Share

Diterkam Singa

Author: Ombak Lautan
last update Last Updated: 2022-03-24 22:56:36

Mata Rahmadi melotot sempurna, tangannya melayang ke pipi wanita yang baru saja mengakui sesuatu yang membuat semuanya terkejut tidak percaya. Tangis wanita itu pecah seketika.

"Bang!" bentak Rima, "Kamu kenapa kasar dengan wanita!" sambung Rima dengan suara tinggi.

Rima, tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh abang sepupunya. Memang dialah yang menelepon --Diana--wanita yang diketahuinya sedang dekat dengan Rahmadi, Rima tidak menyangka akan terjadi hal yang buruk. Sementara itu, James terlihat tersenyum penuh kemenangan.

"Dia berdusta, Rim!" bela Rahmadi.

"Belum menikah aja dah menghamili wanita lain! Gimana nanti?" ledek James, dan hampir saja adu jotos terjadi.

Bu Rina menepuk pundak anaknya dan berbisik, "jodoh enggak akan ke mana!"

James merasa di atas awan, ketika ada kejadian ini. Dia yakin, Rima akan memilihnya.. Sebab, James merasa tidak ada alasan Rima menolak lamaran darinya.

Diana bergelayut manja di tangan Rahmadi, membuat paman dan bibi Rima murka. Amukan tidak dapat dihindari, lalu mereka membawa Rahmadi dan Diana untuk pulang, menyelesaikan urusan yang tidak pernah mereka sangka.

"Rim, aku enggak pernah melakukan apapun dengan Dinda, demi Allah, Rim!" lontar Rahmadi ketika berada di depan pintu. "Tunggu aku, Rim! Jangan menerima lamaran laki-laki ini!" lanjutnya.

Rima terduduk lesu, dia tidak menyangka, malam ini akan menjadi malam yang membuat kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Bu Rina dan James diam sejenak, tidak tega melihat Rima terlalu frustasi dengan keadaan yang secara mendadak berubah.

"Rim, apa jawaban kamu untuk Pak James?" tanya Bu Rina, mengingatkan, setelah terdiam cukup lama.

"Aku ...." jawab Rima, tapi disela oleh James.

"Saya dan Dion akan menunggu kamu, Rim. Dion tadi jatuh, jadi dia enggak ikut ke sini!" ujar James.

Rima terlihat khawatir, ketika mengetahui Dion terluka. Akan tetapi, dia tidak ingin terjebak dengan menggantungkan jawabannya. Rasa bimbang mulai menyelimuti hati Rima, mimpi apa dia bisa dilamar oleh bos perusahaan.

"Satu lagi," celetuk, James. "Kamu enggak perlu risegn dari kantor selama kamu belum jadi istri saya," sambung, James dengan semangat.

"Emang saya mau jadi istri bapak?" bantah Rima, memperlihatkan wajahnya yang tidak suka.

"InsyaaAllah, mau," jawab Bu Halimah yakin, dengan menggenggam tangan anak gadisnya.

Seorang ibu tahu yang terbaik untuk anaknya, Bu Halimah melihat tidak ada kepura-puraan dalam keluarga James. Dia yakin, jika Rima akan bahagia bersama James. Hanya butuh tenaga extra untuk menaklukan hati anak sulung James.

Rima ingin membantah ibunya, tapi tidak dia lakukan. Gadis manis itu tidak ingin membuat ibunya terluka di hadapan orang lain. Dia ingin memberikan yang terbaik, apapun itu. hal inilah yang dimanfaatkan James.

"Meskipun anak saya duda, saya yang akan menjamin. Jika dia berbuat macam-macam padamu, kita berdua yang akan memukulnya hingga menyerah!" Bu Rina meyakinkan. "Umur pun, kalian hanya selisi lima tahun," sambungnya dengan senyuman manis.

Rima benar-benar dibuat tidak berdaya, hanya bisa diam tanpa menjawab apapun. Keputusan sepertinya sudah diambil untuk dirinya. Meskipun batinya bergejolak saat ini.

"Saya butuh waktu!" ucap Rima ketika Bu Rina akan berbicara.

"Baiklah. Saya juga terkesan terburu-buru, karena senang ketika mengetahui pilihan James jatuh pada Rima. Sebagai pengikat, saya berikan cincin ini untuk kamu." Bu Rina mendekati Rima dan menyematkan cicin Swarovski miliknya ke jari manis calon menantu.

