Share

6.

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-11-24 09:25:27

*

Kurasa aku telah lama berada dan terpendam di rumah mertua hanya menjadi seorang pelayan bagi suami dan mertua sendiri. Aku lupa mempedulikan kebahagiaanku, kepentingan, dan kebutuhanku sendiri.

Andai pun aku peduli, aku tidak punya waktu atau biaya untuk memenuhi semuanya, maka dari itu kuputuskan untuk meminta izin kepada Mas Haris untuk membiarkan diri ini bekerja.

Namun problem berikutnya timbul ketika aku harus menitipkan anak-anak ke Ibu mertua, sanggupkah dia mengurus kedua anakku dan memastikan bahwa mereka tidak menangis sepanjang hari? Kurasa sulit sekali.

Mungkin aku membutuhkan waktu beberapa bulan lagi, hingga anak-anakku bisa mandiri dan tidak sering menangis ketika mendapati aku tidak berada di rumah.

"Mas boleh tidak aku bekerja?"tanyaku ketika malam ini dia menghampiri kami di kamar.

"Aku sudah mengatakan dari awal, bahwa gagasan tentang mencari pekerjaan adalah hal yang akan ku tolak Laila," jawabnya tegas.

"Aku membutuhkan biaya tambahan untuk kebutuhan ku sendiri dan sebentar lagi anak-anak akan masuk sekolah, mereka membutuhkan seragam alat sekolah dan biaya yang banyak Mas," ungkapku memberi alasan.

"Aku masih bisa mencukupi kalian semua orang di rumah ini," potongnya cepat.

"Kamu punya dua orang istri yang harus kamu tanggung Mas," sanggah ku.

"Karena aku mampulah,.aku berani untuk berpoligami Laila."

"Aku hanya ingin ...."suaraku tercekat dan tiba-tiba air mataku meluncur begitu saja.

"aku tidak setuju Laila jika aku tidak Ridha maka kau akan berdosa," ancamnya.

"Belakangan ini Aku merasa tidak nyaman berada di rumah Mas," ujarku sambil menyeka sudut mata.

"Kamu merasa rendah hati karena aku punya istri muda dan ibu lebih menyayanginya? Atau kamu cemburu?"

Tidak pekakah dia, pada kenyataan yang baru saja ia sebutkan satu persatu? Konyol!

"Mungkin aku merasa begitu Mas," jawabku dengan nada yang mulai mengecil karena merasa tersakiti oleh ucapan Mas Haris.

"Kok kamu jadi baper gitu?"

"Baper, tentu saja bapermas aku manusia yang punya hati kalimat yang menyakitkan pasti terbawa di perasaanku Mas,tentu saja aku merasa rendah diri dan tersaingi oleh keberadaan Adelia sebagai istri barumu, aku harus mengabdikan diri agar tidak terus-menerus cemburu,dan aku harus menambah pemasukan agar tidak selalu mengandalkan keuanganmu," jawabku panjang lebar.

Mendengar penuturanku itu, Mas Haris hanya mampu mendengkus lalu menjauh dari kamar kami.

"Dia menjauh begitu saja, mengapa dia tidak menimbang perasaanku?"

Aku hanya mampu menyeka air mata yang menetes di sudut mata, sedang kedua anakku terheran-heran melihat ekspresi sedih ini.

"Bunda kenapa?"

Tanya Nayna Putri bungsuku.

"Enggak apa-apa, kamu main aja, ya," suruhku dan ditanggapi dengan anggukan olehnya.

*

Seperti biasa ketika waktu menunjukkan pukul 5 sore aku selalu berada di dapur untuk menyiapkan makan malam untuk semua anggota keluarga. Malam ini aku berencana untuk memasak opor ayam dan sup untuk dinikmati semua orang.

Entah mengapa ketika sedang sibuk-sibuknya memotong bahan makanan tiba-tiba wanita sok centil yang berperawakan setinggi 157 cm itu mendekatiku namun langkahnya terlihat tertahan dan ragu.

