Share

6. setelah sakit

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-14 08:39:04

Setelah sekian lama bungkam, sementara suamiku hanya tercenung di posisinya setelah mendengar sindiran putrinya yang menyakitkan. Aku berinisiatif untuk bangkit dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.

Aku sadar menyiksa diriku seperti ini akan menambah kesengsaraan dalam hidupku, aku harus makan dan minum, sebab membutuhkan tenaga untuk menghadapi ujian dan kenyataan pahit ini. Aku tidak bisa lari ke belakang atau kabur dari kenyataan, oleh karenanya, satu-satunya jalan adalah menghadapi semuanya satu persatu dan berusaha memecahkannya.

Kuangkat nampan dan sepiring kurma yang tadi dibawakan oleh Mas Hisyam, aku membawa benda itu keluar.

"Bund, makanlah sesuatu."

"Tentu, aku tak akan mati karena perbuatanmu," balasku dingin.

"Kau berhak mengatakan apapun untuk melampiaskan perasaanmu, aku tidak akan melawannya."

"Seburuk apapun kemarahan dan penderitaan hatiku, tetaplah kau pemenangnya Mas." Aku tertawa sambil menyapu air mata terakhir yang menetes dari pelupuk mata.

Sudah 7 jam aku menangis seperti ini, sudah 7 jam aku merasakan hatiku seperti digelungi oleh kawat besi yang tajam, aku menderita, aku tidak percaya dengan kenyataan tapi aku yakin hari-hari kedepannya akan jadi lebih berat dari ini.

Suasana rumah begitu lengang dan gelap, hanya lampu itu temaram dinding berwarna kuning yang menerangi setiap sudut rumah. Entah kenapa lampu utama tidak dinyalakan, keadaan menjadi suram sesuram hati penghuni rumah.

Aku duduk di meja makan, memperhatikan aneka makanan kesukaan suami yang tadi siang kumasak dengan penuh cinta dan antusias. Makanan itu masih belum tersentuh sedikitpun.

Kutarik nafas dalam lalu kubalik piringku, kutuangkan nasi dan lauk lalu mulai memakannya. Baru saja sekali menyuapkan nasi ke mulut, aku kembali teringat kejadian siang tadi di mana aku dan putriku terjatuh ke aspal lalu wanita itu berteriak memanggil nama suamiku dengan sebutan suaminya.

Ah, air mataku tak terbendung lagi, terjatuh ke atas nasi begitu saja, hatiku perih luar biasa saat mulai menyadari bahwa mulai sekarang keadaan tidak akan sama seperti semula. Makanan ini, rumah ini, diriku dan putriku, semuanya seperti jembatan persinggahan, di mana pelabuhan terakhirnya adalah wanita baru dalam hidup suamiku.

Aku tak sanggup lagi untuk makan, membayangkan betapa suamiku sangat memanjakan pengantin barunya, aku yakin dia merayu wanita itu sama seperti dia merayuku, pasti sikap romantis, kemesraan dan bagaimana cara ia memperlakukanku, akan ia lakukan pada wanita itu dengan cara yang sama.

Aku kesal menyadari bahwa segala cinta dan kasih sayangnya ternyata dibagi dua. Aku geram hidup dalam kepalsuan dan penipuan ini. Jelas sudah, aku dikhianati oleh satu-satunya alasan diri ini bertahan hidup.

Kuusap air mata, lalu kuakhiri makan tanpa menghabiskan makanan tersebut. Kutinggalkan meja makan setelah menutup tudung saji lalu Seperti biasa aku periksa pintu rumah dan menutup semua gorden jendela.

Tring tring!

Ponsel suamiku yang tertinggal di meja ruang tamu berdering.

Ada nama Eva yang tertulis di layar ponselnya. Tanpa berpikir lebih lama aku tahu itu adalah wanita tadi. Tanpa memanggil Mas Hisyam aku langsung mengangkatnya, tapi aku tidak mengatakan apapun.

"Sayang, apa yang terjadi? kenapa kita tidak jadi berbuka puasa bersama? Sesibuk itukah pekerjaanmu sampai kau tidak bisa menyempatkan waktu?!"

Bagaimana akan menyempatkan waktu jika selama ini dia sibuk bekerja dan pulang padaku tepat waktu. Wanita itu tidak sadar kalau dia hanya istri kedua.

"Aku tahu kau sangat sibuk dan cenderung jarang pulang. Tapi kau tahu kan' aku adalah istrimu dan aku sedang hamil. Aku dan calon anak kita ini membutuhkanmu Mas. Kadang aku berpikir bahwa aku bukan satu-satunya jalan pulangmu, kadang aku berpikir bahwa pernikahan ini seperti sandwara saja."

