Share

PUDING JELLY
PUDING JELLY
Penulis: yessiratna

1. Namaku Asmara

( PoV Asmara )

"Ra, lain kali jangan ceroboh lagi, Oke?" Aku menoleh ke arah lelaki yang saat ini tiba-tiba sudah duduk di hadapanku. Matanya yang indah sangat jelas mengatakan kepadaku kalau dia sedang memberiku peringatan akan satu hal. Sebentar aku menatapnya. Kemudian ku lanjutkan kegiatanku yang tadi sebelum dia datang, memakan cilok depan sekolah yang sudah terkenal mantap cita rasanya. Cilok jadul yang masih khas rasanya.

"Apa sih Al? Dateng-dateng ngatain orang ceroboh." Aku tak bersemangat. Aku memang sedang menghindar dari lelaki ini. Aku tak mau segalanya sia-sia karenanya. Aku memang tak pernah membencinya. Aku bahkan sempat mengaguminya. Namun aku tak boleh terlihat akrab dengannya. Lebih tepatnya tak boleh terlihat akrab lagi dengannya. Meskipun rasanya memang sedikit aneh jika aku harus menjauhinya.

"Aku lihat kamu kemaren sama Pak Aksara di mall Ra. Awalnya sih kayak nggak yakin. Tapi kayaknya beneran deh itu kamu Ra. Emm, beneran kamu sama Pak Aksa pacaran Ra?" Hah? Aku langsung melihatnya dengan perasaan tegang. Membelalakkan mataku, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Benarkah Albert baru saja memergokiku yang sedang jalan berduaan dengan Aksara tempo hari? Benarkah dia?

"Ka- kamu salah lihat kali Al. O-orang lain yang cuman mirip sama, sama aku aja kali." Aku tergagap. Ku palingkan wajahku kembali, agar Albert tak bisa melihat bagaimana buruknya ekspresiku saat ini. Aku salah tingkah. Menjadi berpura-pura sibuk, dengan menata bukuku yang sudah rapi di dalam tas. Cilok kegemaranku yang tadinya ingin cepat-cepat ku habiskan, begitu saja ku letakan di atas meja. Aku sudah tak tertarik lagi memakannya.

"Masak iya sih, aku nggak bisa ngenalin kamu Ra? Aku bertahun-tahun kenal sama kamu lho. Masak iya aku salah orang." Albert menyunggingkan senyum manisnya. Entah apa makna dari senyumannya itu. Entah karena dia sudah mendapatkan jackpot dengan melihat kartu As ku secara langsung, ataukah dia tulus mengembangkan senyumnya untukku? Sial! Kenapa Harus Albert sih? Lelaki yang selama ini menjadi momok di antara aku dan Aksara? Kenapa harus Albert, lelaki yang membuat Aksara cemburu berat?

"Ya siapa tahu aja kamu salah. Orang kan nggak selalu bener Al. Kalau telinga bisa salah dengar, mata juga bisa salah lihat kan?" Aku mencari alasan. Entahlah, sekenanya aja. Otakku buntu rasanya.

"Kamu yakin kalau aku salah lihat Ra? Kamu jujur sama aku aja kenapa sih Ra. Aku janji kok nggak akan bilang sama siapapun. Aku bukan orang yang suka ngingkarin janji. Kamu tahu itu kan Ra?" Albert terlihat begitu serius. Aku menarik napas panjang berkali-kali sambil berpikir. Yah, meskipun tetap saja aku tak bisa berpikir dengan baik di saat aku sedang dalam kondisi ketakutan.

"Aduh. Iya udah aku ngaku. Tapi Al, please Al, jangan kasih tahu siapapun. Please! Bisa mati aku kalau anak-anak tahu." Akhirnya aku mengemis kepadanya. Sudah tak ada jalan lain. Aku ketakutan. Ku genggam erat kedua tangan lelaki tampan yang tergila-gila kepadaku itu. Aku memohon kepadanya. Bisa mati kalau hubunganku dengan Aksara sampai ketahuan oleh anak-anak di sekolah ini. Bisa-bisa citraku sebagai seorang artis remaja cantik, baik dan populer, hancur berantakan. Dan pekerjaanku, raib.

