Share

Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran
Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran
Author: Lilia

Bab 1

Author: Lilia
"Jangan!!!"

Rasa sakit yang luar biasa membuat Anggi Suharjo terbangun dari mimpi buruknya.

Warna merah mendominasi pemandangan di depan matanya. Suara lembut dan aroma lilin yang sedang menyala, menyebar ke seluruh ruangan tempat Anggi berada. Anehnya, rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang.

Anggi terpana melihat pemandangan di hadapannya. Yang paling menyita perhatiannya adalah tulisan "Pesta Nikah" yang terpasang di balik lilin.

Tanpa sadar, Anggi menunduk dan mendapati dirinya sedang memakai gaun pernikahan. Gaun pernikahan ini awalnya dia jahit untuk adik perempuannya, Wulan Suharjo. Dia tidak menyangka, gaun yang sudah dijahit selama tiga tahun itu akhirnya dipakai untuk pernikahan sendiri.

Terlebih lagi, suaminya adalah Luis Giandra sang Pangeran Selatan yang reputasinya buruk.

Pada awalnya, Luis adalah ahli perang yang terkenal di Negeri Cakrabirawa. Dalam perang tiga tahun yang lalu, dia dikhianati oleh bawahannya dan dihadapkan dengan situasi kritis. Walaupun dia berhasil lolos dari kepungan musuh, meridiannya telah rusak sepenuhnya dan dia menjadi pria tidak berguna.

Sejak saat itu, Luis menjadi pria kejam yang tidak berperasaan. Seringkali, dia akan menghukum mati pelayan yang melayaninya. Beberapa kali, Kaisar telah menganugerahkan pernikahan untuknya, tapi jasad sang pengantin selalu akan dikeluarkan dari Kediaman Pangeran Selatan keesokan harinya.

Tidak ada keluarga di ibu kota yang ingin menyerahkan anak perempuannya menjadi pengantin Pangeran Selatan.

Namun sebulan yang lalu, Permaisuri Dariani mendesak dan memaksa Kaisar untuk menganugerahkan pernikahan lagi. Kali ini, nasib buruk itu jatuh kepada Wulan yang merupakan putri kedua dari Kediaman Jenderal Musafir.

Wulan adalah putri kesayangan di Keluarga Suharjo. Bagaimana mungkin mereka tega menikahkannya ke Kediaman Pangeran Selatan?

Oleh karena itu, Anggi pun menjadi pengantin yang menggantikan adiknya.

Hanya saja, Anggi sudah memiliki pujaan hati lain. Pria itu adalah teman sepermainan yang sudah bertunangan dengan dirinya. Oleh karena itu, Anggi tidak rela untuk memenuhi pernikahan ini.

Terlebih lagi, rumor tentang Luis terlalu menakutkan. Anggi yang ketakutan pun terhasut ucapan Wulan dan mencoba untuk kabur di hari pernikahannya.

Pada akhirnya, dia tertangkap basah dan membuat Dariani marah besar. Tangan dan kaki Anggi dilumpuhkan dan dia dilempar kembali ke depan pintu Kediaman Jenderal Musafir.

Anggi berharap dengan sepenuh hati, Keluarga Suharjo akan menerimanya kembali dan merawat lukanya. Di luar dugaannya, pintu gerbang rumahnya justru tertutup rapat.

Di tengah musim dingin yang menusuk, Anggi yang terluka parah akhirnya mati kedinginan di depan pintu. Bahkan, jasadnya juga tidak diurus.

Anggi begitu sakit hati. Pada saat itu juga, dia baru menyadari bahwa dirinya merupakan seorang karakter sampingan yang ditakdirkan untuk menjadi korban dalam sebuah cerita novel.

Sementara adiknya, Wulan, adalah tokoh utama dalam novel tersebut yang menjadi anak emas semua orang.

Tidak peduli seberapa besar upayanya, Anggi tidak akan pernah menjadi sorotan dalam Keluarga Suharjo. Dia cuma seorang figuran yang keberadaannya tidak berarti. Seberapa pun dia mencoba untuk mendapatkan kasih sayang, semuanya tetap berakhir sia-sia. Menjadi korban untuk Wulan adalah suratan takdirnya.

Anggi merasa putus asa.

Dia terduduk di atas ranjang dengan pandangan kosong. Saat ini, otaknya sedang memproses ingatan yang muncul secara silih berganti.

Luis adalah antagonis paling kejam dalam novel ini. Sejak wajahnya rusak dan badannya lumpuh, pembawaannya jadi melenceng. Setelah berhadapan dengan tokoh utama pria dan wanita dalam novel, Luis akhirnya meninggal secara tragis.

