Share

5. pakaiannya

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 08:58:28

"Laila kamu lihat pakaianku, nggak?" tanya Mas Haris.

"Coba lihat di ruang setrika, mungkin kelupaan ditambah aku belum sempat kemarin karena sibuk ngurusin anak-anak jawabku dari dapu

"Tidak ada, Bund," teriak Mas Haris dari tempat menyetrika.

"Loh, bukannya aku sudah mencucinya kemarin, Mas? apakah tidak ada yang mengangkatnya aku menjemput anak-anak ke tempat mengaji?" tanyaku heran sekaligus cemas kalau-kalau masih basah di jemuran.

"Aku melihat Mbak Adelia mengangkat jemuran kemarin sore ketika hari hujan," ungkap Rini menimpali percakapan kami.

"Oh, kalau gitu coba tanya Adelia Mas," saranku.

Mas Haris langsung menuju ke lantai atas untuk mencari istri mudanya dan bertanya di mana kemeja yang biasa dikenakan di hari Jumat.

"Katanya nggak tahu." Ia turun dari lantai dua dan menemuiku dengan wajah kebingungan.

"Nggak mungkin Mas, orang jelas-jelas aku yang nyucinya kemarin."

Mas Haris mulai gusar karena matahari sudah tinggi, sementara dia belum menemukan pakaian kerjanya.

"Kemana sih pakaian kerjaku?" sungutnya sambil mondar-mandir mencari dan menuju halaman belakang.

Aku kemudian mengecilkan api kompor lalu menyusul Mas Haris ke sana.

Alangkah terkejutnya diri ini ketika melihat tumpukan pakaian yang ditinggal begitu saja di atas kursi bekas dekat kandang burung milik mertuaku.

Tentu saja pakaian-pakaian itu kotor kembali karena dihinggapi oleh kaki ayam yang kotor dan dipenuhi kotoran burung.

"Astaghfirullahaladzim ... seragamku ...."

Mas Haris mengangkat pakaiannya dengan ujung jarinya, sedang aku terbelalak melihat pemandangan itu, karena pakaian sudah suamiku sudah sangat lusuh dan kotor, disana tertempel banyak bulu dan kotoran, yang aku yakin berasal dari kucing liar yang telah menidurinya semalam.

"Gimana ini Laila, hari ini aku harus mengenakan baju ini dan sialnya tidak ada lagi baju lain selain ini," gumam Mas Haris.

"Oh, ya ampun ... Mas."

"Adeliaaaa ...." Kelihatannya Mas harus tidak mampu menahan kesabarannya lagi.

Wanita yang dipanggil suamiku terlihat tergopoh-gopoh turun dari lantai 2 dan langsung menemui suamiku dengan wajah yang dibuat seimut dan sepolos mungkin.

"Ada apa Mas?"

"Lihat ini,apa yang harus aku lakukan sekarang karena pakaian ini sangat kotor, kamu 'kan yang mengangkatnya?"selidik Mas Haris.

"Ak-aku ... memang mengangkatnya namun karena mencium bau makanan gosong di dapur aku tidak sengaja meletakkan di situ dengan niat akan mengambilnya kembali namun aku ... lupa ...." Nada bicaranya ia buat serendah mungkin agar tidak memancing emosi suaminya.

"Kemarin sebelum menjemput bocah aku sudah selesai memasak, emangnya kamu masak apa lagi?" Cecarku yang sukses membuat mata gadis itu berkaca-kaca, bukan karena takut, tapi manja dan cari perhatian mertua.

"Kamu mestinya lebih hati-hati dong ya, kamu harus ingat apa yang menjadi tugas dan kewajibanmu. Mengurusiku bukan tugas Laila saja tapi tugasmu juga, jika sudah begini apa yang harus aku lakukan?" Mas Haris merendahkan intonasi suaranya demi istri baru yang terlihat mulai menangis.

"Harris ... Dia kan pengantin baru di rumah ini jangan terlalu menekan dan keras kepadanya," timpal ibu yang datang menyusul kami.

"Bukan begitu Bu, kalau kayak gini aku gimana mau pergi kerjanya?"

"Pakai baju yang mana aja dulu," jawab Ibu santai.

"Bukannya punya istri malah semakin terus malah keadaanku semakin kacau Bu, teman-teman akan menertawakan kekonyolan ini," ujar Mas Haris.

Aku hanya memutar bola matanya, malas mendengar curhatan dan sikap manja Mas Haris. Dia tidak pernah lepas dari ketiak ibunya, segala sesuatu harus mengadu dan mengadu, membuatku muak dengan suami sendiri.

"Ya udah, sini! biar aku yang cucikan dan setrikakan sekarang juga." aku mengambil pakaian itu dari tangan Mas haris kemudian langsung menuju ke zink untuk mencuci pakaian tersebut.

