Kaisar sedang duduk menunggu Elena di lobby. Barang-barang miliknya sudah berada di dekatnya. Elena menolak tawaran untuk membantunya bersiap-siap. Katanya biar dibantu oleh pelayannya saja. Tak lama kemudian handphone-nya berbunyi. Telepon dari Damian Alarich. Kaisar bergegas menggunakannya karena dia meminta bantuannya untuk memesankan tiket pesawat untuk mereka kembali ke New Taraka. Kaisar bisa saja menghubungi pimpinan ajudannya yang kini dimintanya untuk bercuti. Tapi dia tidak ingin membuat Elena dan keluarga ayah angkatnya curiga. Meminta bantuan Damian akan tidak terlalu kentara.“Halo,” ucap Kaisar pada Damian Alarich di seberang sana.“Maaf, Jenderal,” ucap Damian di seberang sana. “Jet Pribadi tidak dapat digunakan karena ada sesuatu. Semua pesawat komersial ke New Taraka pun sudah penuh. “Jika Jenderal berkenan, aku akan kirimkan pesawat khusus dari angakatan darat untuk menjemput Jenderal di bandara kota Baksi.”Kaisar terkejut mendengar itu. “Itu tidak mungkin, karena j
Vander sedang duduk di meja kerjanya sembari menonton televisi yang menyiarkan berita tentang runtuhnya sebuah jembatan penghubung dua kota besar di New Taraka. Matanya tampak jeli melihat tayangan berita di sebuah channel terkenal itu. Bibirnya sedikit tersenyum melihat itu.“Runtuhnya sebuah jembatan yang akan digadang-gadang menjadi jembatan terindah di New Taraka membuat banyak investor menarik diri dari Abraham Group dan pihak korban yang mengalami musibah naas itu meminta ganti rugi dengan pihak Abraham Group. Nasib Abraham Group sedang dipertaruhkan. Saat ini sejumlah pihak masih menunggu tanggapan dari pimpinan Abraham group yang baru, yang katanya sedang menikmati bulan madu pernikahannya di sebuah kota. Sementara Tuan Lionel yang menjabat sebagai direktur sementara setelah meninggalnya Tuan Abraham belum bisa menanggapi apapun karena dia tidak merasa bertanggung jawab atas masalah itu.”Vander mematikan televisi saat seorang pria datang ke ruangannya. Pria itu berdiri di dep
Sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Di dalamnya Kaisar dan Elena terkejut melihat banyak wartawan yang berdesakan memenuhi gerbang. Penjaga kemanan di depan rumah itu menjaga gerbang dengan baik hingga mereka tak bisa masuk. Tak lama kemudian gerbang terbuka, tiga mobil keluar beriringan dari dalam. Kaisar melihat di dalam mobil-mobil itu ada Paman Lionel, Paman Mason dan Bibi Lili beserta keluarganya. Mereka membawa barang-barang yang banyak seperti hendak meninggalkan rumah besar bak istana itu. Ketiga mobil itu melaju begitu saja tanpa memperdulikan kedatangan Kaisar dan Elena yang baru tiba di sana.“Kemana mereka?” tanya Elena dengan bingung.“Coba kau hubungi paman Lionel,” pinta Kaisar.Elena mengangguk lalu bergegas menghubungi nomor handphone Paman Lionel. Sambungan teleponnya tidak diangkat. Elena semakin heran. “Tidak diangkat.”Kaisar menatap supir lalu berkata padanya, “Masuk!”“Baik, Tuan Muda.”Mobil yang dinaiki Kaisar dan Elena memasuki gerbang setelah para wartaw
“Kita harus membicarakan rencana kita besok pagi,” ucap Kaisar pada Elena yang kini mereka sedang duduk di ruang tengah yang luas nan megah itu. Rumah yang sebentar lagi akan dituntut oleh pihak bank.“Aku serahkan semua rencana padamu,” ucap Elena yang terlihat pasrah.“Besok kita akan datang ke kantor dan kau harus menyerahkan kepemimpinan perusahaan padaku. Meski pun saat ini di surat wasiat tertulis perusahaan itu sudah menjadi milikku, tapi semuanya belum tahu tentang semua ini. Dengan begitu aku akan leluasa bergerak untuk menyelesaikan semuanya satu persatu.”Elena tampak tidak percaya dengan itu. Dia menahan senyum meremehkannya karena yang dia tahu Kaisar hanya seorang tentara biasa yang tidak pernah mengerti akan dunia bisnis.“Kenapa kau tidak meminta bantuan temanku saja,” sahut Elena. “Teman kuliahku yang lebih mengerti darimu tentang dunia bisnis. Dia memang bukan anak orang kaya. Dia tidak memiliki keburuntungan saja, tapi dia cerdas dan memang aku berniat merekrutnya u