"Loh, Bu. Kan, aku dah beli cincin?" rajuk James., dengan memamerkan cincin yang dia beli khusu untuk melamar.

"Nanti, saja!" ketus Bu Rina, "Kamu minta waktu berapa lama, Nak? Jangan kelamaan, ya, kasian anak-anak, terlalu bebas!" sambungnya dengan bertanya pada Rima.

Rima menggigit bibir bawahnya, kemudian melihat kepada ibunya yang tersenyum. Seperti tidak memiliki beban lagi dalam hidupnya. Lalu, beralih ke James. Laki-laki idaman wanita single di kantornya. Tidak pernah terlintas dalam benaknya hari ini terjadi, terbayangkan bagaimana dia di kantor jika teman-temannya mengetahui hal ini.

"Pak, boleh saya tetap bekerja setelah menikah?" tanya Rima hati-hati.

James mengangkat dagunya dan menatap tajam ke arah gadis yang memiliki bibir yang sexy. Ada rasa kesal dalam dirinya ketika Rima mengatakan hal itu.

"Apakah saya tidak mampu membiayai kamu?" tanya James dengan nada merendah.

"Bukan ... Bukan, maksud saya untuk keperluan yang bukan tanggung jawab bapak!" elak Rima.

Bu Rina tertawa melihat reaksi Rima terhadap James, kemudian dia mengakhiri obrolan dengan berpamitan. Tidak lupa mengatakan pada Rima untuk semakin dekat dan mengenal keluarganya, begitu juga James untuk di perkenalkan pada keluarganya.

Bu Halimah ingin mengantar tamunya hingga ke depan, tapi tidak ada yang memapahnya. Jadi, dia hanya bisa memberi salam perpisahan saja dan keluarga James memakluminya.

Sepeningalan keluarga James, Rima kebingungan ketika ibunya memberondong dirinya dengan berbagai pertanyaan. Di mulai sejak kapan mereka dekat. sejak kapan kencan dan sampai memutuskan menikah.

"Bu, Rima tidak dekat dengannya, tidak kecan dan tidak ingin menikah dalam waktu dekat!" jawab Rima dengan sekali tarikan napas.

"Usiamu sudah matang dan seharusnya sudah menikah, kenapa kamu mau menunda saat ada yang melamar kamu?" tanya Bu Halimah, "Lagi pula dia orang yang baik, pernikahannya gagal bukan karena keinginannya, kan? Ibu masih ingat saat kamu menceritakan bagaimana gosip itu tersebar di kantor kamu!" sambung Bu Halimah.

Kali ini Rima tidak membantah ibunya, di kepalanya sudah ada satu rencana yang akan dia lakukan esok hari. Rima yakin, jika ide yang tercetus tiba-tiba akan berhasil dia laksanakan.

"Ayo istirahat, Bu. Besok, Rima harus masuk kerja, Bu. Bagaimana jadinya kalau Rima dipecat?" Rima memapah ibunya masuk ke dalam kamar.

BU Halimah menarik tangan anak gadisnya dan memintanya untuk tidur bersama, Rima dengan senang hati menuruti permintaan ibunya. Rima sebenarnya sudah sangat mengantuk, tapi ibunya malah mengajaknya bernostalgia. Merasa kehilangan, meskipun masih ada di dekatnya. Rima seperti mendengar dongeng masa lalunya, lalu terlelap di pelukan ibunya yang setia membelai rambut panjang yang dia biarkan tergerai.

***

"Bu Rima, diminta ke ruangan Pak James!" titah staff HRD.

"Ada apa, Pak?" tanya Rima.

"Laporan yang di kasih Olive ke kamu kenapa belum dikerjakan?" jawabnya acuh

Dengan malas, Rima berjalan ke ruangan James. Hari ini, Rima sangat terlambat, dia datang jam sepuluh sedangkan masuk kerja jam delapan. Rima mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan, kemudian menanyakan ada apa, pada lelaki yang semalam melamar dirinya. Dengan memasang wajah dingin, James bertanya mengenai laporan yang dia minta oleh bagian keuangan.

"Maaf, Pak. Saya harus ambil dulu, saya ...." Ucapan Rima terhenti.

"Saya yakin, kamu belum mengerjakannya! Kamu datang saja sudah terlambat, bagaimana mau mengerjakan tugas yang saya minta dari pagi!" ketus James.

