Beranda / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 47. Hanya produk cacat

Share

47. Hanya produk cacat

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 22:02:41

Seperti disambar petir di siang bolong Ayana menatap tidak percaya kepada Laiba mulutnya terbuka dan itu juga bergetar hebat, Ayana menggunakan telapak tangannya untuk menutupi mulutnya sendiri.

"Kamu pikir dengan berpakaian bagus dan mahal berkumpul dengan kalangan atas akan menghilangkan darah kotor pada tubuhmu?" Laiba tertawa jahat dan semakin lama tawa itu semakin memekikkan telinga Ayana. "Jangan harap Ayana kamu berperilaku seperti seorang tuan putri yang mulia padahal kamu hanya sebuah produk cacat yang tidak diinginkan oleh ibumu sendiri."

"Diam!" Kini kedua tangan wanita itu menutupi telinganya sendiri menolak mendengar fakta yang dikatakan oleh Laiba. Tubuhnya merosot dan jongkok di bawah wastafel sambil menangis.

"Jika kamu memilih opsi kedua maka aku akan berbaik hati memberi tahu siapa ibumu dan di mana wanita itu dimakamkan. Bukankah aku baik padamu?"

Ayana tiba-tiba menitihkan air mata ketika mendengar ucapan Laiba meskipun sudah menutup keduanya telinganya dengan tang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    51. Gunakan milikku

    Laiba tidak tahu sudah berapa lama jatuh tertidur kesadarannya kembali setelah penciumannya mencium sesuatu yang harum dan ketika membuka kelopak matanya Laiba mendapati hidangan hangat di depannya serta tuan muda itu sudah duduk di lantai seperti dirinya, Laiba merenggangkan tubuhnya yang kaku tidur sambil duduk membuat tulang-tulangnya terasa sulit digerakkan."Bukankah aku sudah menyuruhmu pulang semalam," ujar Makky."Jangan duduk di lantai kamu masih demam." Alih-alih menjawab komentar Makky Laiba malah memarahi tuan muda itu yang juga ikut duduk di lantai."Khawatirkan dirimu sendiri kamu semalaman duduk di lantai aku sudah sembuh. Cepat sarapan!" Laiba tidak membantahnya, mengambil sarapan yang sudah di pesan oleh laki-laki itu."Kamu akan pergi bekerja?" tanya Laiba sambil mengunyah makanannya."Em."Laiba memanjangkan tangannya untuk menyentuh kening tuan muda itu dan tindakan tiba-tiba itu membuat Makky sedikit terkejut namun tidak menghindar."Cukup baik," gumam Laiba setel

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    50. Penyakitku jauh dari nyawa

    "Aku sudah banyak tidur dalam dua hari ini juga aku akan menunggu cuciannya." Mereka berdua sama-sama bersikeras untuk menunggu jadilah mereka bertahan bersama. Keduanya tidak lagi berbicara hanya suara dari mesin cuci yang sedang bekerja memenuhi ruangan itu setelah beberapa waktu akhirnya Makky yang kembali membuka pembicaraan."Apakah ini rasanya memiliki seseorang yang memperhatikan kita?" Ucap Makky sambil memainkan bunga Silverdust dengan jari-jarinya."Sebentar lagi kamu akan menikah kamu akan memilikinya di masa depan," jawab Laiba sambil mengecek kembali waktu yang tersisa di mesin cuci."Apakah semua pasangan memperlakukan hal ini, merawat dan memperhatikan ketika sakit?""Aku tidak tahu, jangan tanya aku tapi seorang asisten rumah tangga akan melakukan apapun untukmu. Kenapa tidak menyewa seorang asisten saja tidak perlu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri juga akan merawat kamu jika sakit.""Terlalu merepotkan, aku tidak suka orang asing menyentuh barang-barangku.""

