Dylan belum sempat mengatakan sepatah kata pun. Di sisi lain, Clara refleks menoleh saat mendengar seseorang mendekat. Saling pandang antar keduanya pun tak bisa dihindarkan.Senyum sebelumnya yang terpancar di wajah Vanessa kini memudar begitu melihat Clara, dan berubah menjadi dingin.Dia hanya menatap sebentar, lalu mengalihkan pandangannya, seolah Clara tak ada di sana. Dia tersenyum seperti sebelumnya saat kembali menatap Dylan. Hanya saja, saat hendak berbicara dengan Dylan, Dylan justru tersenyum ke arah Clara, sambil berkata, “Clar, ini Vanessa. Kamu mau berkenalan dengannya?”Kata-kata yang Dylan ucapkan, mengandung tiga makna sekaligus.Pertama, hubungan Dylan dan Clara sangatlah dekat. Kedua, Dylan tahu tentang konflik yang terjadi antara Vanessa dan Clara. Terakhir, Dylan secara terang-terangan berpihak pada Clara.Sebelum ini, Vanessa tidak tahu Dylan dan Clara saling mengenal satu sama lain. Terlebih lagi hubungan mereka begitu akrab. Dia tidak tahu pasti sejauh apa hu
Dylan ingin tahu maksud ucapan tuan rumah dan bertanya, “Jadi?”“Orang seperti itu, biasanya sulit masuk ke dalam lingkaran komunitas kita, apalagi berbaur dengan keluarga terpandang seperti Keluarga Anggasta atau yang lainnya. Tapi lihat, Bu Vanessa itu cukup mudah masuk ke lingkaran komunitas ini, bahkan hubungannya cukup baik dengan mereka. Hebat sekali.”“Awalnya aku heran kenapa Edward tiba-tiba datang ke jamuan ini. Ternyata, belakangan aku sadar, dia datang untuk mengenalkan koneksinya pada Bu Vanessa.”“Kalau Edward sampai turun tangan sendiri memperkenalkan koneksinya, apalagi membawa Gading dan lainnya, itu artinya dia benar-benar serius dengan Bu Vanessa. Kalau nggak, buat apa dia repot-repot seperti ini.”“Dengan Edward membuka jalan, Keluarga Gori mungkin akan melesat dalam waktu singkat.”Dylan dan Clara tampak mendengarkan tanpa menyela.Terakhir, tuan rumah menghela napas panjang, lalu berkata, “Haiss… Keluarga Gori benar-benar beruntung punya anak seperti itu, bikin ir
Tepat pada saat ini, terdengar langkah kaki dari luar.Edward sudah pulang.“Ayah!” teriak Elsa.“En.” Edward masuk perlahan dan berjalan ke tepi ranjang.Clara berniat meletakkan Elsa di atas ranjang, memberi Edward sedikit ruang. Namun, Elsa enggan berpisah dengannya, gadis kecil itu tetap bersandar padanya meski tangan mungilnya terulur ke arah Edward.Edward melangkah mendekat hendak memeluk Elsa.Saat memeluk Elsa, Edward terlihat sangat dekat dengan Clara, hingga dia bisa menangkap aroma maskulin familier dari tubuhnya.Di waktu yang bersamaan, tercium juga wangi parfum wanita yang lembut dan elegan.Yaps, parfum Vanessa, dia sempat mencium aroma parfum ini dari tubuh wanita itu saat sedang berada di acara tadi.Clara berusaha mengalihkan pandangannya. Dia pun bangkit dan menjaga jarak dengan Edward hingga aroma parfum itu tidak tercium lagi.Tangan Edward yang berhiaskan jam tangan mewah dengan perlahan menyentuh kening Elsa, lalu menatap Clara, berkata, “Berapa suhunya? Sudah t
Keluar dari dapur, mata Clara tertuju pada sosok Edward yang duduk di sofa ruang tamu membaca koran.Begitu melihat Clara, Edward hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada koran yang sedang dia baca.Langkah kaki Clara terhenti sejenak.Dulu, dia pasti akan mendekat, duduk di samping pria itu tanpa mengganggu, hanya untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama.Namun kini …Tak ada lagi yang harus mereka bicarakan.Memikirkan hal itu, Clara berbalik menaiki tangga, sementara Edward tidak menghentikannya.Hanya saja, Clara merasa sedikit bingung.Dia sempat mengira Edward akan menegurnya atas kejadian di jamuan malam ini. Bagaimana tidak? Dia dan Dylan telah mempermalukan Vanessa.Namun, pria itu justru tak mengatakan apa pun...Setibanya di atas, tampak Elsa sudah terbangun. Elsa keluar dari kamarnya dengan wajah lesu mencari keberadaan Clara, lantas berkata, “Mama, aku lapar, apa buburnya sudah matang?”“Bentar lagi ya, Sayang.” Clara menoleh ke Bibi Sari, bertanya, “Masih demam?
