Rapat siang ini berjalan dengan cukup baik selama 2 jam berlangsung di kantor pusat The Dewy. Beberapa orang yang termasuk dalam tim kali ini sudah bergerak meninggalkan ruangan tersebut dan hanya tersisa Yemimah, Lynelle dan Dwyne juga sekretarisnya.
Lynelle masih sibuk menambah point-point pada catatannya terlebih dahulu setelah itu baru mulai sibuk mengemas barang-barangnya.
“Kau sudah selesai Ly?” tegus Yemimah yang tengah menghampiri Lynelle.
“Tentu, ayo”“Kami permisi Bibi,” ucap Yemimah kepada Dwyne“Oh tentu, terima kasih telah hadir hari ini. Siapa yang menjemput kalian?”“Tenang saja, Adikku sedang libur hari ini dan sudah berada di bawah”“Carl? sampaikan salam bibi untuknya”“Tentu bibi. Kami permisi”Mendengar percakapan singkat itu membuat Lynelle bertanya-tanya tentang sedekat apa nyonya Dwyne dengan Yemimah. Namun ia memilih untuk men
“Apa kau tahu jika di ada di London?” tanya Lynelle.Kali ini Carl yang mati kutu dan tak berkutik. Carl membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu namun kembali ia bungkam sebab bingung harus memulainya dari mana.“Kau tahu kan Carl?”“Aku.. Ly—““Jadi selama ini kau tahu tapi kau tak memberitahuku?”“Lynelle dengarkan—““Apa hanya aku yang tak tahu?”Carl kembali terdiam. Ia tak memperkirakan hal ini dan tak punya persiapan jawaban apapun.“Carl, apa cuman aku yang tak tahu apapun?”“Tenanglah Ly, biar ku jelaskan”Lynelle beranjak dari duduknya, memberi jarak kepada Carl yang juga ikut berdiri dari duduknya.“Apa yang kalian lakukan? Memperlakukanku seperti orang bodoh?”“Tidak Ly, tak seperti itu”“Lalu ini? Hah.. hahahaha, aku. Aku begitu bodoh karena sangat mudah di k
Seperti biasa, mereka kembali berkumpul di basecamp mereka dengan kali ini Belva ikut bergabung atas suruhan Carl yang siap memakinya dan Matthew. Carl bersender pasrah pada sofa sembari memejamkan matanya, beberapa menit kemudian ia membuka matanya dan mendesah pasrah untuk kesekian kalinya.“Kurasa kita harus cari cara lain. Ini tidak mempan” ujar Carl.“Kenapa kau tidak langsung mendatanginya secara langsung?” usul Nick“Aku sudah mendatangi butiknya bahkan menunggunya di depan sana seharian namun aku tak melihat Lynelle”Carl mendelik ke arah Belva yang duduk menunduk di hadapannya dan siap untuk menyemburnya, “Kau! kenapa juga kau mengajaknya pergi bersama?” selanjutnya Carl beralih ke Matthew, “..dan kau. Sudah tahu berada di London masih saja berkeluyuran dengannya”“Hey sudahlah, jangan saling menyalahkan” Benneth bersuara mencoba menengahi. “Lebih baikkita mencari ca
Sebagai bentuk ucapan maaf, Carl rela menghabiskan waktunya seharian ini dengan mengecek apartement Lynelle di London juga mengemas barang-barang Lynelle sedikit demi sedikit dan memindahkannya ke apartement tersebut sebelum Lynelle benar-benar pindah 4 hari lagi. Di samping itu Carl juga diam-diam menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Lynelle dengan mencari restaurant elite lainnya dan menyusun rencana lain yang tentunya tak akan terduga untuk Lynelle.Carl melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Saatnya untuk menjemput tuan putri di tempat kerjanya.Berjarak sekita 15 menit, Carl tiba di depan butik Lynelle yang kebetulan Lynelle baru saja keluaran tengah mengunci pintu butiknya. Carl tersenyum dan membunyikan klakson mobilnya sekali sebagai kode membuat Lynelle meliriknya dan langsung menghampirinya.“Kau benar-benar mengurus semua hari ini?” tanya Lynelle begitu masuk dalam mobil Carl“Tentu, sudah ku bilang buka
Selagi Lynelle berperang dengan batinnya, Carl beranjak sebentar dan kembali dengan sebucket besar bunga mawar biru yang lalu ia sodorkan kepada Lynelle. Lynelle menerima bunga tersebut dan menatap Carl yang kembali duduk di posisinya.“Selama ini setiap bucket bunga besar yang kau terima itu bukan dariku melainkan dari Matthew”Kali ini tenggorokan Lynelle terasa tercekik tatkala ia berusaha untuk tidak meneteskan airmata lagi. Namun setiap fakta yang Carl ucapkan membuatnya mengalah dan membiarkan tetes demi tetes airmata itu turun membasahi wajahnya yang berekspresi datar.“Mulai dari aku yang mengajakmu ke wahana bermain saat tahun baru, memberimu bucket bunga pertama di hari uang tahumu 2 tahun yang lalu, setahun yang lalu dan sekarang, mengajakmu berkencan setiap hari sabu dan minggu, hadiah natal yang salah satunya merupakan hadiah dari Matthew, bucket bunga untuk butikmu, bahkan butik milikmu sebenarnya saran dari Matthew. Semua itu, di
