Short
Tipu Daya Untuk Mendapatkan Ibuku

Tipu Daya Untuk Mendapatkan Ibuku

By:  WinonaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
1.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Setelah Ayah meninggal, Ibu selalu membawa manusia-manusia kertas pulang. Kata Ibu, manusia-manusia kertas itu bisa membantunya melewati malam yang panjang dan sepi. Awalnya aku tidak mengerti. Namun, suatu hari aku melihat Ibu telanjang bulat di ranjang melalui celah pintu. Sepertinya aku mulai memahami sesuatu.

View More

Chapter 1

Bab 1

Sejak Ayah meninggal, Ibu jadi sering murung. Wanita yang dulu dikenal cantik dan anggun kini tampak seperti kehilangan semangat hidup, matanya tidak lagi bercahaya seperti dulu.

Sebagai anak yang sudah berusia 18 tahun, aku cukup mengerti bahwa setiap orang memiliki hasrat seksual, termasuk Ibu. Apalagi, Ibu adalah sosok wanita yang memesona dan hidup bahagia bersama Ayah selama bertahun-tahun.

Kehilangan suaminya membuat hidupnya terasa hampa. Aku tentu tahu cepat atau lambat itu akan berdampak buruk padanya.

Beberapa kali aku mencoba membujuk Ibu agar membuka hati untuk pria lain. Namun, setiap kali aku menyampaikan niat itu, Ibu langsung memarahiku habis-habisan.

Dia bilang hubungannya dengan Ayah sangat dalam dan menerima kehadiran orang baru bukanlah hal yang mudah. Akhirnya, kondisi Ibu yang seperti itu pun berlarut-larut selama lebih dari setengah tahun.

Setelah mulai kuliah, aku harus pergi ke kampus dan tinggal di asrama. Namun, aku masih khawatir dengan kondisi ibu yang belum pulih total sejak Ayah meninggal. Sebelum pergi, aku menitipkan Ibu kepada tetanggaku.

Sejujurnya, aku punya sedikit harapan tersembunyi. Sejak Ayah tiada, aku sering melihat tetanggaku itu bersikap perhatian kepada Ibu. Beberapa kali aku bahkan merasa dia menunjukkan ketertarikan. Sayangnya, Ibu sepertinya tidak memberi respons apa pun.

Yang tidak kusangka, keputusanku ini justru membawa dampak yang rumit. Saat libur Hari Nasional, aku memutuskan untuk pulang diam-diam sehari lebih awal demi memberi kejutan pada ibu.

Begitu sampai di rumah, aku langsung memasak makanan favorit Ibu. Namun, sampai malam tiba, Ibu belum juga pulang, jadi aku memutuskan untuk belajar di kamar.

Sekitar setengah jam kemudian, Ibu pulang. Dia sangat terkejut dan bahagia melihatku. Dia bilang kalau bukan karena perhatian dan bantuan tetangga kami itu, mungkin dia tidak sanggup keluar dari masa-masa sulitnya. Wajah Ibu terlihat cerah, bahkan tersipu seperti gadis remaja.

Melihat Ibu bahagia, sebenarnya ada sedikit rasa bersalah dalam hatiku. Apakah ini berarti aku mengkhianati Ayah?

Namun, aku juga berpikir, orang yang masih hidup harus terus melanjutkan hidup. Jadi, aku memberanikan diri untuk menyarankan ibu membuka hati dan mungkin mempertimbangkan hubungannya dengan tetangga kami.

Namun, reaksi Ibu sangat mengejutkanku. Wajahnya sontak berubah marah. Dia pun menarikku ke altar Ayah, memaksaku berlutut di sana.

"Jessie, kalau ayahmu mendengar ucapanmu, dia pasti sangat kecewa! Aku dan Hubert cuma teman main kartu, nggak lebih! Di dalam hatiku cuma ada ayahmu! Jangan pernah bicara seperti itu lagi! Kalau nggak, kamu nggak usah pulang lagi!"

Seumur hidup, aku belum pernah melihat Ibu semarah ini. Aku sampai ragu dia adalah ibuku. Aku merasa sedih dan tertekan hingga air mataku jatuh tak terbendung. Aku bangkit dan berlari ke kamar, lalu menutup pintu dan menangis cukup lama.

Belasan menit kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka di luar. Suara Hubert terdengar. "Jessie sudah tidur?"

Nada suara Ibu berubah lembut. Dia menjawab pelan, "Ya, sudah."

Aku yang penasaran, mengintip dari balik pintu. Di saat itu, aku melihat sesuatu yang membuatku tidak percaya. Ibuku mengenakan gaun bertali tipis dan berenda!

Senyuman Ibu tampak begitu menawan. Tatapannya tertuju pada selangkangan Hubert. Dia lantas bertanya dengan tidak sabar, "Kamu sudah bawa barangnya?"

Hubert merangkul pinggang ibuku, lalu berbisik di telinganya, "Sudah dong, masa kamu nggak percaya sama aku?"

Usai berbicara, dia bahkan menepuk bokong ibuku. Terlihat jelas bahwa ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hal ini.

Setelah mendengar ucapan Hubert, Ibu semakin tidak sabar. Dia bak serigala kelaparan, langsung meraih kerah baju Hubert dan menariknya masuk ke ruang tamu.

Meskipun aku tidak tahu barang apa yang dimaksud mereka, aku bisa menebaknya.

Dengan demikian, Hubert tiba di ruang tamu dengan ditarik ibuku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status