Anggi merasa kasihan pada jalan cerita dari karakter Luis. Padahal sebelumnya, pria ini adalah ahli perang yang sangat terkenal. Namun, dia harus berakhir mengenaskan seperti itu.

Hanya saja, dirinya lebih menyedihkan. Sejak dilahirkan, karakter Anggi telah ditakdirkan untuk berkorban untuk Wulan.

Alasannya sederhana. Saat ibu mereka mengandung, seorang peramal meramalkan Wulan memiliki takdir pembawa keberuntungan yang akan menjadi tokoh besar. Sementara Anggi yang lahir duluan, adalah pembawa sial yang akan membuat Keluarga Suharjo tertimpa kesialan.

Apalagi setelah Anggi lahir, Keluarga Suharjo benar-benar banyak menghadapi masalah sehingga semuanya langsung percaya pada ramalan tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak menyayangi Anggi.

"Ck ...."

Anggi menghela napas saat mengingat akhir cerita dari semua pengorbanannya demi Keluarga Suharjo. Pada akhirnya, dia mati mengenaskan, bahkan jasadnya menjadi mangsa anjing liar. Namun di luar dugaannya, Luis malah kembali untuk mengurus jasadnya.

Di tengah alur cerita yang tidak terduga ini, pintu ruangan tempat Anggi berada terbuka.

Seorang pria berekspresi datar yang berpakaian hitam, mendorong masuk sebuah kursi roda. Di atas kursi roda tersebut, terduduk seorang pria kurus berpakaian jubah pernikahan berwarna merah. Wajah pria itu terlihat sangat pucat.

Sepertiga dari wajahnya dipenuhi luka bakar. Di sisi lain mukanya yang tidak terbakar, terlihat luka hasil goresan pisau. Penampilannya memang sangat menakutkan.

Tidak heran orang-orang menyebarkan rumor bahwa selain lumpuh, Luis juga menjadi buruk rupa sejak peperangan itu.

Anggi bergidik. Dia menggenggam erat baju sendiri dan melirik ke arah Luis dengan hati-hati.

Kali ini, Anggi tidak akan mencoba untuk kabur lagi. Dia tahu dirinya akan mati kalau keluar dari Kediaman Pangeran Selatan. Bagaimanapun, Dariani paling peduli dengan putranya. Dia tidak akan tinggal diam kalau ada tindakan yang menghina Luis, seperti kabur dari Kediaman Pangeran Selatan.

Saat ini, Anggi cuma berharap Luis tidak kejam seperti yang dirumorkan di luar sana. Kalau tidak, nyawanya yang baru dilahirkan kembali ini akan mati lagi karena disiksa Luis.

"Pergilah." Suara Luis yang sedikit serak terdengar. Setelah melirik Anggi sebentar, pengawal itu melepaskan tangannya dari kursi roda dan meninggalkan ruangan.

Dalam sekejap, hanya tersisa Anggi dan Luis dalam ruangan tersebut.

Anggi sedikit gugup, tapi dia tidak terlalu takut saat menghadapi Luis. Bagaimanapun, Luis adalah orang yang mengurus jasad Anggi dalam kehidupan sebelumnya. Jadi, Anggi punya firasat bahwa pria ini berbeda dengan yang dirumorkan.

"Pangeran, biarkan saya membantumu berbenah ...." Anggi berucap dengan gugup. Saking gugupnya, suaranya sedikit gemetaran.

"Kamu takut?" Suara rendah pria yang agak serak itu terdengar lagi.

Anggi mengepal tangan dan membalas, "Bukan takut. Cuma, aku ... aku agak gugup."

Melihat Anggi yang berkata dengan gugup dan tampak tegang itu, Luis tertawa. "Wajar saja kalau kamu takut padaku. Siapa pun akan takut melihat tampangku, bukan?"

Anggi mendongak untuk melihat. Rupa pria tersebut memang menakutkan.

Namun, bukan berarti tidak bisa diobati.

Wulan pernah usil dan melukai dirinya saat kecil. Kala itu, Keluarga Suharjo sangat panik. Anggi yang tidak ingin ayah dan ibunya khawatir mulai meneliti formula obat-obatan setiap hari. Pada akhirnya, dia berhasil meracik resep obat yang bisa mengobati bekas luka bakar yang lebar pada tubuh Wulan.

Luka bakar Luis memang lebih parah dari Wulan, tapi seharusnya masih bisa diobati.