Saat Edward melihat ke arah kamar mandi, Elsa langsung berkata, “Itu Mama yang di dalam.”“En,” angguk Edward.“Kamu yang minta Mama mandi di sini?” tanya Edward kemudian.“Nggak, Mama sendiri yang langsung ke sini bawa bajunya.”Edward tak lagi bertanya. Dia hanya mengobrol sejenak, meminta Elsa tidur lebih awal, lalu keluar kamar.Di dalam kamar mandi, Clara mendengar pergerakan di luar. Dia tahu kedatangan Edward, tapi tidak tahu jelas apa yang sedang mereka bicarakan.Elsa masih belum sembuh total dari sakitnya. Selesai minum obat, dia pun mengantuk. Melihat malam semakin larut, selesai mandi, dia langsung menemani Elsa di ranjang.Elsa meringkuk ke dalam pelukan Clara, menenggelamkan wajahnya ke bahu Clara. “Mama wangi banget, lembut,” ucapnya.Elsa merasa pelukan ibunya adalah tempat ternyaman.Bahkan lebih nyaman dari pelukan Vanessa.Namun, dia tahu Clara tidak menyukai Vanessa, sudah tentu dia tidak mungkin mengatakannya.Tak butuh waktu lama, Elsa sudah tertidur.Clara juga m
Clara tak menjawabnya, hanya mengusap lembut kepala Bella, sambil berkata, “Jangan bilang Elsa kalau Tante yang mengantarmu, ya?”“Iya, Tante,” angguk Bella.Saat itu, hanya karena memeluk Clara, Elsa langsung marah padanya. Sebenarnya, dia sedikit takut pada Elsa. Saat di sekolah pun, dia jarang mengobrol dengannya.Sementara Elsa, mungkin karena masih marah, dia tampak kesal setiap kali melihatnya.Di depan mereka, Edward, Vanessa dan Elsa tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.Clara menatap sejenak, merasa mereka sangat cocok sekali.Tak lama, dia mengalihkan pandangannya.Beberapa saat kemudian, begitu Edward dan Vanessa pergi, barulah Clara turun dan mengantar Bella masuk.Guru wali kelas Elsa tentu tahu Clara adalah ibu kandung Elsa.Saat melihat Elsa diantar Edward dan seorang wanita, dia pun mengira kalau Clara sedang sibuk.Namun sekarang…Saat melihat Clara menggandeng Bella, dalam sekejap dia merasa linglung, berkata, “Bu, Bu Clara dan Bella… ”“Bu Cindy lagi ada urusan
Begitu melihat Clara, semua orang tampak kagum.Bahkan, ada salah satu karyawan bangkit berdiri penuh antusias ingin menjadi penanya pertama. “Pak Dylan, apa cewek cantik ini karyawan baru di sini?” tanyanya.“Wah, wah, cepat sekali informasinya beredar,” canda Dylan sembari tersenyum. Dia lantas memperkenalkan Clara, berkata, “Perkenalkan, dia Clara, dia adalah …”Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara Rendi menyela, “Oh, jadi karena dia, Pak Dylan menolak juniorku?”Dylan tertegun, lalu mengangguk berkata, “Ya.”“Mengenai masalah itu, aku akan memberikan sebuah …”Sebelum Dylan sempat menyelesaikan lagi ucapannya, Rendi kembali menyela sambil menatap Clara, “Tahun ini, juniorku mendapatkan gelar doktor dari universitas top dunia di usia baru menginjak dua puluh lima tahun. Karena bisa menyingkirkan juniorku masuk ke sini, pastinya Bu Clara punya riwayat pendidikan yang luar biasa, bukan?”Vanessa mengatakan penolakan Dylan terhadapnya murni karena alasan prib
