Share

P06. Sisi Lain

Mereka berdua melangkahkan kaki kedalam Lobby rumah sakit dengan kedua wajah saling merengut.


Ciuman singkat di bibir yang diberikan Pras ke Laurent membuat ia dihadiahi tamparan di wajahnya. Laurent pun membayar sendiri hadiah untuk bayi kembar adik ipar Pras.


"Rent,"


Panggil Pras pelan. Laurent tak mengindahkan. Ia menatap angka yang tertera di dinding lift hingga berhenti dan pintu terbuka.


Laurent keluar terlebih dahulu. Lalu menghentikan langkah kakinya karena ia tak tahu dimana letak kamarnya. Ia membiarkan Pras berjalan mendahului tanpa berbicara.


Kamar disudut lorong terlihat terbuka pintunya. Seorang perawat baru saja keluar dari sana.


"Permisi, apa didalam banyak orang? Dan apa bayi kembar mereka sudah didalam?"


Tanya Pras kepada perawat.


"Sudah pak. Hanya ada pak Galang dan buk Aira."


"Terima kasih suster,"


Jawab Pras. Ia lalu membuka pintu. Tampak Galang sedang mengusap kepala Aira yang masih berbaring di tempat tidur dengan posisi datar.


"Hai .... "


Sapa Pras. Aira menoleh bersama dengan Galang. Tatapan mereka berdua justru fokus ke wanita yang diajak Pras.


Galang melirik Aira yang memberi kode supaya Galang jangan banyak bertanya.


"Selamat Aira sayang,"


Pras mengusap kepala Aira lembut.


"Makasih kak,"


Aira masih sedikit di bawah pengaruh obat bius. Ia hanya tersenyum menjawab Pras.


Pras melirik ke dua box bayi. Bayi laki-laki dan perempuan. Ia lalu tersenyum menatap dua keponakan barunya.


"Ehem .... "


Laurent berdehem. Pras lupa. Kalau ia mengajak Laurent. Ia berbalik badan dan tersenyum.


"Lang, ra, kenalkan, ini- Laurent,"


Laurent dan Galang berjabat tangan lalu ia berjalan mendekat ke Aira. Menggenggam jemari tangan Aira dan berbisik,


"Selamat ya, semoga cepat pulih,"


Ucap Laurent pelan. Aira mengangguk dan tersenyum. Membalas sentuhan tangan Laurent. Keduanya saling melempar senyum.


Pras menatap Laurent. Lalu berganti ke Galang yang bersedekap menatap dirinya penuh tanya.


"Ini hadiah dari ku untuk si kembar,"


Ucap Laurent seraya meletakan kantung putih di atas meja.


"Terima kasih, jadi merepotkan,"


Galang terkekeh.


"Apa kakakku merepotkan? Dari raut wajah mu, pria tua ini berulah."


Galang memang sudah mulai berani dan tak kaku jika ingin meledek Pras. Pria itu berdecih dan berjalan menghampiri Galang lalu menyikut perutnya.


"Mulut,"


Protes Pras.


"Kakakmu baik, sangat baik sampai terlalu percaya diri untuk cium bibir ku tanpa persetujuanku dan di depan  orang lain."


Sewot Laurent. Galang dan Aira terkejut bersamaan. Sungguh Laurent bisa dengan cuek berbicara. Pras sampai diam saking terkejutnya dan tak habis pikir.


"Karena kamu bawel."


Sanggah Pras. Laurent mencebik.


"Karena kamu yang mulai Pras. Nggak semua peremp-"


Mulut Laurent di bekap Pras. Ia melotot menatap Laurent yang juga membalas dengan melotot juga.


Galang dan Aira terkekeh. Lalu terdengar suara bayi menangis. Galang menghampiri box bayi dan membuka tirainya. Menggendong bayi perempuan yang bernama Ruka.


Aira tersenyum melihat suaminya yang tampak bahagia. Tatapannya berpindah ke Pras dan Laurent yang menatap dengan arti lain.


"Lang,"


Panggil Aira. Galang menoleh.


"Kasih Ruka ke Daddynya juga dong, Ryu kamu gendong, kasian kalo Ryu nggak di gendong,"


Galang mengerti. Ia lalu meminta Pras menggendong Ruka. Pras tampak terkejut. Ia tak tahu cara menggendong bayi baru lahir. Ia takut.


"Ini bayi manusia Pras, bukan bayi buaya. Nggak perlu tegang,"


Laurent menatap Galang, meminta izin menggendong Ruka. Galang memberikan ke Laurent.


Wajah Laurent sangat senang. Ia tersenyum cantik. Galang lalu berjalan ke box lainnya untuk menggendong Ryu.