Setelah menyikatnya beberapa saat, aku kemudian memasukkannya ke pengering mesin cuci, lalu segera menyetrikakannya sementara Mas Haris menikmati sarapannya.

"Ini pakaiannya Mas," kataku sambil menyerahkan baju yang sudah rapi itu ke depan Mas Haris. Wanita uang

"Adelia, kamu harus belajar dari kejadian hari ini ya, mulai besok kalian harus mengatur jadwal untuk menyiapkan pakaianku dan mengurusi makananku,".perintah Mas Haris.

Entah mengapa sikap tegas yang dia buat buat itu terlihat seperti bukan dirinya, aku seolah-olah melihat seorang raja minyak yang tengah bersikap sombong terhadap wanita-wanita koleksinya. Hal itu membuatku semakin merasa sebal terhadap ayah dari Nayla dan Naina.

Tak tahan mendengar semua drama sok bijak itu aku akhirnya menjadi pergi dan melanjutkan kegiatan memasak di dapur.

"Sudah Haris, biar ibu yang akan membimbing Adelia untuk menjadi istri terbaik buat kamu," ucap ibu dengan lembut sambil merayu anak lelakinya itu.

"Iya Bu aku hanya ingin wanita yang aku nikahi tidak kalah utamanya dari Laila,alangkah malunya jika aku menikahi wanita baru sementara dia sendiri tidak lebih unggul dari istri pertamaku."

Hatiku sedih dan sakit mendengarnya.

"Haris ... ngomong apa sih kamu?" Ibu terlihat sebal sedang aku terkikik geli melihatnya dari dapur.

"Jadi suami itu jangan pernah membanding-bandingkan istri," ujar Ibu sambil mengelus-ngelus pundak Adelia dengan maksud ingin memberi kekuatan kepada menantu barunya.

Jiah, palsu! Aku yakin semua kebaikan ibu ditengarai oleh harta dan kekayaan orang tua dari gadis itu.

"Baik, aku sudah selesai," kata Mas Haris sambil menyudahi makannya.

Mas haris lalu meraih tas kerjanya dan bersiap meninggalkan rumah.

"Biar ku bawakan Mas tasnya," tawar Adelia.

"Nggak usah biar aku saja!" Mas Haris dengan tatapan dingin.

"M-maaf ya Mas lain kali aku tidak akan teledor seperti tadi," ucap gadis itu terbata-bata.

"Sekaligus belajarlah memasak dan cara menghandle laundry jangan sampai kamu menumpahkan pemutih di pakaian berwarna," ucap Mas Haris ketus.

"Iya Mas," jawab gadis itu sambil mencium punggung tangan suaminya.

selepas kepergian Mas Haris mertua langsung mendatangi dan memeluknya sambil memilikinya sesuatu lalu mengantar gadis itu ke kamarnya.

Wanita manja seperti itu, ingin rasanya kupecahi kepalanya dengan panci presto.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PETAKA MADU BARU   35

    Sudah sebulan berlalu sejak kejadian Adelia tercebur ke dalam drainase. Aku lega karena tak seorang anggota keluarganya datang mencariku untuk melakukan kekacauan di sini, aku lega sekali. Praktis, hidupku berjaan normal sesudah itu.Suatu pagi di bulan Agustus, ketika aku tengah sibuk menyusun barang dan menyambut pembeli, aku disentak oleh suara lembut seorang wanita di belakangku."Laila ...."Kubalikkan badan dan Ibu medtua berdiri di sana sambil tersenyum padaku, entah apa makna senyumnya itu, yang pasti aku mulai punya prasangka tak baik padanya."Kenapa hanya menatapku, apakah kau tak akan menawarkan keramaha untuk mampir di lapakmu?""Oh, maaf, silakan, Nyonya," jawabk canggung.Aku enggan menyebutnya Ibu, karena dia memang bukan ibuku!"Kenapa kau kaku sekali sekarang Laila?" Dia tersenyum dan duduk di bangku yang berada di dekat tumpukan sabun cuci."Tidak apa-apa, aku hanya menjaga sikap Nyonya, bagaimana kabar Nyonya?," balasku canggung."Alhamdulillah, baik, Haris juga ba

