Share

Bab 24

Author: Lilia
Kedua orang itu berjalan lebih dekat, lalu memberi hormat kepada Dariani. Dariani tersenyum seraya meletakkan kitab suci yang sedang dibacanya, lalu mengangkat tangan. "Nggak usah sungkan."

"Terima kasih, Permaisuri."

Matanya menatap Anggi dengan saksama. Setelah bangkit dari memberi salam, tangan Anggi langsung bertumpu pada kursi roda Luis, seolah-olah dia tidak merasa risih sedikit pun terhadap kondisi Luis.

Wajah mungilnya yang indah tampak memerah karena terkena angin dingin di perjalanan. Tak heran jika putranya mulai memandang Anggi dengan cara yang berbeda.

Dariani mempersilakan mereka duduk dan segera menyuruh Gina membawa beberapa kue yang dibuat oleh dapur kecil istana.

"Beberapa hari yang lalu, Ayahandamu masih bertanya kapan kamu akan membawa istrimu ke istana. Nggak disangka, hari ini akhirnya kamu datang," ujar Dariani dengan nada lembut.

Anggi segera berdiri dan memberi hormat. "Terima kasih atas perhatian Ayahanda dan Ibunda."

Luis hanya menjawab dengan tenang, mengata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 386

    Di luar jendela, matahari bersinar terik. Angin hangat bertiup, membuat bunga dan rumput di halaman bergemeresik. Di dalam kediaman, bunga musim semi bermekaran, harum semerbak memenuhi udara.Torus dan Mina segera menjauh dari pintu utama. Ada yang mulai menyiapkan pakaian, ada yang menyiapkan air mandi. Semuanya berlangsung dengan tertib.Dua jam kemudian, langit sudah benar-benar gelap. Saat ini, baru terdengar suara Luis yang menyuruh pelayan memanggil air. Setelah mereka berdua selesai membersihkan diri, mereka meminta agar makan malam dihidangkan.Anggi makan dengan tubuh yang terasa sangat lelah. Luis melambaikan tangan. Mina mengira dipanggil untuk melayani, tetapi ternyata dirinya, Torus, Naira, dan yang lainnya disuruh pergi.Serius? Putra Mahkota sehaus itu sampai-sampai harus menyuruh semua pelayan keluar saat makan? Hanya untuk terus "menyiksa" Putri Mahkota?Putri Mahkota jelas-jelas terlihat sangat lelah sekarang. Matanya sedikit memerah, tangannya memegang peralatan mak

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 385

    "Keadaan Aska nggak baik?" Luis mencoba menebak.Anggi mengangguk. "Ya. Tubuhnya dingin seperti es. Nadi lemah, aliran darahnya pun sangat lambat."Luis terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan gadis itu dalam telapak tangannya. "Kamu punya ide? Apa bisa disembuhkan?""Hanya bisa diobati sambil perlahan mencari arah penyembuhan yang tepat," jawab Anggi sambil menatapnya serius. "Tapi kalau aku yang menangani pengobatannya, mau nggak mau kami harus sering bertemu. Ini agak merepotkan.""Sering bertemu? Seberapa sering?" Luis menyipitkan mata."Awalnya mungkin harus setiap hari. Setelah melihat hasilnya, kalau sudah membaik, bisa dikurangi."Setiap hari .... Hati Luis mulai terasa tidak nyaman.Apalagi, Anggi sudah mulai memanggil pria itu dengan Kak Aska .... Meski dia percaya pada Anggi dan meski dia berterima kasih atas semua bantuan Aska terhadap mereka, tetap saja ... membiarkan istrinya bolak-balik ke rumah pria lain setiap hari? Itu pasti akan jadi bahan omongan."Kamu ... keberat

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 384

    Angin semilir bertiup pelan. Wajah Anggi yang semula terasa panas karena terik matahari, kini terasa sedikit sejuk. Dia mengangkat tangan menutupi silau mentari. "Kak Aska, kamu nggak bisa terus-terusan berjemur seperti ini ....""Tapi ... berjemur seperti ini rasanya paling nyaman," jawab Aska. Matanya terpejam menikmati sinar matahari.Setelah menarik napas dalam, Anggi berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku pasti akan cari cara untuk menyembuhkanmu."Aska kembali menoleh padanya, menatap wajah gadis itu yang tampak begitu teguh. Dia hendak bicara, tapi akhirnya tidak mengatakan apa pun.Dalam kehidupannya yang dulu, dia pernah menyaksikan bagaimana Luis membalaskan dendam Anggi dengan gila-gilaan. Bahkan sampai tidak meninggalkan keturunan.Jadi, di kehidupan ini ... mereka akhirnya bisa bersatu. Mereka memang ditakdirkan untuk bersama.Aska tidak akan menyela di tengah jalan. Kalaupun dia memberi tahu Anggi bahwa jika mereka tinggal bersama, penyakitnya akan berangsur membaik dan mun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 383

