Edward dan Clara telah saling kenal selama bertahun-tahun dan telah menikah selama beberapa tahun, namun Edward tidak pernah menyukai Clara. Jadi, meskipun Edward dan Clara pergi makan bersama, baik Keluarga Sanjaya maupun Keluarga Gori tidak akan merasa khawatir, atau menduga akan terjadi sesuatu di antara mereka.Ledakan emosi Diana semata-mata karena ketidaksukaannya pada Clara.Sementara reaksi Rita dan Nenek Sanjaya relatif tenang.Rita tidak bermaksud mengganggu Edward di ruang makan pribadinya. Dia menepuk Diana pelan, memberi isyarat agar dia berhenti berbicara, lalu berkata kepada manajer, "Silakan tunjukkan jalannya."Tanpa melirik Clara, dia meraih tangan Nenek Gori dan masuk ke ruang makan pribadi lain.Keahlian Clara dalam bidang Kecerdasan Buatan mungkin memang cukup mengesankan. Fakta bahwa dia berhasil menjalin hubungan dengan Dylan dan mendapatkan kesetiaannya yang tak tergoyahkan tentu saja tidak bisa diremehkan. Namun di mata Edward, Clara bukanlah siapa-siapa. Ole
Nenek Hermosa menderita flu selama beberapa hari terakhir. Pada Sabtu pagi, setelah Clara menjenguk Indri di rumah sakit, dia langsung berkendara ke rumah sakit tempat Nenek Anggasta dirawat.Ketika tiba di sana, Edward dan Elsa juga sudah ada di sana.Nenek Anggasta tampak sedikit lebih bersemangat daripada saat dia baru bangun tidur, dan senyum langsung tersungging di wajahnya saat melihatnya.Saat Clara sedang berbicara dengan Nenek Anggasta, Edward tidak menyela mereka. Setelah mengambilkan segelas air untuk Clara, dia duduk dan mengupas apel untuk Elsa dan Clara.Ketika Edward menyerahkan apel yang telah dikupas dan dipotong dadu di atas piring kecil, Clara menerimanya dan berkata, "Terima kasih.""Sama-sama."Melihat mereka berdua kini dapat duduk dan berbicara dengan tenang, Nenek Anggasta mendesah dalam hati.Clara cukup lama mengunjungi Indri tadi. Setelah dia datang dan duduk bersama Nenek Anggasta selama lebih dari setengah jam, tibalah waktunya makan siang. Nenek Anggasta
Vanessa tersenyum tipis dan berkata, "Urusannya sudah beres, jadi aku datang ke sini."Sebenarnya dia sangat khawatir, hingga bahkan meninggalkan X-Tech sebelum rapat selesai.Dia tahu Edward tidak perlu menghadiri rapat yang dihadiri Clara hari ini, tetapi seperti dugaannya, dia benar-benar turun dari ruangannya di atas untuk mendengarkan rapat Clara.Memikirkan hal itu, dia merasakan sakit yang teramat sangat, dan wajahnya menegang. Edward melihat jam. "Aku masih ada rapat daring sepuluh menit lagi, dan mungkin butuh satu jam baru selesai. Ayo kita naik dulu dan duduk sebentar."Vanessa berkata, "Oke."Sore harinya, Vanessa kembali ke kediaman Keluarga Gori. Nenek Sanjaya melihatnya dan bertanya, "Kenapa kamu pulang cepat? Bukannya kamu mau pergi makan malam dengan Edward?""Dia masih ada urusan lain.""Oh, begitu."Vanessa merasa lelah. Setelah berganti sepatu, dia ingin naik ke atas untuk beristirahat. Rita yang memperhatikan raut wajahnya, bertanya, "Ada yang terjadi? Kamu keliha
Clara dan Edward jalan berdampingan menjauhi kamar nenek. Setelah berjalan agak jauh, Clara mengambil inisiatif dan bertanya, "Kalau ada yang mau dikatakan, sekarang saja."Edward melirik Clara dan berkata, "Kondisi Nenek belum stabil. Soal perceraian, aku mau menundanya beberapa hari."Clara tidak menatapnya. Mendengar kata-kata Edward, dia tidak tampak terkejut. Setelah terdiam dua detik, dia menjawab, "Oke.""Terima kasih." Saat hendak pergi, Edward menambahkan, "Apa kamu ingin sesuatu? Sebagai tanda terima kasih, aku bisa berusaha membantumu mewujudkan keinginanmu."Clara terdiam sejenak setelah mendengarnya, tanpa menoleh, dia lalu berkata dengan tenang, "Nggak usah. Yang aku mau, kamu juga nggak akan setuju."Setelah mengatakan hal itu, Clara menyadari ucapannya bisa disalahartikan, seolah dia masih mengharapkan Edward membalas perasaannya. Jadi, dia menambahkan, "Yang kumaksud 'kamu nggak bisa setuju' itu bukan seperti yang kamu pikirkan."Edward malah tersenyum mendengarnya. D
Dua hari kemudian, pada siang hari, Clara dan Gery sedang dalam perjalanan ke kafetaria untuk makan siang ketika ponselnya tiba-tiba berdering.Itu Edward.Clara melihatnya, ragu sejenak, lalu menjawab, "Halo.""Nenek sudah sadar."Jantung Clara berdebar kencang, dan dia langsung berkata, "Aku akan segera ke sana.""Oke."Setelah menutup telepon, Clara berkata kepada Gery yang sedang menunggu di sampingnya, "Maaf, aku ada urusan lain, jadi nggak bisa makan siang bareng."Gery sempat melirik nomor di layar ponselnya dan melihat dia memang sedang terburu-buru, dia berkata, "Nggak masalah."Clara pun mengangguk dan segera pergi.Setibanya di rumah sakit, Edward, Elsa, Maya, Sinta, Ronald, dan yang lainnya sudah ada di sana.Melihatnya datang, Elsa langsung menghambur ke pelukannya. Edward juga meliriknya, lalu berbalik ke arah neneknya dan berkata, "Nenek, Clara sudah sampai."Ketika Nenek Anggasta mendengar Clara datang, senyum tipis muncul di wajahnya, dan dia berusaha keras untuk melir
Nenek Sanjaya dan Nenek Gori tidak menyangka Dani tampak sopan kepada mereka, tetapi dia justru dengan tegas menolak Diana di hadapan mereka tanpa ragu sedikit pun.Nenek Sanjaya tentu saja masih berharap Diana dapat berjodoh dengan Dani.Dia tersenyum dan mencoba meredakan suasana agar keadaan bisa membaik. "Ini memang salah Diana. Kami akan menasehatinya nanti. Maaf sudah mengganggu pembicaraan kalian. Aku akan menyuruh Vanessa menemuimu lagi nanti untuk minta maaf...""Nggak perlu." Dani menyadari niatnya dan langsung berkata, "Ini masalah perasaan..."Dia berpikir sejenak, tanpa sadar melirik ke arah Clara, lalu terdiam selama setengah detik sebelum lanjut berkata, "Nggak bisa dipaksakan. Aku dan Diana nggak cocok. Kuharap Nenek bisa memberi pengertian ke Diana agar nggak perlu membuang-buang waktunya karena aku."Setelah mengatakan itu, mana mungkin Nenek Sanjaya masih belum paham. Dia menatap Clara yang tetap tidak ikut campur dan duduk dengan tenang sambil menyesap tehnya. Dia