Pesta ulang tahun pernikahan Paman Hamzah dan Bibi Auliya merupakan salah satu pesta yang menurutku begitu mewah dan berkesan. Para tamu undangan terlihat begitu suka cita menyambut kedatangan suami istri itu. Aku hanya duduk sendirian di sebuah meja bundar yang dikelilingi oleh empat kursi yang masih kosong.Mas Akbar? Pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Karena merasa tidak nyaman dengan tatapan mata keluarga dari pihak Mas Akbar, aku memutuskan untuk duduk sendiri, tanpa ingin diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting yang sebenarnya mereka sudah tahu Jawabannya."Sendirian?" aku menatap pria dengan postur tubuh tinggi sedang menatap diriku. "Abian?" "Boleh aku duduk?""Tidak ada yang melarangnya," jawabku sinis. Entah mengapa, diriku justru melampiaskan kekesalanku pada Abian. Pria itu nampak mengambil tempat duduknya yang berhadapan langsung dengan diriku."Lihatlah pasangan suami istri itu, mereka sudah menikah selama tiga puluh tahun. Sebuah bukti bahwa
Sehari sebelum pesta pernikahan.Akbar memijat kepalanya walaupun tak terasa sakit sama sekali. pria tampan berhidung mancung tersebut nampak begitu frustasi saat mengiyakan ajakan mawar agar menemani istrinya itu pergi ke pesta paman Hamzah dan Bibi Auliya. belum sempat Ia bangun dari posisi tidurnya, ponselnya kembali bergetar. Akbar pikir, Mulan yang menghubungi dirinya. Saat Akbar memperhatikan layar ponselnya, ternyata nomer Jimmy mengirim sebuah pesan singkat. Karena rasa penasarannya, Akbar segera membuka pesan singkat tersebut. dan sebuah foto Mulan telah tergambar jelas sedang memberikan botol dot susu pada Nathan.Wajah Akbar memerah menahan amarahnya. Berulang kali Akbar telah mewanti-wanti agar Mulan tidak memberikan susu formula untuk Nathan. Karena Akbar menginginkan anaknya itu bisa menikmati Asi ibunya selama enam bulan pertamanya. Tapi, lihatlah foto ini. Mulan telah membuat kesalahan besar dengan memberikan susu formula pada Nathan. Dengan perasaan yang bercampur ad
Akbar segera memarkirkan mobilnya di tempat yang telah disediakan. Walaupun pesta diadakan di rumah, tapi Untuk memarkirkan sebuah mobil saja, Akbar sedikit kesulitan karena banyaknya tamu kendaraan yang telah terparkir di halaman rumah megah tersebut.Setelah mendapatkan bantuan dari penjaga keamanan, Akbar segera bergegas menuju ke dalam rumah sang pemilik pesta. Namun, bukan untuk memberikan selamat pada sang pemilik rumah, melainkan untuk menemui Mawar. Sebenarnya Akbar tidak memiliki minat untuk dapat menghadiri acara ini, tetapi saat ia datang ke rumah Mulan, wanita itu sudah tidak berada di rumahnya. Nathan telah dititipkan oleh orang kepercayaan Akbar, yaitu Santi. Kepergian Mulan membuat Akbar merasa kesal sekali, karena wanita itu tidak izin pada dirinya. Bahkan, Santi juga tidak mengetahui kepergian majikannya itu. Hanya saja, Santi mengatakan bahwa pakaian yang dikenakannya Mulan sangatlah bagus dan terkesan mewah, tidak seperti biasanya."Abian, tolonglah. Aku harus pergi
Dengan perasaan kurang nyaman, aku masuk ke dalam mobil Abian. di perjalanan menuju pulang, pandanganku tertuju pada kaca jendela mobil untuk melihat pemandangan kota minyak yang begitu indah. jalanan kota Balikpapan yang stabil membuat penggunanya begitu menikmati momen malam hari ini."Apa kau menikmati perjalanan ini?"Kualihkan arah pandangku pada Abian. Pria itu nampak begitu gagah saat dilihat dari samping. Hidungnya yang mancung begitu terlihat memikat siapa saja yang melihatnya.Kulitnya yang putih dan bersih."Mawar?" "Hah?"Abian nampak tersenyum sembari memandang sekilas wajahku."Kau tertangkap basah sedang memperhatikan diriku."Aku merasa sangat malu dengan sederet kata yang mampu membuat pipiku memerah. "Tidak!" elakku tanpa berani menatap ke arah Abian."Apa alasanmu pergi dari pesta sebelum bertemu dengan Paman Hamzah?"Seketika tubuhku menegang mengingat wajah Mulan yang tersenyum manis saat memasuki rumah paman Hamzah. Bagaimana bisa pelakor Seperti dirinya bisa d
