Share

Pelakor Itu Tanteku
Pelakor Itu Tanteku
Penulis: Emylia Arkana Putra

Bab 1

Pelakor Itu Tanteku

"Pagi ... sarapan apa hari ini, Fa?" tanya tante padaku.

"Nasi goreng, Tan."

Lili adalah tanteku, adik paling bungsu dari ibuku. Dia memang masih muda sekali, hanya beda tiga tahun denganku. Selain parasnya yang cantik, dia juga memiliki bentuk tubuh yang sangat indah dan kulitnya yang kuning langsat membuat dia terlihat begitu sempurna.

Laki-laki mana yang tidak tertarik saat melihatnya. Bahkan laki-laki yang sudah menikah denganku selama lima tahun, hatinya berpaling padanya.

"Memangnya ngga ada menu lain, Fa? Bosen.

"Menu yang cepat, Tan. Lagian nasi goreng kesukaan Mas Pram dan Fadil," jelasku dengan menaruh nasi goreng di atas piring.

Tante Lili memang sering menginap di rumahku. Dan hampir dua bulan ini, dia malah tinggal bersamaku. Alasannya karena lebih dekat dengan tempat kerjanya.

Tadinya hanya bilang beberapa hari saja sembari mencari tempat kost atau kontrakan untuk dia tinggal. Entahlah, kenapa sampai dua bulan masih betah di sini. Padahal sudah beberapa kali aku mencarikan tempat kost dan rumah kontrakan. Tetapi dia selalu menolak, katanya tidak cocok.

"Cukup, Fa! Jangan banyak-banyak! Aku tidak ingin badanku melar," terang tante.

Tante Lili memang sangat menjaga sekali berat badannya, dia tidak mau kalau tubuhnya melar. Bahkan dari ujung kepala sampai ujung kaki semua perawatan. Tidak heran kalau rambutnya yang panjang dengan warna cokelat itu terlihat begitu indah. Wajahnya yang begitu bersih, halus dan glowing membuat kecantikannya semakin terpancar.

Beda denganku, yang hanya berpenampilan sederhana saja. Dengan rambut hitam legam yang selalu aku kuncir. Aku jarang sekali memakai make up yang lengkap, paling hanya lipstik saja yang menutupi bibir tipisku. Skincare juga yang harganya masih aman di kantong. Pergi ke salon paling hanya beberapa kali dalam setahun, itupun hanya potong rambut.

Bukannya tidak ingin cantik. Tetapi aku lebih memilih hemat dan uangnya aku tabung. Aku tetap menjaga kebersihan badan agar bersih dan wangi. Tetapi kalau di bandingkan dengan tanteku yang perawatannya rutin satu bulan sekali, belum vitamin yang dia konsumsi untuk menjaga kulitnya agar terlihat segar. Aku sangat jauh berbeda. Meskipun kata orang, aku memiliki paras yang ayu.

Tante Lili berusia tiga puluh tahun, lebih tua tiga tahun dariku. Tetapi dia masih terlihat seperti ABG dengan penampilannya yang begitu modis dan selalu mengikuti model.

"Sayang ...." Terdengar teriakan Mas Pram memanggilku.

Aku bergegas menghampirinya dengan masih membawa piring yang berisi nasi goreng untuk menyuapi Fadil.

"Kenapa, Mas ...?" tanyaku lembut.

"Hem putih yang aku beli dua hari lalu sudah kamu cuci? Aku mau memakainya," terangnya sembari menyemprotkan parfum di tubuhnya.

Aku pun segera mengambilkan hem yang Mas Pram minta. Hem yang sudah kucuci dan kusetrika dengan begitu rapi.

"Ini, Mas."

"Makasih, Sayang," ucapnya dengan mencium keningku.

Aku langsung balik lagi ke meja makan untuk meneruskan menyuapi Fadil.

Tidak berapa lama, Mas Pram keluar dari kamar. Dia terlihat begitu tampan dengan aroma parfum yang melekat di tubuhnya. Aku selalu terpesona dengan suamiku, dari awal kenal hingga saat ini rasa itu tidak pernah luntur.

"Makan yang banyak jagoan, Papa," ucapnya pada Fadil anak semata wayang kami.

Lalu aku meletakkan piring yang ada di tanganku dan berniat mengambilkan nasi goreng untuk Mas Pram.

"Sudah, biar Tante saja yang mengambilkan. Kamu teruskan menyuapi Fadil!" terang tante, dia merebut centong nasi yang aku pegang.

"Makasih, Tan" ucapku singkat.

Saat itu aku masih tidak ada rasa curiga sedikitpun dengan Tante Lili. Meskipun pernah beberapa kali memergoki dia berduaan dengan Mas Pram. Tapi aku pikir hanya sebatas kedekatan seorang tante dengan suami keponakannya.

"Segini cukup? Apa mau tambah lagi?" tanya tanteku pada Mas Pram.

"Sudah," jawab Mas Pram singkat.

"Fadil, Sayang. Maemnya pelan-pelan saja, Nak! Bentar Mama ambilin tissu."

Aku pergi ke belakang untuk mengambil tissu karena yang di atas meja makan habis.