"Boleh aku membantumu Mbak?"tanyanya pelan.

"Untuk apa? Siapa yang menyuruhmu?" Tanyaku dengan ketus.

"Ti-tidak ada Mbak, Aku hanya ingin membantumu," jawabnya gugup.

"Tidak perlu karena kau akan merepotkan ku," jawabku cuek.

"Biarkan aku yang memotong sayurnya Mbak," pintanya.

Aku tidak tahu apa tujuannya melakukan ini, entah ingin membantuku atau ingin mencari muka terhadap anggota keluarga, punya alasan untuk menolak permintaannya. Sehingga aku hempaskan saja talenan dan sayur juga pisau ke depannya.

"Potonglah!"iya terlihat kaget namun tak urung menyunggingkan senyum dan berterima kasih kepadaku.

"Terima kasih Mbak, tapi bagaimana cara mengupasnya?"tanyanya sambil melirik kepada sayuran oyong dan labu siam yang aku sodorkan.

"Memotong sayur saja harus diajar, ya ampun ...." Aku menggumam sambil menggeleng pelan.

"Kupas aja pakai alat pengupas kalau kau tidak bisa dan potong saja bentuk membulat," jawabku sambil mempraktekkan caranya kepada wanita itu.

Hati ini dongkol ingin menjambaknya namun rasanya tidak masuk akal kalau aku menjambaknya hanya karena dia tidak bisa memotong sayur.

"Ini lalu di masukkan kemana?"lanjutnya.

"Letakkan saja di situ dan pergi rapikan kamarmu karena Mas Haris sebentar lagi pulang," ujarku.

"Sudah rapi Mbak," jawabnya.

"Kalo begitu siapkan meja makan saja," lanjutku.

"Baik, Mbak."

"Jangan berpikir karena aku mau bekerja sama, aku menyukaimu, kau tahu bahwa aku tidak akan pernah menyukaimu," ujarku.

"Aku tahu ...." Ia menunduk sambil menggenggam serbet yang ia pegang di tangannya.

"Kalau begitu kenapa terus berdiri disini, silakan pergi," suruhku. wanita itu mengangguk lalu segera mengambil piring dan menyusunnya di meja makan.

Tak lama kemudian ibu mertua datang dan melihat Adelia sedang menyusun piring di meja makan.

"Ya ampun rajin banget kamu," puji Ibu mertua sambil mengelus bahu menantunya itu.

"Hanya menyusun piring saja dia bilang rajin, aku yang sudah bertahun-tahun mengabdi untuk anak dan keluarganya tidak pernah dia puji seperti itu." Aku menggumam sendiri.

"Ekheeem ...." Aku berdehem dan seketika ibu mertua gugup.

"Eh, ada Laila ... Kamu masak apa Nak?" tanyanya sok manis.

"Opor ayam," jawabku.

"Oh, eh, enak pastinya," imbuhnya sambil memaksakan senyum.

"Ibu ke belakang dulu ya," kataya sambil menuju halaman belakang.

Baru saja ia membuka pintu, tiba-tiba ada suara gaduh, jeritan Ibu, suara ayam yang panik dan kepak sayap yang ribut, ditingkahi oleh kokokan ayam lain.

"Auww, tolong .... Aw ... Ayam sial!" Ibu berteriak. Dan ketika kuhampiri rupanya Ibu membuka pintu dan disaat yang bersamaan dua ekor ayam sedang melakukan perkawinan.

Ayam itu terkejut dan melompat ke wajah Ibu lalu mencakarnya, juga sempat bertengger di kepala dan mengacak-ngacak rambut ibu mertua.

Dia masuk kembali ke dalam rumah dengan kondisi wajah yang sudah penuh bekas kaki ayam yang berlumpur dan rambut dan kulit yang sudah penuh bulu ayam.

