Malam itu, Clara dan seluruh keluarganya menuju bandara, bersiap untuk kembali ke ibu kota.Mereka terbang dengan kelas bisnis.Elsa dan Rana duduk di kursi dekat jendela sisi kanan.Clara dan Nenek Hermosa duduk di kursi bagian tengah sisi kiri.Elsa dijaga oleh Rana dan yang lainnya, sementara Clara membantu Nenek Hermosa menyesuaikan tempat duduknya.Dia sedang berbicara dengan Nenek Hermosa ketika Rita, Nenek Sanjaya, dan yang lainnya berjalan ke arah mereka.Anggota Keluarga Sanjaya, alih-alih terkejut, justru tersenyum tipis saat melihat Clara dan keluarganya. Jelas mereka sudah lama tahu bahwa Keluarga Hermosa telah kembali ke Kota Sonora dan tahu mereka juga akan naik penerbangan yang sama kembali ke ibu kota. Diana menatap Clara dengan senyum mengejek, lalu dengan sengaja berkata, "Nenek, Bibi, ada orang yang terus-menerus datang ke rumah sakit saat Nenek Anggasta dirawat di rumah sakit, berusaha untuk menjilatnya, mencoba menyenangkan Kak Edward biar nggak jadi menceraikanny
Keesokan paginya, Clara dan Nenek Hermosa bersama yang lainnya pergi ke pemakaman.Di batu nisan itu terdapat foto Kakek Hermosa dengan rambutnya yang sudah memutih.Keluarga Hermosa semuanya memang tampak awet muda.Ketika Indri bercerai, Kakek Hermosa baru berusia lima puluhan, rambutnya saat itu hanya memiliki sedikit uban.Clara ingat dengan jelas setelah insiden yang menimpa Indri belum genap setahun, rambut Kakek Hermosa langsung memutih seluruhnya.Kakek Hermosa meninggal karena sakit.Baru tahun lalu, dia mengetahui bahwa penyakit Kakek Hermosa berkaitan dengan tekanan dan kesedihan batin selama bertahun-tahun.Seandainya Kakek Hermosa tidak jatuh sakit, dia mungkin masih hidup dan sehat sampai sekarang. Mengingat sebelum kematiannya, dia selalu memikirkan nasib putri tercintanya, dan mengingat bahwa setelah bertahun-tahun berlalu, Indri bahkan masih belum pulih dan memulai hidup baru seperti yang dia harapkan, membuat mata Nenek Hermosa langsung berkaca-kaca. Dengan bantuan B
Clara meninggalkan Kantor Catatan Sipil dan kembali ke kantor tepat waktu untuk rapat pagi.Setelah duduk, Dylan berbisik, "Sudah selesai mengurus prosedurnya? Secepat itu?"Clara mengangguk.Tidak ada konflik antara dirinya dan Edward, dan mereka berdua sangat positif tentang perceraian ini, jadi prosesnya pun cepat.Dylan melanjutkan, "Kalau kalian nggak ada masa jeda perceraian, kalian bisa resmi bercerai hari ini, tapi kalian harus menunggu tiga puluh hari lagi. Nanti kalau masa jedanya berakhir, sebaiknya langsung urus surat cerainya. Jangan ditunda-tunda. Kalau nggak, kalian harus ulang lagi prosedurnya dari awal seperti sekarang. Bikin repot.""Iya, aku tahu."Setelah masa jeda perceraian berakhir, sebenarnya dia dan Edward sudah sepakat untuk mengurus surat cerai keesokan harinya, tetapi mereka masing-masing memiliki urusan sendiri, dan pada akhirnya, melewatkan masa tenggang keputusan.Hari Rabu adalah hari peringatan kematian kakeknya Clara.Kakek Hermosa meninggal di ibu kot
Minggu sore, Elsa menelepon dan mengatakan dia akan datang menemuinya. Mengingat janjinya kepada Elsa sebelumnya, Clara pun setuju.Sopir mengantarnya ke sana.Setelah keluar dari mobil, Elsa dengan bahagia menghambur ke pelukan Clara.Setelah bermanja dengan Clara dan Nenek Hermosa sebentar, Elsa dengan gembira memberi tahu mereka bahwa dia telah memenangkan juara pertama dalam kompetisi anggar.Dia bahkan membawa trofinya di dalam tas ransel kecilnya dan menyerahkannya ke tangan Clara dengan bangga.Nenek Hermosa memperhatikan dengan wajah berseri-seri, dan berulang kali memuji kehebatan Elsa.Dalam olahraga anggar, Clara mengakui bahwa dia belum melakukan apa pun untuk Elsa.Di masa depan, dia khawatir tidak akan bisa berbuat banyak untuknya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Mama akan mengajakmu membeli bingkai untuk menaruh trofinya ya."Elsa berkata, "Nggak perlu. Ayah sudah buatkan bingkai khusus untukku sebelum kompetisi. Cantik sekali."Elsa bahkan telah mengambil fotony
Sabtu malam, Clara menemani Nenek Hermosa menonton opera.Saat mereka sampai di gerbang loket, ada seseorang yang berdiri di dekatnya, yang sudah menarik perhatian banyak orang, tersenyum dan bergegas menghampiri mereka."Clara."Mendengar seseorang memanggilnya, Clara menoleh ke samping dan melihat Gery berjalan ke arahnya di antara kerumunan.Clara mendongak dan tersenyum. "Kebetulan sekali! Kamu juga datang untuk menonton pertunjukan malam ini?"Sebenarnya, itu bukan kebetulan.Gery memang sengaja melakukannya.Di kantor, Gery memang memanggilnya Bu Clara.Ini pertama kalinya dia memanggil Clara dengan namanya, kecuali pada saat wawancara dulu.Melihat Clara tidak keberatan, dia tersenyum tipis. Saat memperkenalkan diri kepada Nenek Hermosa, dia menyapanya, "Selamat malam, Nek."Nenek Hermosa tersenyum dan mengangguk. "Selamat malam."Jarang sekali menemukan anak muda zaman sekarang yang gemar menonton opera. Apalagi, sorot mata Gery saat berbicara dengan Clara...Sebagai penonton,
Pada hari Kamis, Clara tidak menemani Elsa mengikuti kompetisi di provinsi lain. Elsa tidak marah, tetapi hanya memohon padanya untuk menemaninya jalan-jalan setelah dia selesai berkompetisi.Tak dapat menolak permohonannya, Clara pun akhirnya setuju.Dia sibuk bekerja selama dua atau tiga hari terakhir dan belum sempat menjenguk Nenek Anggasta di rumah sakit.Pada Jumat pagi, Clara pergi ke rumah sakit.Di lantai bawah, dia melihat Vanessa, kepalanya diperban, dan sedang turun untuk berjalan-jalan.Dia sedang berbicara di telepon, "Tante sudah jauh lebih baik. Elsa, fokus saja pada kompetisinya. Jangan khawatirkan Tante."Setelah selesai berbicara, dia mendongak dan melihat Clara, lalu mengalihkan pandangannya dengan dingin.Clara tidak tahu apa yang dikatakan di ujung telepon, tetapi dia melanjutkan, "Setelah hasilnya keluar, langsung kabari Tante ya. Haha, tentu saja. Tante akan dekat-dekat dengan ponsel, jadi kalau Elsa menelepon, pasti langsung tahu. Sudah hampir waktunya berkumpu