Tidak berapa lama aku kembali. Aku melihat mata Tante Lili menatap wajah Mas Pram begitu dalam.

"Ekhem ... ekhem."

Tante Lili terlihat gugup mendengar aku berdehem.

"Kenapa, Sayang?" tanya Mas Pram.

"Tidak apa-apa, Mas. Tenggorokanku terasa kering," jawabku ngeles.

Selesai sarapan, Mas Pram langsung masuk ke kamar lagi. Aku mengikutinya dengan menggendong Fadil.

"Ini uang bulanan, dan yang ini buat kamu," kata Mas Pram dengan memberiku dua buah amplop cokelat di tangan.

"Uang bulanan 'kan masih, Mas. Kenapa sudah di kasih lagi?"

"Untuk bulan depan, Sayang," jawab Mas Pram dengan mengelus rambutku.

Mas Pram memang wirausaha sukses dengan beberapa toko sepatu yang dia miliki. Karyawannya juga lumayan banyak. Soal materi, keluarga kami memang lebih dari cukup. Tetapi aku tetap mengatur keuangan dengan sebaik mungkin. Bisa dibilang aku memang tidak boros.

Aku membuka amplop yang berisi uang bulanan. Seperti ada yang beda. Amplop bulanannya terasa lebih tebal dari yang biasa Mas Pram kasih.

"Mas ... ini uangnya kelebihan lho," ucapku dengan menghitung uang tersebut.

"Bukan kelebihan. Memang sengaja aku tambah,"

"Ini terlalu banyak, Mas. Aku tabung saja ya sisanya?" kataku dengan memasukkan kembali uang tersebut ke dalam amplop.

"Terserah kamu, Sayang. Aku sudah memberikannya padamu. Aku berangkat, ya," terangnya sembari mencium keningku dan juga pipi Fadil.

Aku mengikuti Mas Pram keluar dan mengantarnya sampai di depan.

"Berangkat sekarang, Pram? Boleh aku bareng sekalian?" tanya tanteku yang terlihat sudah menenteng tasnya.

Mas Pram melihatku, seakan dia ingin bertanya sesuatu padaku.

Aku tahu maksud tatapan dari Mas Pram. Aku menganggukan sedikit kepala, yang artinya mengizinkan Tante Lili berangkat bareng dengannya.

Sebenarnya bukan kali ini saja Tante Lili berangkat kerja bareng Mas Pram. Tetapi Mas Pram memang selalu meminta izin untuk hal itu.

Iyalah aku izinkan. Masa hanya sekedar bareng saja tidak boleh. Apalagi dia tanteku, yang sudah menjadi tantenya Mas Pram juga.

"Fa, Tante berangkat dulu ya? pamit tante dan melambaikan tangannya.

Aku kembali masuk ke dalam dan mulai mengerjakan tugasku sebagai seorang ibu rumah tangga.

Aku mulai menata kamarku, merapikan setiap sudut ruangan. Tidak ada hal yang mencurigakan sama sekali dengan Mas Pram. Karena dia memang laki-laki yang sangat baik, penyayang dan sangat romantis padaku. Pikirku, saat aku belum mengetahui sesuatu antara Mas Pram dan Tante Lili.

Fadil, anak semata wayang kami yang selalu menemaniku saat berada di rumah. Dia baru berumur tiga tahun. Dan kami memang belum memasukkannya untuk sekolah. Biarkan saja dia menikmati masa-masa indahnya di rumah sebelum nanti akan sibuk dengan sekolahnya.

Lalu aku meneruskan membersihkan semua ruangan di rumah. Memang sangat capek, karena dengan rumah yang lumayan besar, aku mengerjakan semua sendirian.

Pernah Mas Pram ingin mencarikan asisten rumah tangga untuk membantuku. Tetapi aku memang menolaknya. Aku rasa, masih sanggup untuk menyelesaikan semua sendirian. Lagian aku juga tidak punya kesibukan apapun. Dulu aku memang pernah bekerja di sebuah Bank Swasta sebelum mempunyai Fadil. Tetapi setelah hamil, Mas Pram tidak mengizinkan aku untuk bekerja.

Kini langkahku menuju lorong arah kamar Tante Lili. Selama di pakai Tante, aku memang tidak pernah membersihkan kamar tersebut. Pikirku tidak sopan masuk ke kamar orang tanpa izin.

Tetapi pagi itu rasanya ingin sekali membersihkan kamar tersebut. Aku tahu banget Tante Lili seperti apa. Dia memang cantik, bersih, dan wangi. Tetapi kalau soal kamar, jangan di tanya. Karena Tante Lili orang yang paling malas untuk bersih-bersih.

Aku berhenti di depan kamar Tante Lili. Sesekali melangkahkan kaki dan mundur kembali.

Aku mencoba beranikan diri, kini tanganku sudah memegang gagang pintu. Tetapi aku berpikir lagi. Karena bagaimanapun, Tante Lili tamu di sini dan aku tidak boleh seenaknya masuk kamar tanpa izin darinya. Akhirnya ku'urungkan niatku, meskipun sebenarnya hanya ingin membersihkan saja.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status