"Hueek ... Ayam sialan!" sungutnya sambil menghentakkan kaki di lantai. Kulihat ekspresi Adelia yang terlihat menahan tawa sedang aku menggeleng pelan sambil tertawa jahat dalam hati.

"Rasakan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PETAKA MADU BARU   35

    Sudah sebulan berlalu sejak kejadian Adelia tercebur ke dalam drainase. Aku lega karena tak seorang anggota keluarganya datang mencariku untuk melakukan kekacauan di sini, aku lega sekali. Praktis, hidupku berjaan normal sesudah itu.Suatu pagi di bulan Agustus, ketika aku tengah sibuk menyusun barang dan menyambut pembeli, aku disentak oleh suara lembut seorang wanita di belakangku."Laila ...."Kubalikkan badan dan Ibu medtua berdiri di sana sambil tersenyum padaku, entah apa makna senyumnya itu, yang pasti aku mulai punya prasangka tak baik padanya."Kenapa hanya menatapku, apakah kau tak akan menawarkan keramaha untuk mampir di lapakmu?""Oh, maaf, silakan, Nyonya," jawabk canggung.Aku enggan menyebutnya Ibu, karena dia memang bukan ibuku!"Kenapa kau kaku sekali sekarang Laila?" Dia tersenyum dan duduk di bangku yang berada di dekat tumpukan sabun cuci."Tidak apa-apa, aku hanya menjaga sikap Nyonya, bagaimana kabar Nyonya?," balasku canggung."Alhamdulillah, baik, Haris juga ba

  • PETAKA MADU BARU   34

    Setelah sidang perceraian kujalani hidup seperti biasa, menjalani bisnis dan membuka lapak sembako di pasar. Anak Nyai yang pernah membantuku di pasar kini memberikan suntikkan modal untuk menyewa lapak.Tak kupikirkan lagi tentang mantan suamiku, seperti apa dan bagaimana keadaannya, aku sudah masa bodoh dengan itu, yang penting bagiku adalah aku dan kedua anakku sehat dan kenyang, tak kurang satu apapun.Hari ini, selagi sibuk melayani pembeli yang cukup ramai, tiba tiba seorang pembeli tak diundang datang, ia berdiri dengan tatapan sinis, melipat kedua tangannya dan tidak memilih apa apa. Aku tahu ia hanya ingin bicara."Astaga tahan sejali Adelia berdiri di sana," gumamku sambil mendengkus kesal,. padahal tepat di depan lapakkku ada jejeran lapak penjual ikan dengan sejuta warna, suara dan aroma.Sebelah kanan lagi ada saluran pembuangan yang cukup besar, dari got itu, aroma tak sedap selalu menguar tajam."Apa yang kamu inginkan datang kemari?" tanya aku ketika pelanggan mulai s

  • PETAKA MADU BARU   33

    Hal yang paling membuatku malas dalam hidup adalah apa yang akan kulakukan hari ini, menyusuri jalan aspal yang tak begitu besar dengan taman bunga di samping kanan kiri, menuju bangunan berteras luas dengan jajaran pilar besar sebagai penyangga pelataran dan tulisan yang terpampang di sana, pengadilan agama.Mau apa? Bercerailah!Semalam tadi kudapatkan panggilan cerai dari pengadilan, ayah memberi tahu bahwa mulai besok aku harus menghadiri sidang perceraian setelah proses mediasi yang sengaja dilewatkan karena tahu hasilnya akan nihil, alias zonk, kami tak akan mungkin rujuk. Lagipula selesaikan saja episode pahit ini dan tutup, tamatkan cerita rumit ini sampai di sini.Kumasuki ruang sidang dan Mas Haris eusah di sana, masih dengan wajah diperban bekas pukulan batu, ia menatapku tanpa ekspresi apapun sedang Adelia dia sampingnya, seperti biasa selalu bergelayut manja, kepalanya ia topangkan di bahu Mas Haris, oh mesranya pelakor satu itu.Kuambil tempat duduk agak jauh karena mual