Anggi beranjak dan berjalan mendekat. Sebelum tangannya menyentuh kursi roda, Luis langsung menangkisnya.

Anggi tercengang dan menjelaskan, "Pangeran, saya nggak bermaksud buruk. Hanya saja, Pangeran harus beristirahat. Ini sudah malam."

Luis tidak berkata-kata, melainkan terus menatap Anggi.

Tatapannya begitu tajam dan tegas, membuat jantung Anggi berdetak kencang. Begitu gugup, wajah Anggi langsung memerah. Di bawah sinar lilin, rona wajah Anggi tampak menawan.

"Nggak disangka, Keluarga Suharjo begitu tega." Luis tertawa sinis. Dia menggerakkan kursi roda ke sisi tempat tidur.

Setelah menolakkan kedua tangannya dari pegangan kursi roda, tubuh pria itu melayang ke udara. Kemudian, dia mengerahkan pukulan telapak di udara, membuat tubuhnya mendarat tepat di tempat tidur.

Semua jurus ini membuat Anggi terpana.

Luis tidak lumpuh! Kakinya memang tidak bisa digunakan lagi, tapi ilmunya tidak hilang!

Apa selama ini, dia cuma berpura-pura?
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ela Prastika
Keren banget
goodnovel comment avatar
Agnes Nani Soenarsih
jempol banget
goodnovel comment avatar
Ansh Wardani Azzahra
wiwieijfhcnnxnkxncnnznbdji
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 382

    Sesampainya di kediaman Aska, para pelayan hendak masuk untuk memberi tahu kedatangannya, tetapi Anggi segera menolak.Saat dia berjalan menuju halaman utama bersama Sura dan Mina, dia melihat Aska sedang berbaring di kursi santai dengan berselimut kain tipis. Seluruh tubuhnya disinari cahaya matahari.Di bawah sinar matahari itu, Aska tampak seolah diselimuti cahaya putih yang samar, seakan dirinya bisa menghilang kapan saja.Hati Anggi mencelos seketika.Seorang pengawal Aska hendak bertanya, tetapi Anggi memberi isyarat dengan jari di depan bibirnya. "Aku adalah Putri Mahkota, ada urusan penting dengan tuanmu."Pengawal itu mengangguk. Dia mengenali Anggi, bahkan sering diperintahkan oleh Aska untuk diam-diam mengawasi keadaan Anggi. Bila terjadi sesuatu, dia harus sigap membantu.Anggi menoleh ke Mina dan Sura, lalu memberi instruksi, "Tunggu di pintu halaman. Jangan biarkan siapa pun mengganggu."Dia pun melangkah perlahan mendekat. Langkahnya menyapu rerumputan dan dedaunan kerin

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 381

    Satya meninggalkan Fani dan Ubaid di Kediaman Keluarga Suharjo, lalu kembali ke tempatnya.Setelah kepergiannya, Jelita jadi jauh lebih bebas di rumah Keluarga Suharjo, bahkan semakin mudah baginya untuk mendekati Sunaryo demi "meminjam benih".Dalam hati, Fani berpikir, 'Nona ini memang selalu terlihat dingin dan nggak tertarik pada siapa pun, tapi terhadap Sunaryo ... apa mungkin dia ada sedikit ketulusan? Kalau nggak, kenapa harus memilih benih darinya?'Sementara itu, di Kediaman Putra Mahkota. Luis menggelar jamuan, mengundang Aska dan Gilang untuk hadir.Dalam perjamuan itu ....Saat Anggi memanggil Aska dengan sebutan "Kak Aska", Gilang langsung tertegun. "Tunggu ... sejak kapan itu terjadi?"Seorang calon Putri Mahkota bisa sampai memanggilnya "kakak"? Aska ini keberuntungannya benar-benar luar biasa sekali! Yang lebih aneh lagi, Luis terlihat sangat santai dan tidak mempermasalahkannya sedikit pun. Gilang merasa seolah telah melewatkan sesuatu yang besar.Karena merasa kesal,