  • PETAKA MADU BARU   34

    Setelah sidang perceraian kujalani hidup seperti biasa, menjalani bisnis dan membuka lapak sembako di pasar. Anak Nyai yang pernah membantuku di pasar kini memberikan suntikkan modal untuk menyewa lapak.Tak kupikirkan lagi tentang mantan suamiku, seperti apa dan bagaimana keadaannya, aku sudah masa bodoh dengan itu, yang penting bagiku adalah aku dan kedua anakku sehat dan kenyang, tak kurang satu apapun.Hari ini, selagi sibuk melayani pembeli yang cukup ramai, tiba tiba seorang pembeli tak diundang datang, ia berdiri dengan tatapan sinis, melipat kedua tangannya dan tidak memilih apa apa. Aku tahu ia hanya ingin bicara."Astaga tahan sejali Adelia berdiri di sana," gumamku sambil mendengkus kesal,. padahal tepat di depan lapakkku ada jejeran lapak penjual ikan dengan sejuta warna, suara dan aroma.Sebelah kanan lagi ada saluran pembuangan yang cukup besar, dari got itu, aroma tak sedap selalu menguar tajam."Apa yang kamu inginkan datang kemari?" tanya aku ketika pelanggan mulai s

  • PETAKA MADU BARU   33

    Hal yang paling membuatku malas dalam hidup adalah apa yang akan kulakukan hari ini, menyusuri jalan aspal yang tak begitu besar dengan taman bunga di samping kanan kiri, menuju bangunan berteras luas dengan jajaran pilar besar sebagai penyangga pelataran dan tulisan yang terpampang di sana, pengadilan agama.Mau apa? Bercerailah!Semalam tadi kudapatkan panggilan cerai dari pengadilan, ayah memberi tahu bahwa mulai besok aku harus menghadiri sidang perceraian setelah proses mediasi yang sengaja dilewatkan karena tahu hasilnya akan nihil, alias zonk, kami tak akan mungkin rujuk. Lagipula selesaikan saja episode pahit ini dan tutup, tamatkan cerita rumit ini sampai di sini.Kumasuki ruang sidang dan Mas Haris eusah di sana, masih dengan wajah diperban bekas pukulan batu, ia menatapku tanpa ekspresi apapun sedang Adelia dia sampingnya, seperti biasa selalu bergelayut manja, kepalanya ia topangkan di bahu Mas Haris, oh mesranya pelakor satu itu.Kuambil tempat duduk agak jauh karena mual

  • PETAKA MADU BARU   32

    Mertua menelpon pikir dia akan murka terhadap apa yang sudah aku lakukan kepada anaknya, ternyata tidak demikian, dia menelpon bicara baik-baik padaku. "Laila, ayah tahu kamu kecewa dan peristiwa ini amat mengejutkan.Tapi tolong pertimbangkan tentang Nayla dan Naina, mereka akan malu jika sampai orang-orang tahu dan mencibir mereka," bujuk ayah melalui telepon. "Aku tahu, maaf ayah, aku harus bagaimana, andai tak membela diri dia akan membunuhku." "Aku akan menjamin Haris, tapi aku akan memberi tahumu sebelumnya, kuharap kau mau ikhlas atas keputusan ayah." "Lalu bagaimana denganku, ini tidak adil." "Aku akan memberimu kompensasi Laila, aku juga akan mengurus perceraian kalian dan memastikan semuanya tuntas tanpa halangan apapun," jawabnya. "Jadi ayah merestui aku bercerai dengan anak ayah?" "Mau bagaimana lagi, jika itu membuat kalian lega." "Ya, benar, kami memang harus berpisah agar semuanya lega dan tuntas." "Baik, aku akan mengurusnya, aku juga akan membebaskan Haris," ja

  • PETAKA MADU BARU   31

    Kutinggalkan kantor polisi sambil tertawa puas. Aku gembira sekali membuat pucat pasi dan ketakutan.Kembali ke rumah mengendarai motor nmax pemberian ayah mertua yang cicilannya tinggal tiga kali lagi lagi. Tak mengapa, aku bisa melunasinya, dan menjauh pergi, asal perasaan ini tenang.*Kicau burung menyemarakkan suasana pagi yang sudah ku tetapkan sebagai awal dari semangat baru untuk memulai kehidupanku."Jadi bagaimana keputusanmu setelah apa yang terjadi ini," tanya ibu mertua setelah pagi-pagi ini menelponku"Aku tidak berhak mengambil keputusan ibulah yang selama ini selalu mengambil keputusan untuk kami, jadi tentukan saja apa yang ingin Ibu katakan," jawabku."Aku dengar kau dan Harris bertengkar dan saling memukul, tidak bisakah kau mengeluarkan suamimu dari kantor polisi dan mengakhiri semua ini.""Andai saja orang tidak melalui kami tentu aku sudah mati dibunuh suami sendiri.""Kau telah memancing kemarahan suamimu, kau tahu sendiri kan sifat haris sangat keras kenapa kau