    Anggi tidak sanggup mengucapkannya, tapi Aska justru berkata terlebih dulu, "Tenang saja. Aku sudah meramal untuk diriku sendiri. Hidup belasan tahun lagi nggak akan jadi masalah."Cukup untuk menyaksikan pasangan suami istri itu naik ke takhta sebagai Kaisar dan Permaisuri."Mana cukup belasan tahun? Kamu baru ....""Baru 23 tahun.""Masih sangat muda. Kamu pasti bisa hidup sampai 100 tahun.""Kalau begitu, kuturuti maumu. Hidup 100 tahun," ucap Aska sambil tersenyum tipis.Namun dengan tubuh seperti ini, hidup sampai 100 tahun justru akan menjadi siksaan, baik bagi dirinya sendiri, maupun orang-orang yang harus merawatnya.Tatapan Aska beralih ke kursi santai di sampingnya. Anggi pun duduk di sana sambil berkata, "Tunjukkan padaku resep-resep obatmu yang sebelumnya. Aku ingin mempelajarinya dulu.""Kamu benar-benar ingin mengobatiku?""Tentu saja. Kamu sudah membantu Luis dan juga telah banyak membantuku."Aska menoleh menatap gadis yang berbaring di sampingnya. Di bibirnya terulas s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 382

    Sesampainya di kediaman Aska, para pelayan hendak masuk untuk memberi tahu kedatangannya, tetapi Anggi segera menolak.Saat dia berjalan menuju halaman utama bersama Sura dan Mina, dia melihat Aska sedang berbaring di kursi santai dengan berselimut kain tipis. Seluruh tubuhnya disinari cahaya matahari.Di bawah sinar matahari itu, Aska tampak seolah diselimuti cahaya putih yang samar, seakan dirinya bisa menghilang kapan saja.Hati Anggi mencelos seketika.Seorang pengawal Aska hendak bertanya, tetapi Anggi memberi isyarat dengan jari di depan bibirnya. "Aku adalah Putri Mahkota, ada urusan penting dengan tuanmu."Pengawal itu mengangguk. Dia mengenali Anggi, bahkan sering diperintahkan oleh Aska untuk diam-diam mengawasi keadaan Anggi. Bila terjadi sesuatu, dia harus sigap membantu.Anggi menoleh ke Mina dan Sura, lalu memberi instruksi, "Tunggu di pintu halaman. Jangan biarkan siapa pun mengganggu."Dia pun melangkah perlahan mendekat. Langkahnya menyapu rerumputan dan dedaunan kerin

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 381

    Satya meninggalkan Fani dan Ubaid di Kediaman Keluarga Suharjo, lalu kembali ke tempatnya.Setelah kepergiannya, Jelita jadi jauh lebih bebas di rumah Keluarga Suharjo, bahkan semakin mudah baginya untuk mendekati Sunaryo demi "meminjam benih".Dalam hati, Fani berpikir, 'Nona ini memang selalu terlihat dingin dan nggak tertarik pada siapa pun, tapi terhadap Sunaryo ... apa mungkin dia ada sedikit ketulusan? Kalau nggak, kenapa harus memilih benih darinya?'Sementara itu, di Kediaman Putra Mahkota. Luis menggelar jamuan, mengundang Aska dan Gilang untuk hadir.Dalam perjamuan itu ....Saat Anggi memanggil Aska dengan sebutan "Kak Aska", Gilang langsung tertegun. "Tunggu ... sejak kapan itu terjadi?"Seorang calon Putri Mahkota bisa sampai memanggilnya "kakak"? Aska ini keberuntungannya benar-benar luar biasa sekali! Yang lebih aneh lagi, Luis terlihat sangat santai dan tidak mempermasalahkannya sedikit pun. Gilang merasa seolah telah melewatkan sesuatu yang besar.Karena merasa kesal,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status