Share

09

"Ada apa, Zeva?"

Saat ini Cyril dan Zeva sedang menikmati teh di salah satu ruangan pondok kayu yang Zeva tempati. Setelah pertempuran sengit mereka kemarin, luka-luka di tubuhnya sudah mulai sembuh— dengan bantuan penyihir lukanya berangsur-angsur pulih.

"Yang Mulia..." Zeva terlihat ingin mengatakan sesuatu tetapi dirinya ragu.

Cyril tetap diam menunggu apa yang ingin Zeva katakan. Zeva menatap Cyril dengan tatapan melas, "Zeva ingin buah jambu air yang ada di hutan."

Cyril tertawa mendengar permintaan Zeva. Zeva memperingati Cyril agar tidak mentertawakan permintaan anehnya.

"Maafkan aku. Jangankan buah jambu air, pohonyapun akan aku bawakan pulang untukmu."

Di luar ruangan ada Alina yang mendengarkan percakapan mereka sejak tadi. Dia teringat dulu Cyril juga sangat memanjakannya. Cyril adalah laki-laki yang memperlakukan orang yang dia sayang dengan lembut, dia akan menuruti semua kemauannya bahkan jika dia meminta sebuah kerajaan sekalipun Cyril akan memberikanya.

Alina menghela napasnya berat. Dulu kasih sayang itu miliknya, tetapi sekarang itu sudah menjadi milik orang lain. Dia bingung bagaimana caranya mempertahankan rumah tangga mereka. Cyril semakin hari semakin dingin kepadanya— kecuali saat pertarungan kemarin Cyril sangat melindungi Alina. Terkadang Alina seperti di terbangkan dengan perlakuan Cyril padanya, lantas di jatuhkan dan di injak dengan kemesraannya dengan Zeva.

"Aku tidak akan membiarkan pernikahan kita berakhir begitu saja, Yang Mulia."

Alina mengetuk pintu ruangan sebelum masuk. Dia memberikan salam kepada Cyril terlebih dahulu, begitupun dengan Zeva yang memberikan salam kepada Alina.

"Yang Mulia."

"Queen." Zeva berdiri dan membungkuk. Alina menganggukkan kepalanya.

"Yang Mulia, bisakah anda ikut dengan saya?"

Cyril mengernyitkan dahinya. Alina menjelaskan jika ada hal penting yang ingin dia bicarakan. Cyril menyetujuinya karena dia juga ingin mencarikan Zeva jambu air di hutan.

"Aku pergi." Cyril mencium dahi Zeva singkat yang membuat perempuan itu tersenyum. Alina mencengkram celana hitamnya melihat kejadian itu.

"Hati-hati Alina! Anda juga Yang Mulia!"

Mereka berjalan beriringan menuju ke arah kuda yang sudah di siapkan. Di sana ada dua kuda berwarna hitam dan coklat. Cyril menaiki kuda hitam yang terlihat gagah, sedahgkan Alina menaiki kuda berwarna coklat. Saat ingin menaiki kuda, suara Cyril membuat dia mengurungkan niatnya.

"Naiklah kuda bersamaku, Alina."

Alina sedikit terkejut saat Cyril kembali memanggil namanya, bukan Queen seperti biasanya. Alina berjalan menghampiri Cyril yang sudah menuruni kudanya. Dia meraih pinggang Alina, mengangkatnya dan mendudukan Alina di atas kuda. Setelah memastikan Alina sudah merasa nyaman, Cyril naik kembali ke atas kuda.

Cyril memukul tali kuda yang membuat kuda itu mulai berjalan. Alina yang duduk di depanya membuat dia ingat kehidupan mereka di masa lalu, dia akui dia memang salah.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Alina?"

Cyril menatap rambut berwarna biru milik Alina yang di ikat menjadi satu, rambut itu menjuntai kebawah. Sangat indah! Dulu yang paling dia sukai dari Alina adalah rambut birunya. warna rambutnya sangat khas, bahkan warna rambut dari keempat saudaranya tidak sebiru milik Alina.

"Tidak ada, Saya hanya ingin menghabis waktu dengan anda," jawab Alina.

"Kau bisa langsung memintanya kepadaku. Kenapa harus berbohong?"

"Sungguh? Yang Mulia selalu sibuk dengan Zeva, Saya tidak ingin menganggu kalian."

Cyril terdiam tidak bisa menjawab. Memang benar dia selalu sibuk dengan Zeva sepanjang hari, tetapi dia memiliki alasan untuk itu. Cyril menarik kekang kuda saat melihat jambu air yang Zeva minta kepadanya. Dia menuruni kuda dan mengikat tali kudanya di pohon.

Alina meloncat turun terlebih dahulu sebelum Cyril membantunya turun. Cyril sedikit terkejut melihat aksi dari istrinya. Dia takut jika tubuh Alina lecet. Meskipun hanya sebuah goresan, dia akan langsung di kuliti oleh saudara-saudara Alina.

"Kau tidak apa-apa Alina?"

"Apa? Aku hanya meloncat dari atas kuda, bukan dari jurang."