“Elena, kau mendengar aku?” tanya Vander sekali lagi.Elena geram mendengarnya. “Jangan mengada-ada. Jika kau memang mau membantuku, harusnya kau tidak memberi syarat apapun padaku.”Vander kesal mendengarnya. “Jadi kau tidak bersedia? Apa kau mau hidup melarat setelah ini? Kau tidak tahu sebentar lagi perusahaan milik mendiang ayahmu akan bangkrut?”“Aku tidak peduli,” jawab Elena.“Aku tahu kau tidak mencintai lelaki itu, Elena. Aku tahu pernikahanmu hanya pura-pura saja,” sahut Vander.Elena kian terkejut mendengarnya. “Kau pikir aku dan Kaisar hanya berpura-pura?”“Ya,” sahut Kaisar. “Jangan menyembunyikan sesuatu dariku Elena…”Elena langsung mematikan handphone-nya. Dia penasaran dari mana Vander tahu kalau pernikahannya dengan Kaisar hanya untuk mencari tahu penyebab kematian ayahnya saja. Elena bangkit dari kasurnya, dia ingin menemui Kaisar dan membicarakan apa yang dikatakan Kaisar padanya, namun sesaat kemudian dia kembali duduk karena dia masih belum percaya sepenuhnya pad
Kaisar sudah tiba di sumber suara. Dia lega saat melihat seekor kucing sedang menjatuhkan sebuah buku dari rak. Kaisar pun meraih kucing itu lalu membawanya ke Elena.“Rupanya hanya seekor kucing,” ucap Kaisar pada Elena.Elena lega mendengarnya.“Sekarang silakan hubungi Manager yang bekerja di Abraham Group, katakan padanya bahwa besok kau akan datang dan kita akan mengadakan rapat untuk masalah yang dihadapi saat ini,” pinta Kaisar.Elena mengangguk lalu menghubungi Manager-nya di perusahaan.“Halo, Nona,” ucap Manager di seberang sana.“Besok aku akan ke kantor. Tolong undang semua petinggi untuk rapat penting denganku besok pagi,” pinta Elena.“Baik, Nona,” ucap Managernya.Elena menyimpan handphone-nya lalu memberitahu Kaisar bahwa dia sudah menghubungi Managernya. Kaisar pun mengajaknya keluar dari sana.***Pelayan perempuan itu menyepi di belakang dapur. Dia langsung meraih handphone dan menggunakannya saat merasa tidak ada satupun orang yang melihatnya di sana.“Halo,” ucap
“Sekali lagi saya katakan, jika ada yang mau mengundurkan diri, silakan keluar dari ruangan ini!” tegas Kaisar.Semua masih terdiam. Elena tampak menunggu apa yang akan dibicarakan Kaisar saat dia memberi sambutan nanti.Seketika seseorang mengangkat tangannya. Dia adalah Pak Marco, bagian keuangan di Abraham Group. “Boleh saya bicara?”Semua menatap Pak Marco dengan tegang.“Silakan jika ada yang ingin disampaikan,” jawab Kaisar.“Tuan Abraham selama ini tidak sembarang menunjuk siapa pun dengan mudah untuk menjadi bagian penting di perusahaan. Tuan Abraham selalu mengadakan rapat direksi dan keputusan diambil bukan sepihak, tapi harus dari kesepakatan bagian direksi. Saya bukan bermaksud untuk meragukan kemampuan Tuan Muda untuk menggantikan Elena sebagai pewaris perusahaan ini, tapi kami butuh rasa percaya bahwa seseorang yang ditunjuk menjadi pemimpin kami di sini memang yang terbaik dan dapat kami percaya,” ucap Pak Marco dengan lantang dan tanpa merasa takut sama sekali.“Setuju
“Sepertinya ada yang kau rahasiakan padaku,” ucap Elena saat dia dan Kaisar sudah tiba di ruangan kerja mendiang Abraham selama ini. Ruangan itu tampak luas. Selain meja kerja yang besar, terdapat sofa untuk menyambut tamu. Ruangan itu terdapat dinding kaca yang menghamparkan pemandangan gedung-gedung tinggi di kota New Taraka.Kaisar menyimpan keterkejutannya mendengar itu.“Katakan padaku, rahasia apa yang kau simpan padaku?” desak Elena. Bagaimana pun dia tidak percaya Kaisar memiliki uang sebanyak itu untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya. Bukan karena dia tidak suka melihat Kaisar telah menyelamatkan Abraham Group dari keterpurukan, tapi karena dia tidak mengerti kenapa Kaisar dengan mudah menyelesaikan semuanya.“Aku tidak menyimpan apa-apa darimu,” ucap Kaisar.“Mengenai uang yang kau miliki, apa itu dari paman angkatmu juga?” tanya Elena.“Aku belum bisa menceritakannya sekarang,” jawab Kaisar. “Tapi yang jelas suatu saat kau akan tahu dari mana aku mendapatkannya.”“Jelaskan