  • PETAKA MADU BARU   30

    Selagi aku sedang memberi keterangan tiba tiba adik ipar dan madu jahatku merangsek ke ruang pemeriksaan dan menyela keterangan dan kuberikan."Apa katanya? tidak benar jika dia mengatakan bahwa Mas Haris yang jahat, selama ini hanya dia yang melawan dan bersikap semaunya." "Alhamdulillah, kebetulan sekali, inilah orang-orang yang suka sekali mengintimidasi saya di sana mereka menyuruh saya tanpa mengenal waktu dan keadaan, mereka memperlakukan saya dengan sangat tidak manusiawi," barat ku yang tak ingin kehilangan kesempatan untuk mempermalukan mereka."Wanita ini hanya playing victim, Pak. Dialah wanita yang paling kembang isi dalam keluarga kami dan dia adalah orang yang paling melawan terhadap ibu mertua," sela adelia."Dan wanita ini adalah sumber kemarahan ibu mertua saya dia selalu mengadu dan menjelek-jelekkan sehingga membuat ibu mertua murka dan bersikap kasar kepada saya," jawabku tak mau kalah."Keterlaluan!" Adelia berteriak."Lihat sikat mereka lihat jika mereka bahkan

  • PETAKA MADU BARU   29

    Semakin dipikirkan semakin galau, semakin sulit melepas dan menerima takdir. Di titik kebimbangan, aku putuskan untuk berhenti berfikir dan mengambil keputusan final bahwa selepas kepindahan ini aku pun harus mengajukan gugatan perceraian.Mobil pick up pesananku datang, kunaikkan barang ke sana, sementara supir mengangkat barang barang besar "Kabur ke mana kamu?" Tiba-tiba seorang wanita dengan sorot mata berkilat berdiri dihadapanku matanya terlihat sembab kurasa wanita itu baru saja kembali dari kantor polisi dan langsung mampir ke rumahku.""Mau pergi kemanapun aku mau kenapa kau bertanya, Adelia?""Kau ingin mencuci tanganmu setelah berhasil melukai suamiku?""Jangan lupa bahwa orang yang kau sebut suami adalah suamiku juga," desisku geram."Tapi kok sudah melukai nya dasar wanita jahat!" geramnya "Oh, jadi kau mau aku juga melakukan hal yang sama denganmu?"ujarku sambil melirik nya bergantian dengan batu bata yang disusun sebagai taman mini depan rumah.Wanita itu terlihat b

  • PETAKA MADU BARU   28

    "Apa?" Dia terkejut bukan kepalang "Iya, aku sudah lelah berjuang jadi orang yang selalu melayani keluargamu, mulai hari ini aku ingin lepas dan membuka lembaran baru hidupku. Jangan menemui aku lagi," ungkapku sambil menahan air mata. Di depan semua orang, para pengunjung pantai."Teganya kamu mengatakan itu, harusnya kita duduk bicara sebagai keluarga.""Bagian mana yang kau sebut keluarga, selama ini ita hanya berpura-pura jadi keluarga, dan sebenarnya kita sudah saling menyakiti sejak lama. Aku lelah jadi wanita yang selalu dirugikan namun juga diandalkan dari segi tenaga, dan aku bukan sapi perah!" jawabku membalikkan badan.Kukemasi tikar piknik dan makanan lalu mengajak anak anak pulang tanpa memperdulikannya."Kok, cepat banget pulang," tanya Naila."Kita ada masalah," jawabku sambil menggenggam tangannya."Papa ada apa ini?" Tanya Naina.Suamiku tiba tiba datang dan menyergap Naina dari genggaman tanganku emgan maksud merebutnya."Aku akan membawa anakku pulang," ujarnya de

  • PETAKA MADU BARU   27

    "Tidak elok rasanya mengatakan kalimat itu kepada ibu," ujarnya yang 2 jam kemudian menelponku."Tidak juga elok menekan seorang menantu yang tidak berdaya untuk menandatangani persetujuan agar dia bersedia dimadu, apalagi aku hanya anak yatim yang miskin. Aku ingin kembali bertanya apakah itu adalah perbuatan yang elok?""Astaghfirullahaladzim, tidak kuduga kau menyimpan dendam begitu lama.""Jangan salah Mas, kesabaran itu ada batasnya, Apa kalian pikir orang yang selalu diam saja adalah orang yang bodoh dan selalu mau dipelintir begitu saja?""Bukan begitu, aku hanya tidak mengira bahwa istriku yang penuh bakti dan cinta adalah wanita pendendam yang ketika membalaskan sakit hati ia akan memukul telak dengan parah?""Iya betul, itu adalah aku, dan apakah kamu pikir setelah ayah menikah dan ibu sakit semuanya akan selesai? aku akan merasa terpuaskan?""Kuharap, iya Laila," jawabnya."Jawabannya tidak, aku bahkan belum balas dendam kepadamu.""Apa yang kau rencanakan untukku, aku adal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status