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 380

    Di dalam ruang kerja, suasana terasa sangat tegang.Dengan tenang, Satya tersenyum dan berkata, "Dulu, bagaimana Wulan memohon pada Anggi dan bagaimana pula Nyonya Ayunda memohon pada Anggi? Apakah Anggi pernah mengampuni Wulan?""Kalian kira, hanya karena keadaan tampak tenang untuk sementara, berarti semuanya sudah aman? Aku sudah menawarkan perdamaian, tapi kalau kalian menolaknya hari ini, jangan harap datang meminta bantuanku di kemudian hari."Satya pun berdiri. "Kalau bukan karena aku masih mengingat hubunganku dengan Wulan di masa lalu dan karena permohonan dari Jelita agar aku menolong Keluarga Suharjo, aku bahkan nggak sudi ikut campur dalam urusan ini. Bagaimanapun juga, pihak Pangeran Aneksasi nggak takut sedikit pun pada pihak Putra Mahkota!"Tidak ada yang lebih paham ambisi Satya selain Pratama. Dulu, saat Luis mengalami cacat fisik dan wajahnya rusak, Satya adalah kandidat terkuat untuk menjadi Pangeran Dipati Anom (Adik Putra Mahkota).Kalaupun tidak dinobatkan sebagai

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 379

    "Siapa?" tanya Ayunda."Yang datang adalah Putra Bangsawan Aneksasi serta seorang gadis yang mengaku sebagai sahabat dekat Nona Wulan."Begitu mendengarnya, Yohan langsung berkata, "Ibu, itu gadis yang kemarin membantu mengurus jenazah Wulan."Ayunda segera mengangguk. "Sambut mereka dengan baik, jangan sampai buat keluarga kita malu.""Baik, Ibu." Yohan pun bergegas keluar untuk menyambut tamu.Saat ini, Keluarga Suharjo sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dipertahankan. Satya dulu nyaris menjadi adik iparnya. Kalau bukan karena ulah Anggi, semuanya takkan menjadi seperti ini.Keluarga Suharjo tidak akan jatuh separah ini. Wulan pun tidak akan bernasib seburuk itu. Dia juga tidak akan setiap malam dihantui mimpi buruk karena telah mengakhiri hidup adiknya sendiri.Kedatangan Satya bahkan membuat Pratama yang tengah beristirahat pun tidak berani bersikap santai. Semua orang di rumah tahu betul, Keluarga Suharjo sudah tidak punya tempat di pihak Putra Mahkota. Satu-satunya tempat yang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 378

    "Awalnya, kami pikir tamu baik hati itu akan membawa Ibu keluar dari neraka. Tapi setelah kami bersusah payah sampai ke ibu kota, ternyata keluarga kakek dari pihak ibu sudah pindah. belakangan baru kami tahu mereka pindah ke Uraba.""Tamu itu merasa Ibu menipunya. Akhirnya, dia menjual Ibu kembali ke rumah bordil Kembang Indah. Sejak itu, aku pun nggak bisa lari dari nasib menjadi wanita penghibur.""Menurutmu, bukankah Nyonya Ayunda itu kejam? Haruskah dia tetap hidup? Kenapa dia bisa hidup enak sebagai istri jenderal, sedangkan ibuku hanya bisa jadi pelacur? Kenapa anak-anaknya bisa hidup mulia, sementara aku dicap hina sejak lahir?""Ibuku nggak terima. Aku juga sama." Jelita menahan air mata di pelupuk mata, lalu memandang Fani."Itulah sebabnya aku dan Ibu bersumpah, selama masih hidup dan ada kesempatan sekecil apa pun, kami akan membalas dendam. Akan kami hancurkan dia dan seluruh keluarganya."Gadis itu menyeka air matanya, lalu tersenyum cerah. "Itulah arti hidupku."Fani yan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 377

    Soal dia menjadi pelayan ranjang Satya, Jelita sama sekali tidak menyebutkannya."Jadi begitu rupanya ...." Pria sejati seperti Yohan kini malah tampak berkaca-kaca. Dia menoleh ke arah tak jauh dari sana, di mana para pelayan tengah menarik sebuah gerobak."Itu ....""Itu Kak Wulan," jawab Jelita dengan tenang, lalu tak kuasa menahan tangis sambil mengusap sudut matanya yang sudah basah.Bagi Yohan, semua ini terasa di luar dugaan. Dia tidak menyangka Wulan masih memiliki seorang sahabat sebaik ini. Namun, Dimas tidak sepenuhnya percaya. Kendati begitu, semua yang dikatakan gadis itu terdengar nyaris tanpa cela.Apalagi, Fani sedari tadi mengangguk-angguk penuh semangat di sampingnya.Dimas lalu menarik Fani berdiri dan menatap langsung ke matanya. "Kamu benar-benar nggak dendam sama Wulan?"Fani menggeleng kuat dan wajahnya memasang ekspresi penuh syukur. Bukan hanya dendam, kini keinginannya akhirnya terkabulkan. Lidah Wulan telah dipotong dan akhirnya mati di hadapannya.Dari segi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status