Share

P06. Sisi Lain

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2021-04-13 00:20:16

Mereka berdua melangkahkan kaki kedalam Lobby rumah sakit dengan kedua wajah saling merengut.


Ciuman singkat di bibir yang diberikan Pras ke Laurent membuat ia dihadiahi tamparan di wajahnya. Laurent pun membayar sendiri hadiah untuk bayi kembar adik ipar Pras.


"Rent,"


Panggil Pras pelan. Laurent tak mengindahkan. Ia menatap angka yang tertera di dinding lift hingga berhenti dan pintu terbuka.


Laurent keluar terlebih dahulu. Lalu menghentikan langkah kakinya karena ia tak tahu dimana letak kamarnya. Ia membiarkan Pras berjalan mendahului tanpa berbicara.


Kamar disudut lorong terlihat terbuka pintunya. Seorang perawat baru saja keluar dari sana.


"Permisi, apa didalam banyak orang? Dan apa bayi kembar mereka sudah didalam?"


Tanya Pras kepada perawat.


"Sudah pak. Hanya ada pak Galang dan buk Aira."


"Terima kasih suster,"


Jawab Pras. Ia lalu membuka pintu. Tampak Galang sedang mengusap kepala Aira yang masih berbaring di tempat tidur dengan posisi datar.


"Hai .... "


Sapa Pras. Aira menoleh bersama dengan Galang. Tatapan mereka berdua justru fokus ke wanita yang diajak Pras.


Galang melirik Aira yang memberi kode supaya Galang jangan banyak bertanya.


"Selamat Aira sayang,"


Pras mengusap kepala Aira lembut.


"Makasih kak,"


Aira masih sedikit di bawah pengaruh obat bius. Ia hanya tersenyum menjawab Pras.


Pras melirik ke dua box bayi. Bayi laki-laki dan perempuan. Ia lalu tersenyum menatap dua keponakan barunya.


"Ehem .... "


Laurent berdehem. Pras lupa. Kalau ia mengajak Laurent. Ia berbalik badan dan tersenyum.


"Lang, ra, kenalkan, ini- Laurent,"


Laurent dan Galang berjabat tangan lalu ia berjalan mendekat ke Aira. Menggenggam jemari tangan Aira dan berbisik,


"Selamat ya, semoga cepat pulih,"


Ucap Laurent pelan. Aira mengangguk dan tersenyum. Membalas sentuhan tangan Laurent. Keduanya saling melempar senyum.


Pras menatap Laurent. Lalu berganti ke Galang yang bersedekap menatap dirinya penuh tanya.


"Ini hadiah dari ku untuk si kembar,"


Ucap Laurent seraya meletakan kantung putih di atas meja.


"Terima kasih, jadi merepotkan,"


Galang terkekeh.


"Apa kakakku merepotkan? Dari raut wajah mu, pria tua ini berulah."


Galang memang sudah mulai berani dan tak kaku jika ingin meledek Pras. Pria itu berdecih dan berjalan menghampiri Galang lalu menyikut perutnya.


"Mulut,"


Protes Pras.


"Kakakmu baik, sangat baik sampai terlalu percaya diri untuk cium bibir ku tanpa persetujuanku dan di depan  orang lain."


Sewot Laurent. Galang dan Aira terkejut bersamaan. Sungguh Laurent bisa dengan cuek berbicara. Pras sampai diam saking terkejutnya dan tak habis pikir.


"Karena kamu bawel."


Sanggah Pras. Laurent mencebik.


"Karena kamu yang mulai Pras. Nggak semua peremp-"


Mulut Laurent di bekap Pras. Ia melotot menatap Laurent yang juga membalas dengan melotot juga.


Galang dan Aira terkekeh. Lalu terdengar suara bayi menangis. Galang menghampiri box bayi dan membuka tirainya. Menggendong bayi perempuan yang bernama Ruka.


Aira tersenyum melihat suaminya yang tampak bahagia. Tatapannya berpindah ke Pras dan Laurent yang menatap dengan arti lain.


"Lang,"


Panggil Aira. Galang menoleh.