Rima hanya diam dan menunduk, jari jemarinya dia gunakan untuk memilin ujung kemejanya. Sebenar, James gemas melihat tingkah pencuri hatinya, yang sejak lama dia incar. Masih dengan gayanya yang dingin, James memanggil sesorang untuk masuk ke dalam ruangannya dan menyalahkannya karena keteledoran Rima. Lalu, meminta Rima mengerjakannya dengan cepat di ruangan ini.

"Bu Rima, saya mau liat ibu mengerjakannya di sini sampai selesai!" perintah James.

"Baik, Pak. Saya ambil berkasnya dulu, " lirih Rima.

Dengan cemberut, Rima keluar dari ruangan bos besar yang terkenal sangat dingin. Salah satu teman Rima mendekat ketika melihat raut wajah Rima berantakan.

"Kenapa, Rim?" tanyanya.

"Lupa ngerjain laporan!" jawab Rima lesu.

"Tumben! Biasanya paling gercep?" sindir Sari yang nimbrung.

Rima memasang wajah memelas di depan kedua teman kantornya, meminta mereka membantu juga menemaninya di ruangan James. Tapi, mana ada yang berani mengusik James yang kaku dan dingin.

"Dah dulu, ya. Singanya nanti ngamuk!" ujar Rima, dengan mempraktekkan gaya menerkam.

"Kamu hati-hati, nanti diterkam singanya!" timpal Sari dibarengi dengan suara tawa mereka.

Tanpa Dia sadari, James melihat dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Senyum smirk nampak jelas di bibirnya yang seksi.

"Tunggu saja!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Ibu Tiri   Saham3

    Rima melukai sedikit peni*s Dito, membuat remaja itu meringis kesakitan. "Baru tergores! Belum terpotong!" ancam RIma dan Dito hanya mengangguk. Rima kembali pergi, dengan membawa serta belati yang melukai Dito, sedangkan Dito memaki wanita yang tengah menyanderanya dengan kata-kata kasar. Remaja itu tidak menyangka, jika Rima bisa berbuat sejauh ini. Bahkan dirinya menjadi ciut berhadapan dengan ibu tiri dari remaja yang dia lece*hkan. "Brengsek!" teriaknya. Rima hanya tersenyum mendengar makian dari Dito, kemudian dia berjalan dengan cepat untuk keluar dari persembunyian. Kemudian dia membuka CCTV yang terhubung dengan laptopnya, menghidupkannya kembali dengan posisi semula, meski sedikit dimodifikasi. "Bu, sudah benarkan saya keluar dari sana?" tanya Bik Irah yang masih memegang alat pel. "Sempurna, Bik. Sekarang bibik masak aja, untuk sarapan kita," pinta Rima. "Besok saja membersihkannya, sehari enggak dibersihkan, enggak masalah." Rima menjawab sebelum Bik Irah bertanya, da

  • Pembalasan Ibu Tiri   Saham2

    Pagi-pagi sekali, Rima keluar dari rumah. Menuju ke supermarket terdekat, mengambil beberapa cemilan, roti dan juga susu. Kemudian menuju kasir, untuk membayar semua yan sudah dibeli olehnya."Makasih, ya, Mbak!" ujarnya setelah sang kasir memasukkan semua belanjaan ke dalam kantong yang dibawa oleh Rima."Sudah semua, ya, bersama titipannya," balas sang kasir dengan lirih di ujung kata-katanya.Rima keluar dengan membawa kantong yang berisi penuh dengan semua aneka camilan, dan dia taahu, jika ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan sangattajam, sembari berpura-pura memgang minuman."Kalian masih mengintaiku?" gumam Rima kesal.Ponsel Rima berbunyi, dan wanita itu langsung menerima panggilan dari ternyata dari Satria. Mantan kekasihnya itu menanyakan, apakah dirinya aman setelah menerima bingkisan darinya ataau tidak. Rima membaritahu Satria, jika dirinya aman dan sudah sampai di rumah.Semalam, Rima menanyakan tentang efek samping dari penggunaan obat itu pada Satria. Bagaima