Wanita itu mencecar tanpa menyadari bahwa akulah yang mengangkat telepon suaminya. Dia terdengar sedih dan galau sekali, terdengar terluka dan putus asa.

Ya, aku mengerti sekali bahwa wanita hamil cenderung sedikit manja dan momen bulan Ramadan adalah hal yang ditunggu untuk berkumpul keluarga, makan bersama lalu beribadah.

"Aku tahu Mas, aku hanyalah anak yatim yang tidak diketahui asal-usulnya, aku tumbuh sebatang kara dan begitu mendapatkan suami aku sangat bahagia . Aku hanya memilikimu di dunia ini jadi seharusnya kau ada di sisiku!" Wanita itu mulai menangis tersedu, membuat hatiku ikut terluka bersamaan dengan tangisannya yang pilu.

"Bisakah sekali saja kau menghabiskan dua hari menginap denganku, kenapa kau memperlakukanku seperti wanita murahan yang hanya dikunjungi saat kau butuhkan!? Aku ini apa untukmu, Mas!" Dia menangis sekali lagi dengan nada yang amat putus asa dan pilu.

Mendengar tangisannya yang menyayat hati aku jadi sadar bahwa bukan akulah satu-satunya yang akan sengsara di dunia ini akibat perbuatan mas Hisyam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
biar mati jantungan sja skalian niy suami modelan gini
goodnovel comment avatar
for you
jangan bilang bini tua mau nrima madunya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PETAKA SEKOTAK KURMA    71

    "kasihan juga ya Mas," bisikku."Ya, juga. Tapi itu adalah jalan hidup yang harus mereka lewati. Kita hanya bisa mendoakan," balas suamiku. "Aku nggak nyangka juga Mas, mereka hidup di hunian mewah dan bergelimangan harta tidak kurang satu apapun, tapi tiba-tiba mereka terpisahkan dan kini istrinya harus jadi sales perumahan. Dari anak panti asuhan kembali menjadi gelandangan."Hidupnya tidak seburuk itu Bun, tapi tetap saja, keadaan telah menjungkirbalikkan wanita itu," balas suamiku sambil mengesap kopinya."Benarkah menurutmu mereka akan berpisah?""Orang yang sudah terbiasa hidup enak tiba-tiba jatuh miskin dan kehilangan segalanya akan sulit menerima kenyataan Bunda. Baik jika wanita itu bisa berdamai dengan suaminya kemudian berjuang lagi dari nol, tapi, Jika dia tidak mau maka besar kemungkinan perceraian akan terjadi.""Bukan maksud untuk meresahkan diri... Jika itu benar-benar terjadi lalu mas hisyam dengan siapa?" "Entahlah, kurasa, Dia terpaksa harus tinggal dengan ibuny

  • PETAKA SEKOTAK KURMA    70

    "kasihan juga ya Mas," bisikku."Ya, juga. Tapi itu adalah jalan hidup yang harus mereka lewati. Kita hanya bisa mendoakan," balas suamiku. "Aku nggak nyangka juga Mas, mereka hidup di hunian mewah dan bergelimangan harta tidak kurang satu apapun, tapi tiba-tiba mereka terpisahkan dan kini istrinya harus jadi sales perumahan. Dari anak panti asuhan kembali menjadi gelandangan."Hidupnya tidak seburuk itu Bun, tapi tetap saja, keadaan telah menjungkirbalikkan wanita itu," balas suamiku sambil mengesap kopinya."Benarkah menurutmu mereka akan berpisah?""Orang yang sudah terbiasa hidup enak tiba-tiba jatuh miskin dan kehilangan segalanya akan sulit menerima kenyataan Bunda. Baik jika wanita itu bisa berdamai dengan suaminya kemudian berjuang lagi dari nol, tapi, Jika dia tidak mau maka besar kemungkinan perceraian akan terjadi.""Bukan maksud untuk meresahkan diri... Jika itu benar-benar terjadi lalu mas hisyam dengan siapa?" "Entahlah, kurasa, Dia terpaksa harus tinggal dengan ibuny