"Kasih Ruka ke Daddynya juga dong, Ryu kamu gendong, kasian kalo Ryu nggak di gendong,"


Galang mengerti. Ia lalu meminta Pras menggendong Ruka. Pras tampak terkejut. Ia tak tahu cara menggendong bayi baru lahir. Ia takut.


"Ini bayi manusia Pras, bukan bayi buaya. Nggak perlu tegang,"


Laurent menatap Galang, meminta izin menggendong Ruka. Galang memberikan ke Laurent.


Wajah Laurent sangat senang. Ia tersenyum cantik. Galang lalu berjalan ke box lainnya untuk menggendong Ryu.


Laurent duduk di sofa sambil menggendong Ruka. Pras sendu. Ia menatap Laurent yang terlihat berbeda dan ke ibuan. Ia menghela nafas. Lalu menatap ke Galang.


Interaksi Laurent dan baby Ruka tampak natural, Aira dan Galang hanya bisa saling melempar kode. Brankar yang ditiduri Aira diposisikan sedikit tegak, suster memberi tahu kalau Aira bisa memberika Asi untuk bayi kembarnya. Baby Ryu yang pertama, sedangkan Ruka, bayi perempuannya anteng di dalam gendongan Laurent.


Pras tak melepas tatapan kearah Laurent, wanita itu meminta Pras duduk lebih relax, ia lalu memindahkan Baby Ruka dari gendongannya ke dada bidang Pras.


"Eh.. eh.. apaan nih,"


Panik. Itu reaksi Pras.


"Kata adik kamu, daddy nya harus bisa gendong juga 'kan, ya, kalo nggak bisa gendong, masa dipeluk gini aja nggak sanggup,"


Laurent mengarahkan tangan kanan Pras ke bokong mungil baby Ruka dan tangan kirinya menahan leher serta kepalanya. Pras melirik ke wajah bayi yang sudah nemplok didadanya. Kedua matanya masih terpejam, mulut mungil berwarna pink itu tampak menggemaskan.


Senyum Pras mengembang. Ia membelai lembut wajah bayi baru lahir itu. Laurent beranjak.


"Saya pamit ya, mau ada keperluan lain, sekali lagi selamat untuk kalian berdua, sehat selalu ya,"


Laurent menggenggam jemari Aira dan berjabat tangan dengan Galang. Pras hanya diam. Karena Laurent tak pamit dengannya, sekedar menoleh pun tidak.


Ajaib. Itu yang Pras simpulkan. Pintu kamar tertutup kembali. Andreas yang berjaga diluar kemudian masuk karena Pras memanggilnya.


"Pesankan makan malam untuk Galang dan saya setelah itu kamu boleh pulang,"


Pras berbicara tanpa menatap Andreas. Kedua matanya menatap Ruka yang anteng berada di pelukannya.


"Lho, Pak Pras nggak pulang?"


Andreas menatap bingung.

"No. Ada urusan lain,"


Jawabnya santai. Sudut bibirnya kembali tertarik sedikit.


"Pak Pras mau kencan sama Laurent lagi?"


Pertanyaan Andreas sontak membuat Pras melotot kearah ajudannya itu. Galang terkikik geli.


"Udah sana, sebelum surat pemecatan lo sebentar lagi dateng,"


Ledek Galang. Andreas cengar cengir lalu menanyakan Galang ingin dibelikan makanan apa.


Setelah Andreas pergi, Galang duduk di dekat Pras,


"Itu Laurent yang-"


"Iya. Cewek BO yang semalem,"


Jawab Pras santai. Aira terkejut.


"Kak Pras, serius?"


Kini Aira ikut terkejut dan tak suka. Ia tak ingin Pras hanya di manfaatkan. Ia tak ingin Pras tak bisa merasakan cinta lagi. Ia takut jika seumur hidup Pras akan sendirian.


"Tapi Laurent bukan pelacur pada umumnya, dia berkelas dan, ada alasan lain kenapa lakuin itu. Semalam itu untuk pertama kalinya lagi dia mau di BO setelah berhenti setahun lebih, yang gue tau, karena salah satu temennya rekomendasiin dia, lewat Andreas. Dan benar, Laurent sangat berkelas,"


"Terus? Kak Pras mau deketin?"