  • PETAKA MADU BARU   32

    Mertua menelpon pikir dia akan murka terhadap apa yang sudah aku lakukan kepada anaknya, ternyata tidak demikian, dia menelpon bicara baik-baik padaku. "Laila, ayah tahu kamu kecewa dan peristiwa ini amat mengejutkan.Tapi tolong pertimbangkan tentang Nayla dan Naina, mereka akan malu jika sampai orang-orang tahu dan mencibir mereka," bujuk ayah melalui telepon. "Aku tahu, maaf ayah, aku harus bagaimana, andai tak membela diri dia akan membunuhku." "Aku akan menjamin Haris, tapi aku akan memberi tahumu sebelumnya, kuharap kau mau ikhlas atas keputusan ayah." "Lalu bagaimana denganku, ini tidak adil." "Aku akan memberimu kompensasi Laila, aku juga akan mengurus perceraian kalian dan memastikan semuanya tuntas tanpa halangan apapun," jawabnya. "Jadi ayah merestui aku bercerai dengan anak ayah?" "Mau bagaimana lagi, jika itu membuat kalian lega." "Ya, benar, kami memang harus berpisah agar semuanya lega dan tuntas." "Baik, aku akan mengurusnya, aku juga akan membebaskan Haris," ja

  • PETAKA MADU BARU   31

    Kutinggalkan kantor polisi sambil tertawa puas. Aku gembira sekali membuat pucat pasi dan ketakutan.Kembali ke rumah mengendarai motor nmax pemberian ayah mertua yang cicilannya tinggal tiga kali lagi lagi. Tak mengapa, aku bisa melunasinya, dan menjauh pergi, asal perasaan ini tenang.*Kicau burung menyemarakkan suasana pagi yang sudah ku tetapkan sebagai awal dari semangat baru untuk memulai kehidupanku."Jadi bagaimana keputusanmu setelah apa yang terjadi ini," tanya ibu mertua setelah pagi-pagi ini menelponku"Aku tidak berhak mengambil keputusan ibulah yang selama ini selalu mengambil keputusan untuk kami, jadi tentukan saja apa yang ingin Ibu katakan," jawabku."Aku dengar kau dan Harris bertengkar dan saling memukul, tidak bisakah kau mengeluarkan suamimu dari kantor polisi dan mengakhiri semua ini.""Andai saja orang tidak melalui kami tentu aku sudah mati dibunuh suami sendiri.""Kau telah memancing kemarahan suamimu, kau tahu sendiri kan sifat haris sangat keras kenapa kau

  • PETAKA MADU BARU   30

    Selagi aku sedang memberi keterangan tiba tiba adik ipar dan madu jahatku merangsek ke ruang pemeriksaan dan menyela keterangan dan kuberikan."Apa katanya? tidak benar jika dia mengatakan bahwa Mas Haris yang jahat, selama ini hanya dia yang melawan dan bersikap semaunya." "Alhamdulillah, kebetulan sekali, inilah orang-orang yang suka sekali mengintimidasi saya di sana mereka menyuruh saya tanpa mengenal waktu dan keadaan, mereka memperlakukan saya dengan sangat tidak manusiawi," barat ku yang tak ingin kehilangan kesempatan untuk mempermalukan mereka."Wanita ini hanya playing victim, Pak. Dialah wanita yang paling kembang isi dalam keluarga kami dan dia adalah orang yang paling melawan terhadap ibu mertua," sela adelia."Dan wanita ini adalah sumber kemarahan ibu mertua saya dia selalu mengadu dan menjelek-jelekkan sehingga membuat ibu mertua murka dan bersikap kasar kepada saya," jawabku tak mau kalah."Keterlaluan!" Adelia berteriak."Lihat sikat mereka lihat jika mereka bahkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status