  • Pembalasan Ibu Tiri   Saham

    "Bukan begitu, sayang. Aku_"Rima langsung memotong ucapan James dengan cepat."Sudahlah, Mas. Yang penting aku selalu jaga hati dan tubuhku hanya untuk kamu,"Rima langsung mengakhiri panggilan, dan meletakan ponselnya di atas meja. Mendengkus kesal, karena merasa tidak dihargai oleh suaminya sendiri."Bibik aja yang angkat!" ucap Rima malas. "Bilang saja, aku sedang tidak mau diganggu!" Rima menambahkan sedikit permintaan.Bik Irah mengangguk dan segera menerima panggilan dari James untuk kedua kalinya. Seperti dugaan Rima, Bik Irah bisa diandalkan. Rima meyakini, jika suaminya itu bertanya banyak hal pada Bik Irah. Terbukti jawaban dari wanita tua di sampingnya itu, yang kadang tersenyum dan terkadang terlihat khawatir."Siap, Pak!"Di akhir panggilannya, dan Bik Irah meletakkan ponsel Rima kembali di tempatnya semula."Apa aja yang ditanya Mas James, Bik?" Rima bertanya seperti menyelidik."Pak James hanya khawatir pada ibu, dan menanyakan apa ibu pernah pergi dalam waktu yang lam

  • Pembalasan Ibu Tiri   Hampir saja2

    Rima terlihat marah pada Satria, yang menyangkal tentang keterlibatan Sandi dalam kasus anak sambungnya. "Aku mendengar sendiri, jika dia menggauli Sherly dan mengatakan hal tidak senonoh padaku!" bantah Rima. "Tidak, yang aku tahu, dia tidak ikut dalam pencab*lan itu!" Satria masih kukuh pada ucapannya. "Dan kamu sudah tahu siapa saja yang melakukan hal bejad itu, kan?" tanya Satria kemudian. "Pergila, aku hanya meyakini apa yang memang terjadi dan kuketahui!" Rima pun tidak merubah keputusannya. "Jangan gegabah, nanti kamu salah sasaran!" ketus Satria. Lelaki itu, lalu berpamitan dan meninggalkan Rima yang masih yakin dengan apa yang akan direncanakannya. Sedangkan Satria menghela napas panjang, terlalu sulit untuk membuktikannya sekarang. Rima duduk di kursinya dan kembali menyesap teh lemon buatannya, Menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. "Bu, saya melihat diary milik non Sherly," bisik Bik Irah. Perhatian Rima teralihkan, meminta Bik Irah untuk mengambilnya. Wanit

  • Pembalasan Ibu Tiri   Hampir saja

    Ayah Dito langsung memperintahkan anak buahnya untuk mengeledah seisi rumah dan melihat CCTV yang terpasang di rumah Rima. Sedangkan Rima dan Bik Irah duduk dengan santai di meja makan, bahkan Rima menyedu teh lemon hangat dan menyesapnya perlahan. Setengah jam mereka mencari dan berputar-putar dengan sangat teliti, tapi tidak menemukan apa yang mereka cari, dengan kesal ayah Dito mendekati Rima. Mengacungkan senjata dan mengancam wanita yang pura-pura lemah itu. "Cepat, katakan di mana anakku?" tanyanya dengan menekan ujung pist*lnya di pelipis Rima. Satria yang melihat itu tentu saja sangat geram, tapi tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, karena baju yang sedang dia kenakan. "Saya sudah mengijinkan bapak untuk mencari anak bapak di sini, dan apakah saya mengijinkan bapak untuk mengancam saya?" tanya Rima yang makin membuat emosi lelaki di depannya memuncak. "Kamu tidak tau siapa saya?" tanyanya dengan membentak Rima, dan matanya melotot sempurna. Sehingga memperlihatkan am

  • Pembalasan Ibu Tiri   Target Selanjutnya

    Rima langsung mengakhiri panggilan dan menatap remaja yang mulai sadar akan keberadaannya yang menyedihkan."Tante, Lepasin aku!" teriak Dito dan hanya ditangapi dengan senyum hina dari Rima.Dito terus memaki, ingin rasanya Rima membalasnya. Akan tetapi disadarkan oleh Bik Irah yang menanyakan tentang makanan yang dia bawa tadi.Rima berjalan ke meja, lalu mendekati Dito yang masih terus menhardiknya. Tatapan Rima, sebenarnya membuat nyali Dito sedikti ciut, tapi dia tidak mau kalah dari wanita yang dia anggap tidak ada apanya."Kamu butuh asupan untuk terus menghardikku, jika tidak kamu akan kelapan dan tidak ada yang bisa menolongmu. Bahkan harta orang tuamu yang sangat banyak itu! Ingat, kamu belum membuatku merasakan kenikmatan yang kamu tawarkan," ujar Rima dengan nada penuh penekanan.Dito diam, setelah mendengar penuturan Rima, mungkin dia berpikir, benar apa yang dikatakan Rima. Dirinya tidak akan bisa keluar dengan selamat, jika dirinya tidak memiliki tenaga.Rima meminta Bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status