Share

Bab 9.

     Terlihat Rangga terbangun, dan berusaha untuk duduk. Joey mengambil pulennya dari saku kemejanya. Rangga terkejut melihat Hendrik sudah tak sadarkan diri dan jidatnya terluka mengeluarkan darah.

     Dalam masih posisi duduknya, Rangga menoleh. Baru saja menoleh, ujung pulpen sudah ada tepat di depan matanya. Ternyata Joey sedang jongkok di depannya. Dan sudah siap menusukkan pulpennya ke matanya Rangga.

     Rangga menelan salivanya. Lagi-lagi ia harus berada posisi yang sama seperti sebelumnya, Joey hanya terkekeh.

     "Aku sarankan kalau ingin menghajar orang harus pakai rencana," ucap Joey memberi saran.

     Rangga masih saja diam, Joey menghela nafasnya, "Meskipun kamu mempunyai rencana, tetap saja itu takkan ada apa-apanya untukku."

     Ingin sekali menonjok wajah Joey, tapi sayang tangannya terluka akibat tusukan garpu sebelumnya. Dan tangannya yang satu juga terkilir saat ia jatuh tadi.

     "Sepertinya kamu harus masuk kelas." ucap Joey.

     “BUGH!” Joey memukul keras tekuk leher Rangga.

     Rangga pun kembali jatuh tak dadarkan dirinya. Joey berdiri, ia pergi meninggalkan dua manusia itu begitu saja. Tapi baru beberapa langkah, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke arah Rangga dan Hendrik yang masih tak sadarkan diri.

     Joey mengambil semua uang di dalam dompet mereka berdua. Selesai sudah, ia pun segera pergi.

     ---

     Jam kuliah sudah selesai. Joey memilih untuk pulang ke kosnya, tidak berangkat kerja, “Buat apa berangkat, lagiani aku sudah tak masuk tanpa keterangan selama 2 hari. Lebih baik sekalian keluar saja, lagian masih banyak pekerjaan lainnya.”

     Lagian ia juga punya uang banyak hasil yang ia dapat dari pencopet, Rangga, dan Hendrik.

     "Sepertinya aku harus cari pekerjaan baru saja, yang tak menyita waktuku."

     ---

     Di tempat lain.

     Rifky dan Teman-teman gengnya berkumpul di markas mereka, tepatnya di rumah pribadinya Rifky, rumah pemberian kakeknya. Saat ini, entah percaya atau tidak. Rifky dan gengnya menatap heran saat melihat kondisi Rangga dan Hendrik yang terluka.

     Mereka masih tak percaya cerita Rangga dan Hendrik. Benarkah Joey yang terkenal culun membuat Rangga dan Hendrik terluka?

     "Apa kau yakin Joey si culun itu membuat kalian seperti ini?" tanya Sandi yang masih tak percaya.

     "Ini memang sulit dipercaya, tapi setelah apa yang dia lakukan padaku dan Rangga. Aku bisa melihat perubahan pada si culun itu," kata Hendrik.

     "Bahkan uangku dan uang Hendrik sepertinya dirampas sama culun itu." Rangga menambahi.

     Sandi dan Richard tertawa.

     "Hahaha... benarkah? Seorang laki-laki culun berani melakukan itu?" ucap Sandi sambil tertawa.

     "Hahaha... aku ragu dengan cerita kalian berdua," kata Richard kepada Rangga dan Hendrik, ia juga sambil tertawa.

     Rangga dan Hendrik, memilih untuk diam percuma untuk bercerita. Jelas tak ada yang percaya. Bahkan kini mereka berdua ditertawakan oleh teman-teman. Tapi tidak untuk Rifky. Ia terdiam. Ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

      Rifky pun bersuara "Semuanya, dengarkan aku."

     Sandi, Richard, Rangga, dan Hendrik pun menatap sang Rifky, ketua geng mereka.

     "Untuk kedepannya, kita biarkan culun itu terlebih dahulu. Kita awasi dia, jika dia benar berubah, laporkan kepadaku. Setelah itu kita membuat rencana untuk membuatnya menyadari posisinya." kata Rifky.

     "Apa tidak kita bawa dia, dan siksa seperti sebelumnya?" tanya Sandi.

     "Untuk itu nanti dulu, kita harus mengawasinya. Jika dia benar-benar apa yang diceritakan Rangga dan Hendrik. Kita buat rencana. Tapi jika dia masih culun seperti biasanya, lakukan hal yang seperti yang biasa lakukan kepadanya." kata Rifky.

     Keempat temannya mengangguk-angguk kepalanya. Namun untuk Rangga dan Hendrik, dalam hati mereka berdua masih ragu mengikuti rencana Rifky. Pasalnya, mereka berdua dengan mudah dikalahkan. Hendrik yang mantan anggota taekwondo. Bersabuk hitam bisa dikalahkan oleh anak culun yang bermodal tanah dan batu.

     ---

     Hari sudah malam.

     Terlihat Joey tengah berjalan kaki. Ia baru saja mendapat pekerjaan baru menjadi pelayan caffe. Ia besok sudah bisa memulai berangkat kerja setelah selesai jam kuliah. Soal tempat kerjanya yang lama sebagai OB, ia benar-benar dipecat setelah dapat telepon.

     Tidak membuatnya sedih melainkan Joey hanya mengiyakan saja. Hari semakin malam. Joey melihat minimarket yang buka 24 jam. Ia berniat untuk membeli minuman.

     Beberapa saat kemudian, Joey telah keluar dari minimarket dengan menenteng kantong plastik yang berisi tah dalam botol yang dingin. Baru saat akan pergi menjauh dari minimarket, indra pendengarannya menangkap teriakan seorang gadis meminta tolong.

     Karena penasaran, Joey mendekati suara teriakan tersebut. Ternyata ada gang kecil dan di dalam gang itu, Joey melihat seorang gadis yang sedang diganggu oleh dua preman.

     Gadis itu ditarik paksa oleh dua preman itu. Joey terkekeh melihatnya. " Dua laki-laki mesum."

     Lalu mata Joey menyipit dan mempertajamkan penglihatannya melihat gadis itu. Seketika otaknya teringat. Ya, gadis itu teman kampusnya, salah satu the most wanted.

     Lalu indra pendengarannya menangkap dan mendengar suara memanggil namanya. "Joey, tolong !!"

     Joey menatap datar ke arah gadis dan dua preman itu. Salah satu dari preman itu menyadari keberadaan Joey.

     "Ngapain kamu, pergi kamu, dasar culun. Mau sok jadi pahlawan ? Yang ada kamu kita buat babak belur."

     Joey masih diam, dan tetap menatap datar ke arah mereka semua. Angelica yang kedua tangannya ditarik-tarik hanya bisa menangis.

     "Joey, aku mohon tolong aku."

     Joey masih saja diam, tak bergerak. Ia hanya menatap datar saja ke arah Angelica.

     Lalu salah satu preman bersuara. "Lihat anak culun, mana berani mau nolongin nih cewek."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status