“Nggak perlu, aku nggak akan pernah menginjakkan kakiku di Morti Group lagi!”Rendi pergi tanpa menoleh ke belakang.Clara tentu menghargai talenta seseorang.Dia menatap Dylan, Dylan hanya menggelengkan kepalanya seolah memintanya jangan terburu-buru.Rendi memang berbakat, Dylan sendiri tidak rela melepas kepergian talenta sepertinya.Namun, saat pertama kali bertemu Vanessa, dia sudah menyadari kalau Rendi memiliki perasaan khusus pada wanita itu.Hal itu adalah masalah pribadi Rendi, Dylan awalnya tidak peduli.Namun sekarang, melihat bagaimana Rendi bertindak gegabah dan langsung menyimpulkan hal negatif tentang Clara, tentu itu sudah kelewat batas.Apalagi, “Cuap” keluaran Morti Group ini memiliki keterkaitan dengan pemerintah dan terikat dalam perjanjian rahasia. Itu sebabnya identitas Clara tidak boleh diekpos.Jika Rendi bisa bertindak gegabah seperti ini hanya karena Vanessa, seolah Vanessa lebih hebat dari wanita mana pun, bahkan kalaupun Clara membuktikan kemampuannya, Rend
Dalam kasus itu, Elsa kemungkinan besar akan melewati tahun baru di Keluarga Anggasta.Nenek Hermosa di dalam hatinya enggan berpisah dengan Elsa, dan juga merasa sedih untuk Clara.Hati Clara merasa tenang, lalu dia menghibur Nenek Hermosa dengan berkata, "Nenek, aku baik-baik saja, yang penting Elsa bahagia."Tetapi Nenek Hermosa mengira dia memaksakan senyumnya hanya karena tidak ingin membuatnya khawatir.Nenek Hermosa menghela napas dan tidak menyebutkannya lagi.Setelah sarapan, Clara, Arini dan Nenek Hermosa pergi membeli barang-barang untuk perayaan Tahun Baru Imlek.Jalan-jalan di pusat perbelanjaan dihiasi dengan lampu-lampu dan lagu-lagu Tahun Baru yang familiar dan terdengar di mana-mana, menciptakan suasana Tahun Baru yang meriah.Mengenai barang-barang perayaan, Bibi Arini dan yang lainnya sebenarnya sudah membeli beberapa.Mereka sudah punya banyak barang di rumah, dan hari itu hanya untuk memeriksa dan melengkapi kekurangannya.Anak-anak sudah terlihat di jalan mengenak
Pesta koktail Morti Group diadakan tiga hari setelah pesta koktail perusahaan Dani.Malam itu, Dani tiba cukup awal.Mungkin karena Vanessa, Edward, Doni dan yang lainnya tidak hadir, jadi tidak ada hal besar yang terjadi di pesta koktail Morti Group.Ada cukup banyak tamu malam itu.Clara dan Dylan sangat sibuk dan tidak punya banyak energi untuk memberi perhatian khusus pada Dani.Di tengah pesta koktail, mereka melihat Dani mengobrol dengan Bagas, dan kemudian mereka tiba-tiba menyadari Dani tidak pergi lebih awal.Padahal, pesta koktail Keluarga Gori juga diadakan malam itu.Mereka semua mengira Dani datang begitu awal karena dia berencana untuk pergi di tengah acara dan menghadiri pesta koktail Keluarga Gori.Tidak disangka...Dylan merasa sangat puas dan tidak dapat menahan diri untuk berkata, "Apa artinya menghargai kerja sama dengan Morti Group? Lihat, ini adalah contohnya. Kalau Doni itu... Ckck, aku bahkan nggak minat membicarakannya."Clara juga sedikit terkejut.Karena Dani
Doni berkata dengan tenang, "Apa yang kalian berdua bicarakan?"Edward tersenyum lebar, "Kami belum sempat bicara."Doni mendengarkan dan belum sempat mengatakan apa pun, Clara bahkan tidak ingin menyapanya. Dia malah berjalan melewatinya dan pergi.Doni menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya dan mendapati Edward sedang memegang dua minuman di tangannya, "Apa ini?"Edward berkata, "Ini minuman yang disiapkan secara khusus. Apa Anda mau mencobanya, Pak Doni?"Doni berpikir sejenak, "Cangkir satunya