punggungnya ke

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status