"Aku cinta sama kamu Ra. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Mana mungkin sih aku tega ngehancurin kamu dengan ceritain ini semua ke orang-orang?" Albert meraih tanganku dan membelainya dengan lembut. Aku merasa tak nyaman. Yah, siapa sih yang baik-baik saja ketika ada orang yang coba kita hindari, menyentuh tubuh kita, meskipun hanya tangan kita. Namun aku terpaksa. Aku terpaksa tak menolaknya. Meskipun aku ingin sekali menarik cepat tanganku dari genggamannya. Aku tak mau ada yang melihat hingga muncul rumor yang tidak-tidak tentang aku dan Albert. Bagaimana nanti kalau Aksara sampai mengetahuinya?

"Bener? Hidup matiku tergantung kamu Al. Kalau kamu ceritain semuanya, aku bakal hancur." Aku menatapnya tajam. Aku sebenarnya tidak perlu merasa khawatir karena aku tahu betul jika Albert bukan orang yang jahat. Dia bukan lelaki gosip yang akan menceritakan apapun kepada siapa pun. Namun masuk akal juga jika aku ketakutan. Pasalnya, berkali-kali aku menolaknya. Aku takut jika dia sakit hati. Aku takut dia mendapatkan bahan untuk membalas dendamnya denganku. Benar kan?

"Iya. Nggak usah khawatir Ra. Kamu tahu kan gimana aku ke kamu? Bahkan aku rela hancur buat menggantikan kehancuranmu." Dia tersenyum manis. Ah, seandainya aku belum di butakan oleh lelaki tua bernama Aksara itu, jika aku tak tergila-gila dengan kekasih gelapku yang sudah om-om itu, aku pasti mau jadi pacarnya. Siapa sih yang nggak tertarik dengan Albert? Dengan kulit putih bersih dan tubuh yang tinggi atletis, dia begitu mirip dengan aktor di drama-drama korea yang menjadi tontonanku sehari-hari. Lumayan lah, bisa menambah kepopuleranku di sekolah jika aku berpacaran dengan cowok tampan yang bernama Alberto Bernardito ini. Sayangnya, cintaku sudah mentok. Sudah tak ada celah lagi untuk orang lain. Aku sudah buta dengan Aksara.

"Aku takutnya, kamu dendam sama aku Al." Aku menunduk. Melembutkan suaraku kepadanya. Sedikit bersikap manja. Yah, meskipun ku akui, sedikit ada rasa malu di hatiku karena aku sudah berburuk sangka kepadanya. Berburuk sangka kepada seseorang sebaik dirinya.

"Hahaha. Nggak lah. Kapanpun akan aku tunggu kamu Ra. Jika Aksara nanti nyakitin kamu, kamu cari aku ya. Aku masih akan tetap di tempat dan rasa yang sama buat kamu. Tapi lain kali jangan gini lagi ya. Aku nggak mau kamu nyembunyiin apapun ke aku. Ceritain semuanya ke aku. Termasuk kamu dan Aksara." Albert mengusap rambut hitam panjangku dengan begitu lembut. Sedikit lama dia melakukannya. Lalu dia berdiri, dan pergi.

Aku manatapnya dari arah belakangnya. Tiba-tiba aku tersenyum melihatnya. Dia masih sama. Membuatku selalu kagum. Membuatku tak bisa dengan mudahnya berlalu dari masa itu. Setidaknya aku tahu kalau dia tak membenciku. Setidaknya ada semburat rasa aman dalam hatiku jika rahasiaku akan aman bersamanya. Dan setidaknya akan ada orang yang akan tetap memelukku jika Aksara mencampakanku suatu saat nanti.

Ya! Kadang aku takut jika Aksara mencampakanku. Meskipun saat ini dia menunjukkan cintanya yang besar kepadaku, namun siapa yang mampu menebaknya esok hari? Dia Aksara. Dia bisa melakukan apa saja. Dengan siapa saja. Tak ada yang tak kenal Aksara. Tak ada wanita yang tak tertarik dengannya. Dan tak ada yang mampu menghentikannya.

Dan jika hal itu terjadi suatu hari nanti, aku pasti akan mencari Albert. Aku pasti akan memintanya untuk menerimaku apapun alasannya. Dan jika dia tak mau, aku akan memaksanya. Egois? Ya! Aku memang begitu egois.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status