Aira tampak khawatir.


"Nggak. Ngapain. Rugi. Menarik juga nggak. Biasa aja."


Galang mengambil alih Ruka dari gendongan Pras dan berjalan ke arah Aira. Gantian Ruka yang diberi Asi, karena Ryu sudah tertidur pulas.


"Really Bro? Kenapa gue ragu ya,"


Galang mengusap dagunya. Pras terkekeh sinis.


"Gue udah bilang kan, no women again. No fallin in love or crazy in love,"


"Yeahhhh, kita lihat."


Jawab Galang menahan tawa. Aira menatap khawatir. Galang lalu mendekat dan berbisik,


"Aku tahu dia bohong, tenang aja sayang, aku juga nanti cari tau tentang Laurent,"


Aira tersenyum. Lalu mengecup pipi Galang. Pras yang menatap hanya bisa bersabar dalam hati dan ikut merasa bahagia atas apa yang Galang serta Aira rasakan.

To be continue,

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PRAS, and his destiny   Bab 85. Takdir yang berakhir penuh kebahagian.

    “Bagaimana kondisinya?” tampak Pras dan Alex berbicara dengan tatapan serius. Suami Lily itu mengusap kasar wajahnya, lalu menatap ke satu titik yang sejak awal kedua pria itu berada di sana, menjadi pusat perhatiannya. “Entahlah, Dad, bagaimana menurutmu. Aku harus apa menghadapi ini semua?” Alex justru balik bertanya. Pras terus berpikir keras, hingga pintu itu terbuka, menampakkan Laurent yang menatap penuh rasa bahagia. “KETIGANYA SUDAH LAHIR! Cucu kita sudah lahir, Pras!” teriak Laurent yang menemani Lily menjalani operasi sesar. Alex menunduk, perlahan terdengar isakan tangis penuh rasa haru juga bahagia. Pras memeluk putranya itu. “Aku sudah menjadi Ayah, Dad!” teriak Alex begitu bangga dengan dirinya. Laurent kembali masuk ke dalam ruang operasi. Derap langkah Fausto dan Belinda terdengar. “Sudah lahir?” tanya Belinda sembari menggendong putra keduanya. Alex beranjak. “Ayah! Ibu!” Alex berjalan mendekat, memeluk Fausto erat, berganti k

  • PRAS, and his destiny   84. Dunia baru Pras dan takdirnya

    Satu bulan berlalu. Alex dan Lily sudah tinggal di apartemen yang mereka sewa di tengah kota Roma. Mereka tak henti saling meluapkan rasa cinta dan sayang. Lily tak mau menikmati fasilitas yang ditawarkan Fausto, seperti mencuci pakaian di laundry, makanan selalu dikirim oleh pelayan dari rumah utama Fausto di Roma yang jaraknya tak jauh dari apartemen mereka, juga mobil mewah yang disediakan juga. Keduanya menolak kompak. Tapi, jelas, Fausto tak menuruti begitu saja. Para pengawal terus berjaga walau dengan jarak yang cukup jauh, bagaimana pun, keduanya adalah keluarga Fausto, siapa yang tak tau.Kehamilan Belinda sudah menginjak bulan ke tujuh, jenis kelamin bayi dikandungnya, laki-laki. Alex loncat-loncat saking senangnya akan mendapatkan adik laki-laki. Kado ulang tahun Alexander terbaik dari kedua orang tua kandungnya, sementara Pras dan Laurent, sibuk mengelola perkebunan anggur mereka, Edmon ikut repot karena Pras meminta dibuatkan system keamanan juga mengatur para pe

  • PRAS, and his destiny   Bab 83. A thousand years (21+)