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    49. Tubuhnya menyerah dan tumbang

    Seminggu sudah berlalu Laiba masih sibuk dengan rutinitasnya meskipun tidak mencari kabar, tapi otaknya juga masih bertanya-tanya tentang Ayana dan Dedalu tapi ketika berpapasan dengan laki-laki itu dan ekspresinya masih begitu-begitu saja Laiba yakin jika wanita itu masih belum mengatakan apapun. Laiba sedang bertaruh dengan keputusan yang akan di ambil oleh wanita itu karena dirinya tidak begitu punya banyak bukti akan hubungan Anthony dengan calon istri Dedalu itu. "Jika dia pintar, tidak mungkin mempertaruhkan keluarganya untuk satu laki-laki."Laiba hanya menanamkan keyakinan pada Ayana jika Laiba memiliki banyak hal memalukan yang akan merusak citra kelurganya dan Laiba yakin dengan hal itu taruhan itu hanya akan waktu yang akan membuktikannya. Kini langkahnya sudah mendatangi sebuah alamat yang ditunjukkan oleh ponselnya, Laiba meminta Makky untuk membagi alamatnya karena dirinya akan berkunjung.Jika bukan karena Bram mengeluh tentang banyaknya pekerjaan yang menumpuk Laiba t

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    48. Gowok

    Laiba tidak lagi mempertanyakan dari mana asal usul sampo ini berasal lagipula dirinya sudah memprediksi jika cepat atau pun lambat pria ini akan mendapatkannya tapi dirinya sendiri yang lupa jika dirinya pernah menyukai aroma dari sampo ini sedangkan Makky yang sibuk mencarinya."Bisakah setelah kembali dari sini kita bicara sesuatu yang penting?" Laiba mengubah pembicaraan mereka."Apa yang terjadi lagi?""Bukan apa-apa.""Lalu apa yang tidak bisa kamu bicarakan di sini?""Bukan sesuatu yang penting tapi masih harus kita bicarakan jika kamu masih sibuk aku masih bisa menunggu." Makky tidak lagi menyahut tapi kini menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun itu membuat Laiba tidak nyaman setelah beberapa waktu berada di bawah tekanan tuan muda Makky akhirnya mulut wanita itu bicara."Uang, uang. Aku ingin kita membahas tentang uang," ucap Laiba tidak terlalu keras masih takut jika orang lain mendengarkan karena melihat Anthony yang baru saja kembali dari toilet."Aku sedang tidak p

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    47. Hanya produk cacat

    Seperti disambar petir di siang bolong Ayana menatap tidak percaya kepada Laiba mulutnya terbuka dan itu juga bergetar hebat, Ayana menggunakan telapak tangannya untuk menutupi mulutnya sendiri."Kamu pikir dengan berpakaian bagus dan mahal berkumpul dengan kalangan atas akan menghilangkan darah kotor pada tubuhmu?" Laiba tertawa jahat dan semakin lama tawa itu semakin memekikkan telinga Ayana. "Jangan harap Ayana kamu berperilaku seperti seorang tuan putri yang mulia padahal kamu hanya sebuah produk cacat yang tidak diinginkan oleh ibumu sendiri.""Diam!" Kini kedua tangan wanita itu menutupi telinganya sendiri menolak mendengar fakta yang dikatakan oleh Laiba. Tubuhnya merosot dan jongkok di bawah wastafel sambil menangis."Jika kamu memilih opsi kedua maka aku akan berbaik hati memberi tahu siapa ibumu dan di mana wanita itu dimakamkan. Bukankah aku baik padamu?"Ayana tiba-tiba menitihkan air mata ketika mendengar ucapan Laiba meskipun sudah menutup keduanya telinganya dengan tang

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    46. Jatah mantan

    Dengan kesal Ayana masuk ke dalam toilet perempuan yang ada di bioskop, hari ini Dedalu mengajaknya menonton film dan siapa yang menyangka jika disaat film akan dimulai laki-laki itu akan menghubunginya tentunya Ayana harus mencari alasan untuk pergi mana mungkin Ayana mengangkat panggilan itu, sedangkan Dedalu ada di sampingnya jika tidak menerima panggilan itu Anthony akan terus menghubunginya tanpa henti takutnya Dedalu akan menyadarinya.Setelah menunggu beberapa saat hingga toilet perempuan itu kosong Ayana mengangkat panggilan itu yang terus berdering kemudian langsung memarahi pihak lain dengan nada marah dan tidak sabar."Apakah kamu gila?" ucapnya ketika panggilan itu terhubung."Ya aku gila," jawab Anthony."Aku sedang keluar bersama Dedalu dan kamu terus menelpon aku tanpa henti.""Aku hanya merindukanmu.""Kita baru bertemu seminggu yang lalu. Lagi pula kita sudah menyelesaikan semuanya sudah tidak ada apapun diantara kita semuanya sudah usai.""Belum.""Anthony. Sebenarny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status