Share

3. Terserempet Mobil

Cakra adalah satu-satunya cucu Aryo yang memilih profesi di luar medis, dia mengambil jurusan komunikasi saat kuliah, dan sekarang dia sudah bekerja pada salah satu perusahaan bonafit di Jakarta selatan. Ilham adalah teman kantor yang telah menjadi sahabat Cakra sejak mereka sekantor setahun yang lalu. Sedikit banyak Ilham tahu tentang Cakra.

Setelah mematikan komputernya, Ilham menghampiri Cakra di kubikelnya.

"Cak, kita makan siang dulu."

Cakra pun beranjak dari kursinya dan ke warung makan di depan kantor yang telah menjadi langganan mereka.

"Ham, Lintang udah susah dihubungi." Cakra membuka obrolan sembari menunggu pesanan mereka datang.

Ilham mengernyit. "Lo beneran jatuh cinta sama dia?"

"Bukan, tapi gue masih butuh bantuan dia. Mana malam minggu ini keluarga besar gue mau pesta BBQ, terus si pengantin baru juga ikutan, tengsin banget gue kalau nggak bawa pasangan."

"Cari pasangan lain."

"Nggak, itu malah menimbulkan pertanyaan baru, nanti mereka bisa curiga kalau itu cuma pasangan pura-pura."

Cakra memang tidak punya teman perempuan, semenjak pacaran dengan Laras dari SMA sampai kuliah, Cakra menghindar dari perempuan lain demi menjaga hati kekasihnya saat itu. Lagipula untuk sekarang, Cakra hanya ingin meminta bantuan Lintang karena dia memang sudah terlibat dalam permainannya.

"Ham, gue cabut dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Ilham, Cakra langsung keluar dari rumah makan itu. Dia harus ke kantornya Lintang, karena setiap kali Cakra menghubungi perempuan itu tidak pernah diterima.

Baru saja Cakra hendak masuk ke dalam lobi, dia berpapasan dengan Lintang yang berjalan dengan teman-temannya.

"Yaudah, Lin. Kita makan siang duluan, ya," pamit salah seorang temannya, yang langsung dia angguki oleh Lintang.

Lintang memutar bola matanya malas. "Aku mau makan siang, ada apa?"

Cakra menarik Lintang ke salah satu sofa yang ada di lobi. "Lin, aku butuh bantuan kamu, malam minggu keluargaku mau pesta BBQ."

"Ya terus?"

"Lin, nanti aku traktir apa yang kamu mau."

"Ogah, aku malas sakit hati kalau dihina sama keluarga kamu yang kaya itu."

"Please, Lin."

Lintang berdiri dari sofa. "Aku mau makan, lapar."

"Kita makan siang bareng."

"Nggak!"

Buru-buru Lintang langsung berjalan menjauh dari Cakra, namun laki-laki itu mengejarnya, sementara Lintang semakin mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke rumah makan yang ada diseberang jalan.

Saat Lintang hendak menyeberang dia terserempet mobil yang lewat karena tidak melihat kanan dan kiri, dengan sigap Cakra langsung menghampiri Lintang dan membopongnya ke mobil. Lintang tidak menolak karena kakinya sakit dan masih syok atas kejadian tadi.

Cakra membawa Lintang ke jok belakang, dan mengambil P3K yang selalu tersedia di mobilnya. Sedikit banyak Cakra tahu cara mengobati luka karena dia terlahir dari keturunan dokter.

Lintang merintih saat Cakra membersihkan lukanya dengan alkohol, lalu mengolesinya dengan obat merah, kemudian menempelkan plaster ke luka tersebut.

"Aduh, aku harusnya tadi jangan pakai rok selutut."

Cakra menatap Lintang, lalu tersenyum. "Makanya jangan bandel."

"Kamu aja yang kejar aku!"

"Kamu lapar, kan?" tanya Cakra yang diangguki Lintang, "yaudah aku beli makanan, kita makan di sini."

Cakra langsung keluar dari mobilnya, meninggalkan Lintang yang masih termenung. Dia menatap luka di kakinya.

"Jadi lecet, untung nggak terlalu parah."

Menunggu Cakra membuat Lintang mengantuk, akhirnya dia pun terlelap ke alam mimpi. Dua puluh menit kemudian, Cakra datang dengan dua kotak nasi dan dua gelas es jeruk.

"Lin, bangun," Cakra menggoyangkan tubuh Lintang hingga perempuan itu terbangun, "sorry, lama. Tadi antri banget."

Lintang langsung membuka makanan itu dan memakannya dalam keadaan diam, Cakra yang melihat hal itu tersenyum simpul.

"Lintang?"

Lintang menatap Cakra, lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu bantu aku, ya. Aku akan lindungi kamu kayak aku lindungi kamu sekarang, kamu nggak perlu takut sama keluarga aku."

"Satu kebohongan akan selalu ada kebohongan lainnya, Cak."

Cakra mengangguk. "Aku cuma pengin buktiin ke Aksa, Laras, dan seluruh keluarga besar aku kalau aku nggak gagal move on. Aku nggak mau Aksa makin besar kepala."

"Kenapa harus aku?"

"Sejak pacaran sama Laras dari SMA sampai kuliah aku nggak pernah deket sama cewek manapun karena jaga hati Laras."

Lintang mengembuskan napasnya, di satu sisi dia kasihan dengan Cakra, di sisi lain dia tidak mau bertemu dengan keluarga Cakra yang sombong itu. Tapi, Lintang akan benar-benar egois kalau tidak bantuin Cakra karena laki-laki itu sudah baik ke Lintang. Pertama membelikannya skin care paling mahal seharga puluhan juta, membelikannya dress, sepatu, tas branded, dan sudah bersikap baik ke Lintang, seperti sekarang.

Sampai detik ini Lintang belum menemukan sisi buruk di dalam diri Cakra.

Lintang, kamu dari kecil selalu diajarin sama ibu buat menolong orang yang membutuhkan bantuanmu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status