untuk Bu Vanessa?""Betul."Doni hendak berbicara ketika Edward tiba-tiba berkata, "Saya pergi dulu. Pak Doni, silakan dilanjutkan."Doni mengerutkan kening dan melihat ke arahnya pergi, dan mendapati bahwa Vanessa dan Dylan sedang berdiri bersama, dan Clara berjalan ke arah mereka.Doni tercengang.Edward terburu-buru pergi ke sana karena dia takut Vanessa akan diganggu oleh Clara dan Dylan, bukan?Memikirkan hal itu, Doni mengerutkan kening dan langsung berjalan ke sana.Vanessa sebenarn
Melihat Edward dan Vanessa, mata Dani tertuju kembali pada Clara.Melihat ekspresi Clara yang tidak berubah sama sekali saat melihat mereka berdua, dia menundukkan kepalanya, tersenyum ringan, dan berkata, "Aku akan ke sana sebentar."Clara dan Dylan mengangguk.Dani baru saja mengobrol beberapa patah kata dengan Edward dan Vanessa ketika Doni tiba.Saat melihat Vanessa, Doni tanpa sadar berjalan ke arahnya.Vanessa melihatnya dan tersenyum, "Pak Doni.""Bu Vanessa."Doni akhir-akhir ini sangat sibuk dan dia sudah lama tidak bertemu dengan Vanessa. Ketika dia melihatnya sekarang, sekilas keterkejutan kembali terpancar di pandangannya. Dia menatapnya lagi beberapa kali sebelum menyapa Dani dan Edward.Morti Group sekarang menjadi mitra yang sangat penting bagi Wijaya Group.Setelah mengobrol sebentar dengan Dani, Doni pergi ke Dylan dan berinisiatif untuk menyapanya.Setelah menyapa Dylan, dia menyapa Clara dengan acuh tak acuh, "Bu Clara."Clara tersenyum namun tidak berkata apa-apa.U
Vanessa melihatnya dan tidak peduli.Dani melunakkan sikapnya terhadap Clara hanya karena kerja samanya dengan Morti Group.Gading dan Vanessa memiliki pemikiran yang sama.Itu adalah ketiga kalinya Andrew melihat Clara.Dia berkata, "Jadi wanita itu adalah pacar Kak Dani?""Uhuk!" Gading hampir tersedak sendiri saat mendengar hal itu, "Pacar apa? Mereka nggak punya hubungan apa-apa, jangan bicara sembarangan."Andrew baru saja tiba di ibu kota dan tidak tahu banyak hal.Gading dan Vanessa sama-sama berpikir itu karena dia melihat Clara yang cantik, dan berdampingan dengan Dani, jadi dia pun menebak Clara adalah pacarnya Dani."Oke."Setelah Dani melihat wanita itu, perhatiannya selalu tertuju padanya.Jadi, Andrew pikir mereka berpacaran.Akan tetapi, meskipun mereka sekarang bukan pacar, Dani sepertinya memang menyukai wanita itu, bukan?Dani telah menyadari tatapan Vanessa dan Gading yang sedang memperhatikannya.Melihat rapat akan segera dimulai, dia pamit pada Clara dan hendak per
Andrew berkata, "Semua orang tampaknya sangat menghormati kakakku."Karyawan yang mengantarnya masuk tersenyum dan berkata, "Tentu saja. Bu Vanessa sangat cakap dan semua orang di tim kami sangat menyukainya."Apalagi, karena hubungan antara Bu Vanessa dan Pak Edward, kesejahteraan harian tim mereka juga sangat terjamin.Tentu saja, dia tidak mengatakan bagian yang itu.Mendengar orang lain memuji kakaknya, Andrew tersenyum gembira dan merasa bangga.Namun, dia tidak berniat untuk mengganggu pekerjaan Vanessa.Dia berkata, "Bawa aku ke tempat lain saja.""Baik."Andrew dan karyawan itu berjalan keluar, lalu bertemu dengan Dani yang baru masuk.Karyawan yang mengantar Andrew buru-buru menyapa Dani, "Pak Dani."Dani mengangguk dan melirik Andrew di sampingnya. Dia melihat Andrew memiliki wajah yang agak kekanak-kanakan dan cara berpakaiannya tipikal pelajar pada umumnya. Dia tidak tampak seperti seorang karyawan. Dia langsung bisa menebak identitas Andrew.Tetapi dia tidak mengatakan apa