    Gaun panjang berwarna putih tulang, dengan bahan satin berpadu lace yang memberikan efek klasik menyesuaikan lekuk tubuh pemakaianya, tampak indah saat dikenakan Lily yang berdiri di ujung pintu gereja, merangkul lengan sang ayah – Edmon – yang tampak beberapa kali harus mengatur napas juga air mata yang beberapa kali keluar dari sudut matanya. Putri cantiknya tampak berdebar mana kala menunggu pintu itu terbuka dan mereka berdua akan berjalan masuk menuju altar dengan karpet merah yang membentang hingga ke hadapan pendeta.Edmon menatap sekali lagi putrinya yang mendongak membals tatapannya, kerudung panjang berwarna senada menjuntai panjang menutupi kepala hingga seluruh bagian tubuh belakang Lily, hanya menyisakan sebagian rambut cokelat indahnya yang di tata begitu rapi tanpa menghilangkan kesan usianya yang sebentar lagi baru tujuh belas tahun.“Aku sudah cantik, Ayah? Tidak buruk riasannya, bukan?” tanya Lily menatap sang sayah.&ld

  • PRAS, and his destiny   Bab 82.Keluarga bagi Pras

    “Lalu… apa Tuan Pras sungguh rela melepaskan apa yang sudah dikerjakan selama puluhan tahun ini dan memilih untuk berada di sini, di negara baru, juga merintis bisnis barunya?” tanya seorang reporter pria saat Pras diundang ke salah satu acara TV Show tentang bisnis dan karir cemerlang para pengusaha, yang ada di kota Roma, Italia.Pras tersenyum sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu, ia mencoba merangkai kalimat sesederhana mungkin supaya akan sampai pesan yang ia maksud. Ia melirik ke istri cantiknya yang duduk di kursi penonton, studio itu besar, dan Pras cukup bangga bisa berada di acara TV dengan rating tinggi itu.“Ya, saya tidak perlu meragukan apa pun lagi untuk melepaskan semua yang saya peroleh di Swiss, sudah cukup untuk kami, saya dan istri saya berkutat dengan bisnis yang sangat menyita waktu. Usia kami tak muda lagi, kami pun sadar, ternyata, terlalu giat mencari uang dan mengumpulkan kekayaan, akan percuma jika waktu bersama ke

  • PRAS, and his destiny   Bab 81. Ladies Day

    “Aku lebih suka gaun yang ini, Ly, kau akan kenakan saat resepsi nanti, bukan?” tunjuk Jessie kepada gaun peseta berwarna champange kepada Lily saat keduanya berada di salah satu butik terkenal di kota Zurich. Laurent sudah menghubungi rekannya, jika calon menantunya sedang mencari gaun untuk pesta resepsi pernikahan.“Apa tidak terlalu terang untuk acara malam hari, Jes?” Lily menatap lekat gaun yang masih berada di manekin.“Tidak, warna ini sedang populer. Alex juga akan terlihat tampan dengan warna jas senada dengan gaun ini, lalu dikombinasi kemeja warna putih. Kalian berdua akan shinning di malam hari, Ly.” Tukas Jessie kemudian. Lily menimbang-nimbang, ia masih mencari warna lain.“Bagaimana dengan warna merah terang?” tanyanya. Jessie menggelengkan kepala.“Kau memang akan menjadi pusat perhatian, tapi… entahlah, mengapa aku merasa warna itu pasaran ya,” kelakar Jess

  • PRAS, and his destiny   Bab 80. Back to school

    Suara teriakan bahagia terdengar di kantin mana kala mereka melihat Lily dan Alexander yang berjalan begitu mesra. Mereka kembali ke sekolah setelah Pras dan Laurent mengurus tentang menghilangnya mereka beberapa bulan belakangan. Keduanya di tuntut mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk, juga mempelajari materi sebelum ujian kelulusan.“Aku terkejut saat tau Dre meninggal, Lex? Bagaimana bisa ia kecelakaan motor dan terjatuh, Dre pengendara motor yang hebat, bukan?” tanya Jessie yang kini berubah berdandan natural, duduk di hadapan pasangan itu.“Ya, begitulah, musibah,” jawab Alex santai. Jessie mengangguk. Ia menatap Lily, lalu melirik ke cincin yang Alex berikan untuk Lily.“Mmm… kapan kalian akan meresmikannya? Aku tidak sabar untuk hadir di pemberkatan kalian,” ledek Jessie.“Kau tidak cemburu?” celetuk Alex lalu mendapat cubitan kecil di pinggangnya dari Lily. Jessie tertawa.“Lex

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status