  • PETAKA SEKOTAK KURMA    69

    Apa artinya kini Hisyam sudah menyerah? Kurasa ya!Dirampok hingga jatuh miskin, kehilangan harta dan rumah yang harus dijual untuk perawatannya. Ditambah kehilangan pekerjaan karena harus cuti panjang, istri yang terus mengeluh karena harus mengurus bayi sekaligus bekerja, kupikir semua itu adalah paket combo yang membuat Mas Hisyam sudah tidak punya waktu untuk mengganggu kami lagi. Dia harus fokus menata kehidupannya, dia harus menyembuhkan dirinya sendiri, dan mulai berkeliling untuk mencari pekerjaan yang layak, dulu pekerjaannya sebagai orang proyek membuat lelaki itu mudah sekali mendapatkan uang dan menghamburkannya, namun sekarang, sungguh jauh kenyataan dari harapan, segala sesuatu pupus begitu saja dalam genggaman.*Hari bergulir, berjalan dengan normal seperti kehidupan orang pada umumnya, rumah tangga kami berlangsung dengan harmonis meski kami belum kunjung mendapatkan garis dua. Prioritas untuk mendapatkan anak itu tidak terlalu ada di urutan pertama mengingat aku dan

  • PETAKA SEKOTAK KURMA    68

    Sejak kepergian wanita pengusik ketenangan kami itu, suamiku terus gelisah, bahkan setelah mengantarkan Fira dan Ali kembali ke rumah neneknya pria itu tidak bisa memejamkan matanya, hanya terus bolak-balik, bangun tidur dan gelisah di kamar kami."Kenapa Mas," ujarku sambil menyentuh bahu dan mendekatinya,"ini sudah malam, kenapa belum tidur, besok harus mengajar di kampus dan sekolah.""Aku tahu, tapi aku benar-benar gelisah.""sebab apa?""Aku ingin melindungi keluargaku Ida. Aku ingin kalian selalu hidup dalam ketentraman dan bahagia, aku tidak mau ada seorangpun yang mengganggu kalian.""Aku paham itu, Mas, aku tahu, dan kau sudah lakukan yang terbaik.""Tapi kenapa keluarga mantanmu seolah mengincar kehidupan kita dan bertekad untuk membuat kita tidak tenang! Ya Allah, Ida, aku harus bagaimana?" keluh lelaki itu dengan sedih. Aku tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu sebab aku sendiri tidak mengerti kenapa keluarga mas Hisyam masih terus mengincar kami. "Wanita itu mengha

  • PETAKA SEKOTAK KURMA    67

    "Kau harus lebih tenang Mas. Tersulutnya emosimu saat mas Hisyam menyindirmu membuat dia memenangkan dan mempermainkan emosimu. Kau langsung marah dan mengusir mereka, belum memberi mereka alasan untuk terus mengolokmu, kau harus lebih sabar." Aku menyentuh pundaknya, sambil membelainya perlahan. "Apa boleh buat ucapan mereka sangat menyakitkan hatiku!""Mereka hanya mempermainkanmu. Sebagai istrimu aku lebih mempercayai dan yakin pada akhlakmu yang baik.""Kau pun sudah 14 tahun bersama dengan keluarga itu, Ida. Apa kau sama sekali tidak terganggu dengan sifat mereka.""Tadinya mereka semua baik Mas. Tapi perceraian mengubah keadaan dan pernikahanku denganmu semakin membuat mereka kesal.""Manusia yang punya hasad dan dengki di hatinya sangat berbahaya, Ida. Aku dan kamu harus berhati-hati, karena jika tidak mereka bisa saja memfitnah dan merusak keluarga kita.""Semoga itu tidak terjadi.""Membayangkan saja membuatku takut," ucap Mas Jaka sambil menghela napas perlahan.**Seminggu

  • PETAKA SEKOTAK KURMA    66

    Dua bulan kemudian, Pada ujian kenaikan kelas putri kami berhasil mendapatkan nilai yang sempurna, demi mengapresiasi usaha dan prestasi belajarnya maka Mas Jaka berniat untuk membelikan dia sebuah hadiah dengan sedikit uang yang telah ditabungnya selama berbulan-bulan. "Aku berniat menghadiahkan Elina barang yang akan membantunya kemana-mana.""Tidak usah Mas, tidak usah repot-repot.""Dengar, Aku adalah Ayah sambungnya jadi aku harus bertanggung jawab membahagiakan dan memastikan bahwa hidupnya baik-baik saja.""Dia baik-baik saja kok.""Sejak ayahnya tidak bekerja, mereka tak lagi mengirimkan uang. Aku bisa melihat perubahan Putri kita yang hanya bisa menahan perasaannya ketika menginginkan sesuatu.""Oh ya, apa begitu, Mas?" Aku mulai menyadari bahwa sejak mas Hisyam tidak mengirimkan nafkah, anakku tak lagi merengek saat hendak minta sesuatu atau kebutuhan sekolahnya, dia lebih banyak diam dan menjalani apa adanya. "Aku sering memperhatikannya dan menanyai apa sebenarnya yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status