Pembicaraan kerja sama dengan Pak Markus berjalan sangat lancar.Dua hari kemudian, kedua pihak menandatangani kontrak, dan Pak Markus sudah punya rencana lain, jadi dia meninggalkan kantor Morti Group.Setelah seharian kelelahan, Clara dan Dylan kembali ke ruang konferensi dan minum beberapa minuman hangat. Tepat saat mereka sedang beristirahat, Sarah datang dan meletakkan setumpuk tebal undangan di hadapan mereka sambil berkata, "Ini semua undangan ke pesta koktail akhir tahun yang kita terima dalam beberapa hari terakhir."Setidaknya ada tiga puluh undangan di sini.Undangan yang dikirim oleh Doni, Dani, Anggasta Group dan X-Tech juga ada di antaranya.Clara dan Dylan melihat dan menemukan Keluarga Gori juga telah mengirim undangan.Pada undangan yang mereka kirim, selain Dylan, nama Clara juga tertulis di sana.Dylan duduk di depan meja konferensi, memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Gori dan tersenyum, "Tampaknya perusahaan kita cukup menarik."Dibandingkan perusahaan mer
Namun, Ervan dan yang lainnya sudah berbalik dan naik ke lantai atas, dan tidak melihat Dylan yang baru saja keluar dari mobil.Dylan menarik kembali pandangannya dan bergegas menghampiri Pak Markus.Setelah memberi salam kepada Pak Markus, mereka hendak naik ketika Edward tiba.Begitu dia turun dari mobil, Pak Markus melihatnya dan berkata dengan heran, "Pak Edward!"Edward melihat Clara dan Dylan, ekspresinya tidak berubah, dan dia menjabat tangan Pak Markus yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum tipis, "Kapan Pak Markus sampai ke ibu kota?""Baru saja sampai." Pak Markus berkata sambil tersenyum, "Pak Edward terakhir kali bilang kita bisa makan malam bersama saat senggang. Kapan Pak Edward punya waktu? Bagaimana kalau malam ini..."Edward berkata, "Saya sibuk hari ini, bagaimana kalau lusa?""Oke, kalau begitu lusa."Melihat Edward dan Pak Markus mengobrol, Dylan mengerutkan bibirnya dan berbisik, "Baru setengah bulan merasa tenang, aku nggak sangka ketemu mereka lagi hari ini."
Tepat saat dia hendak maju untuk menyambut tamunya, dia melihat sosok yang dikenalnya muncul di belakang orang itu.Ketika melihat Ervan, ekspresi Clara tetap tidak berubah.Ervan tidak melihatnya, namun seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan belas tahun di sampingnya melambaikan tangan dengan gembira ke arah seberang pintu keluar, "Mama, Kakak, ayah dan aku ada di sini!"Mendengar perkataan anak laki-laki itu, Clara tiba-tiba berhenti dan menyadari siapa dia.Saat menoleh untuk melihat, dia melihat Rita dan Vanessa seperti yang diduga.Rita dan Vanessa tersenyum, Andrew Gori berlari ke arah mereka dengan antusias.Pada saat itu, Markus Solari, mitra Morti Group, datang sambil tersenyum dan menyapanya terlebih dahulu, "Bu Clara."Clara mengendurkan kedua telapak tangannya yang terkepal, mengalihkan pandangannya, tersenyum dan menjabat tangan pria itu, "Pak Markus."Pada saat itu, Rita, Ervan dan yang lainnya akhirnya melihat Clara.Ervan mengerutkan kening.Senyum Rita sedikit