Laurent duduk di sofa sambil menggendong Ruka. Pras sendu. Ia menatap Laurent yang terlihat berbeda dan ke ibuan. Ia menghela nafas. Lalu menatap ke Galang.


Interaksi Laurent dan baby Ruka tampak natural, Aira dan Galang hanya bisa saling melempar kode. Brankar yang ditiduri Aira diposisikan sedikit tegak, suster memberi tahu kalau Aira bisa memberika Asi untuk bayi kembarnya. Baby Ryu yang pertama, sedangkan Ruka, bayi perempuannya anteng di dalam gendongan Laurent.


Pras tak melepas tatapan kearah Laurent, wanita itu meminta Pras duduk lebih relax, ia lalu memindahkan Baby Ruka dari gendongannya ke dada bidang Pras.


"Eh.. eh.. apaan nih,"


Panik. Itu reaksi Pras.


"Kata adik kamu, daddy nya harus bisa gendong juga 'kan, ya, kalo nggak bisa gendong, masa dipeluk gini aja nggak sanggup,"


Laurent mengarahkan tangan kanan Pras ke bokong mungil baby Ruka dan tangan kirinya menahan leher serta kepalanya. Pras melirik ke wajah bayi yang sudah nemplok didadanya. Kedua matanya masih terpejam, mulut mungil berwarna pink itu tampak menggemaskan.


Senyum Pras mengembang. Ia membelai lembut wajah bayi baru lahir itu. Laurent beranjak.


"Saya pamit ya, mau ada keperluan lain, sekali lagi selamat untuk kalian berdua, sehat selalu ya,"


Laurent menggenggam jemari Aira dan berjabat tangan dengan Galang. Pras hanya diam. Karena Laurent tak pamit dengannya, sekedar menoleh pun tidak.


Ajaib. Itu yang Pras simpulkan. Pintu kamar tertutup kembali. Andreas yang berjaga diluar kemudian masuk karena Pras memanggilnya.


"Pesankan makan malam untuk Galang dan saya setelah itu kamu boleh pulang,"


Pras berbicara tanpa menatap Andreas. Kedua matanya menatap Ruka yang anteng berada di pelukannya.


"Lho, Pak Pras nggak pulang?"


Andreas menatap bingung.

"No. Ada urusan lain,"


Jawabnya santai. Sudut bibirnya kembali tertarik sedikit.


"Pak Pras mau kencan sama Laurent lagi?"


Pertanyaan Andreas sontak membuat Pras melotot kearah ajudannya itu. Galang terkikik geli.


"Udah sana, sebelum surat pemecatan lo sebentar lagi dateng,"


Ledek Galang. Andreas cengar cengir lalu menanyakan Galang ingin dibelikan makanan apa.


Setelah Andreas pergi, Galang duduk di dekat Pras,


"Itu Laurent yang-"


"Iya. Cewek BO yang semalem,"


Jawab Pras santai. Aira terkejut.


"Kak Pras, serius?"


Kini Aira ikut terkejut dan tak suka. Ia tak ingin Pras hanya di manfaatkan. Ia tak ingin Pras tak bisa merasakan cinta lagi. Ia takut jika seumur hidup Pras akan sendirian.


"Tapi Laurent bukan pelacur pada umumnya, dia berkelas dan, ada alasan lain kenapa lakuin itu. Semalam itu untuk pertama kalinya lagi dia mau di BO setelah berhenti setahun lebih, yang gue tau, karena salah satu temennya rekomendasiin dia, lewat Andreas. Dan benar, Laurent sangat berkelas,"


"Terus? Kak Pras mau deketin?"


Aira tampak khawatir.


"Nggak. Ngapain. Rugi. Menarik juga nggak. Biasa aja."


Galang mengambil alih Ruka dari gendongan Pras dan berjalan ke arah Aira. Gantian Ruka yang diberi Asi, karena Ryu sudah tertidur pulas.


"Really Bro? Kenapa gue ragu ya,"


Galang mengusap dagunya. Pras terkekeh sinis.


"Gue udah bilang kan, no women again. No fallin in love or crazy in love,"


"Yeahhhh, kita lihat."


Jawab Galang menahan tawa. Aira menatap khawatir. Galang lalu mendekat dan berbisik,


"Aku tahu dia bohong, tenang aja sayang, aku juga nanti cari tau tentang Laurent,"


Aira tersenyum. Lalu mengecup pipi Galang. Pras yang menatap hanya bisa bersabar dalam hati dan ikut merasa bahagia atas apa yang Galang serta Aira rasakan.

To be continue,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status