Alina berjalan melewati Cyril menuju dimana jambu air itu tumbuh. Alina menggoyangkan dahan dengan sihir anginya. Buah yang ada di pohon itu berjatuhan. Cyril segera menangkapnya dengan sihir es dan mengumpulkan menjadi satu.

"Alina, ayo kembali, aku harus memberikan ini kepada Zeva." Cyril memasukkan jambu air di dalam lingkaran sihir.

Lingkaran sihir adalah sihir ruang dan dimensi yang di buat untuk membawa benda dengan mudah. Sihir itu akan muncul jika kita menuliskan pola-polanya dan akan hilang ketika menuliskan pola-pola itu dengan terbalik.

"Yang Mulia bisa pulang terlebih dahulu, saya ingin berjalan-jalan sebentar." Alina mendudukkan dirinya di bawah pohon untuk memakan jambu air yang dia dapat.

Cyril menghela napasnya. Dia harus segera pulang untuk menemui Zeva, tetapi dia juga tidak bisa meninggalkan Alina sendirian di hutan lepas. Akhirnya Cyril memilih ikut duduk di samping Alina. Dia hanya duduk diam mengawasi sekitar takut ada monster yang mendekat lagi, dan jika itu terjadi dia akan segera membuka portal menuju pondok kayu karena mereka belum siap untuk bertarung.

Melihat Alina yang menikmati jambu air membuat dia teringat dengan Zeva. Dia yakin jika wanita itu ikut pergi bersama mereka, pasti dia akan sangat senang, dan dia bisa melihat wajahnya yang lucu ketika merasa senang. Cyril menghela napasnya mengingat hal itu, sekarang Zeva pasti sedang menunggu dia.

"Apakah kau masih lama, Alina?"

"Apakah Yang Mulia memiliki urusan yang perlu segera di selesaikan?"

"Iya, aku harus segera memberikan jambu air itu kepada Zeva. Dia pasti sudah menungguku."

"Pergilah, aku bisa pulang sendiri." Setelah Alina mengatakan itu dia berteleportasi meninggalkan Cyril. Cyril segera berdiri dan mengedarkan pandanganya mencari Alina. Dia ingin menyusul tetapi tidak tahu kemana perginya. Cyril segera menaiki kudanya dan membawa kuda itu berlari. Dia akan memberikan jambu air ini kepada Zeva terlebih dahulu, lalu setelah itu dia akan mencari Alina.

"Aku yakin kau bisa menjaga dirimu sendiri."

Sedangkan Alina sekarang berada di danau yang berada jauh dari tempatnya. Dia benar-benar kecewa kepada Cyril. Bahkan saat bersamanyapun dia hanya memikirkan Zeva. Zeva, Zeva, Zeva, sampai tidak ada tempat untuknya.

Saat sibuk memikirkan Cyril dan Zeva, dia teringat jika ada pedesaan di hutan ini, tetapi dia harus segera mencari pintu masuk pedesaan yang masih terbuka. Pedesaan di kerajaan yang tidak masuk di wilayah benteng dan berada di daerah lepas di sebut pedesaan hilang. Bukan hilang yang benar-benar hilang, mereka hanya memasang tabir pelindung yang membuat batas antara desa dan hutan lepas, sehingga dari luar desa mereka tidak terlihat, seperti hilang. Jika ada yang melewati tabir itu saat tabir belum di buka, mereka akan merasakn berat di sekujur tubuh dan hawa mencekam di sekitarnya, lalu perasaan itu akan hilang. Itu sudah menjadi ciri khas keberadaan pedesaan di dalam hutan lepas ini. Mereka yang di dalam tabir tentu saja bisa melihat keluar tabir dengan jelas, karena itu juga agar mereka bisa melihat siapa yang menabrak tabir ini, monster atau manusia, sehingga mereka bisa segera memindahkan titik koordinatnya agar tidak ada yang mengetahui keberadaan desa dan terhindar dari serangan monster.

Mereka akan membuka tabir di saat saat tertentu. Seperti saat mereka berburu, berlatih sihir, atau ada acara seperti perburuan lepas. Mereka akan membuka tabir dan seketika hutan ini akan menjadi ramai. Saat ini matahari berada di atas kepala, seharusnya masih ada tabir yang terbuka karena para laki-laki akan keluar untuk berburu ataupun berlatih sihir dengan melawan monster.

***

"Yang Mulia, dimana Queen Alina?" Zeva bertanya saat melihat Cyril hanya pulang sendirian.

Cyril memberikan sekantong jambu air kepada Zeva, "Makanlah, aku harus segera mencari Queen."

"Queen hilang?"

Cyril mengangguk. Saat dia berniat pergi mencari Alina, Zeva menarik tanganya dan memintanya untuk tetap tinggal. Zeva meyakinkan Cyril jika Alina akan baik-baik saja, dia bisa menjaga dirinya sendiri.

"Queen bisa menjaga dirinya sendiri, Yang Mulia, percayalah padaku."

Demi mendengar suara lembut dari Zeva, Cyril pun menuruti keinginan Zeva untuk tetap tinggal. Lagipula Alina bukan wanita lemah yang perlu di lindungi seperti Zeva. Akhirnya mereka kembali kekamar dan menyantap jambu air itu bersama dan melupakan Alina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status