Matthew memarkirkan mobilnya tepat di seberang butik Lynelle dan menunggu di sana. Sudah setengah jam berlalu namun ia tak mendapatkan apapun di sana. Sosok Lynelle yang ia nanti menampakkan diri masih tak tertangkap netranya barang sekilas saja.Sepertinya ini sia-sia, pikirnya.Namun Matthew mencoba untuk menunggu lebih lama lagi hingga 1 jam lewat ia habiskan dia sana menunggu Lynelle yang masih tak kunjung nampak pada akhirnya membuatnya menyerah dan dengan sedikit lesu berisap untuk meninggalkan tempatnya.Akan tetapi, baru saja Matthew menyalakan mesin mobilnya, seorang wanita keluar yang Matthew kenal sebagai Lynelle, berjalan sedikit terburu-buru di ujung sana dan hendak menyebrangi jalan. Mengetahui itu, Matthew merasa deg-degan tanpa sebab dan sedikit menunduk untuk bersembunyi begitu Lynelle telah menyebrangi jalan untuk menuju café yang berada tak begitu jauh di tempat Matthew memarkirkan mobilnya.Matthew kembali menunggu cuku
“Lynelle..”“Kau tahu. Ia melakukan hal yang fatal sebab tak menerima kenyataan tersebut. Ia menculikku, melukaiku dengan begitu hebatnya sampai rasanya aku ingin mengutuk dunia setiap harinya. Aku ingin mengutuk langit yang terlihat cerah sedangkan aku kesulitan untuk bernapas bebas dalam penjara indah yang ia bangun”“Lynelle maafkan aku. Bukan seperti itu maksudku”“Lalu kau tahu yang paling lucu namun mampu membuatku merasa lebih mati dari sebelumnya saat ia melukaiku? Yaitu saat aku mencoba untuk menerima semua, berdamai dengan semua. Aku kehilangan janinku dan dia membuangku, memulangkanku setelah kejadian itu.” Lynelle memberikan senyum pahit di sela tangisannya, “Bukankah seperti ia sudah tak membutuhkanku lagi?” Matthew menggeleng dengan cepat. Hal itu sudah sangat melenceng, ia tak pernah berpikir untuk seperti itu. Matthew membawa tangan Lynelle pada bibirnya dan mengecupnya berkali-kali. “Jangan berpikir demikian Ly, sedikitpun aku tak pernah ber
“Ck!”Decihan itu terdengar untuk kesekian kalinya membuat Lynelle akhirnya menyerah dan menatap malas ke arah pria yang sudah menginjak usia kepala 3 di hadapannya. Menampilkan ekpresi cemberut sejak kemarin membuat Lynelle bertanya-tanya apakah pria itu tak lelah memasang ekpresi seperti itu?Bayangkan saja bagaimana lelahnya mengerucutkan bibir selama 2 hari berturut-turut.“Hah!”Lagi, pria itu membuat suara-suara yang di sengaja agar membuat Lynelle peka dan atensi Lynelle tertuju padanya.“Kau tak lelah seperti itu?”“Tak tahu”Jangan lupa dengan balasan yang sama selama 2 hari setiap di ajak berkomunikasi. Lynelle memijat pelipisnya, kelakuan Matthew benar-benar membuatnya pening sejak kejadian dimana ia menggunakan ponsel Carl untuk berkomunikasi sejenak dengan sahabat-sahabatnya sekedar saling berkenalan dan berujung Lynelle mendapat banyak gombalan membuat Matthew merajuk b
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 tengah malam dan Belva baru saja selesai dengan semua pekerjaanya. Rumah sakit sudah sepi pada jam seperti ini tentunya namun sebuah langkah sepatu membuat Belva membeku sejenak menatap pintu ruangannya yang tak tertutup menanti dengan was-was siapa yang berkeliaran di area ruangannya pada jam seperti ini.“Wajahmu tegang sekali” ucap seseorang yang berada di ambang pintu sana membuat Belva menghela napasnya yang sedari tadi ia tahan dengan lega.Jujur saja ia sedikit ketakutan karena banyak cerita-cerita mistis yang beredar akhir-akhir ini membuat bulu kuduknya merinding walaupun ia bisa terbilang sering pulang larut.“Ku pikir siapa, ternyata kau” balas Belva sembari sibuk membereskan barang-barangnya lalu menghampiri pria tersebut yang masih beridiri di posisi yang sama.“Kenapa kau masih ke sini?”“Kau bilang akan pulang lebih telat”“Kau benar-benar me