"Dimana Mawar?" ulang paman Hamzah yang terlihat melihat sekelilingnya."Mawar, aku dan istriku tadi tidak berangkat bersama paman. Tapi, tadi kata Herman, Mawar telah tiba terlebih dahulu."Paman Hamzah berpaling menghadap diriku. Kedua alisnya tampak terpaut menjadi satu. Kerutan di keningnya menandakan bahwa beliau masih belum paham penjelasanku."Kenapa harus berangkat sendiri?""Aku ada urusan kantor yang tidak dapat aku tinggalkan."Paman Hamzah tersenyum miring menanggapi jawabanku."Kau pikir paman ini bodoh?" Akbar memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Tubuhnya nampak begitu gelisah."Kantor itu hanya alasan. Bukankah begitu? Jangan main api kalau tidak mau terbakar. Besok siang, temui aku di hotel. Aku dan ayahmu sepakat bahwa kau akan mengelola bisnis kami, pilih salah satunya." Kata-katanya terdengar tidak ingin dibantah oleh Akbar."Tapi, paman…bagaimana dengan tempat kerjaku sekarang?"Paman Hamzah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Akbar. Beberapa tamu und
"Apa kau sudah GILA?! Berani-beraninya kau datang ke rumah pamanku dan membuat kekacauan seperti itu!!" suara kemarahan Akbar begitu memekakkan telinga. Mulan hanya dapat menundukkan kepalanya menahan rasa takut dan kesal bersama karena perlakuan Akbar yang biasanya romantis mendadak menjadi monster yang terlihat begitu menyeramkan."Dari mana kau mendapatkan undangan itu?" Mulan menatap wajah Akbar. Wanita itu dapat melihat raut wajah kemarahan terpancar dari wajah Suaminya itu. "Tenanglah mas, nanti Nathan akan menangis mendengar keributan ini." Mulan mencoba untuk menenangkan emosi Akbar."Nathan? apa kau lupa bahwa aku telah mengirimkan Santi ke Hotel agar kita bisa menyelesaikan masalah ini?"Mulan kembali menundukkan kepalanya menatap lantai putih rumah. Saat sampai di rumah, ia ingat Santi dan Nathan dijemput oleh Jimmy."Bagaimana, apa kau sudah mengingatnya?" Akbar mendengus kesal. "Aku juga tidak tahu mas, ada seorang pria yang memberikan Undangan tersebut.""Jadi, ada or
Setelah berhasil mengantarkan Mawar pulang ke rumah, Abian tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan menemui Aslan yang saat ini masih berada di acara peringatan ulang tahun pernikahan Paman Hamzah. ada beberapa hal yang harus didiskusikan dengan Aslan terkait proyek kerja dengan Mawar.Di sepanjang perjalanan, Abian masih saja membayangkan wajah cantik Mawar saat menghadiri pesta. Wanita itu terlihat nampak anggun dengan baju gamis brokat model terbaru. Wanita itu benar-benar telah mencuri hatinya dan itu sudah berlangsung sejak lama. Jadi, menurutnya tidak salah jika dirinya membantu memperlihatkan sisi gelap Akbar, Suaminya. Karena pada dasarnya, Abian tidak akan rela begitu saja jika pujaan hatinya disakiti oleh orang lain. ***"Kenapa diam Mas?" tanyaku penasaran ingin mendengar jawaban yang akan keluar dari mulut manis suamiku. Saat aku memperhatikannya bibirnya, ada warna lipstik menempel pada bibir suamiku itu. Wah, sepertinya Mas Akbar telah mendapatkan jatah dari istri
Balikpapan adalah kota kelahiranku. Kota yang sering disebut sebagai kota Minyak ini sangatlah indah menurutku. Suasana yang nyaman dan aman. dari segi manapun, aku selalu jatuh cinta pada kota kelahiranku ini. "Apa yang kau lamunkan?"Pertanyaan itu membuat lamunanku buyar seketika. aku memandang wajah Abian yang terlihat tersenyum manis padaku."Kita sudah sampai?" tanyaku saat menyadari mobil Abian telah berheti di bahu jalan."Dari dua menit yang lalu." Jawab Abian. "Maaf, aku tidak memperhatikan hal ini.""Tidak ada yag perlu dimaafkan, kau tidak salah. Lalu, apa yang akan kita lakukan di sini?"aku menatap disekelilingku dan melihat di seberang jalan sana terdapat Bandara internasional Sepinggan Balikpapan. Sebuah tempat yang akan mengantarkan kita ke berbagai daerah atau negara yang kita inginkan."Kau ingin berpergian?""Hah?""Aku bercanda, ayo keluar…kita lihat-lihat daerah ini."Setelah mengatakan hal itu, Abian segera turun dari mobil disusul dengan diriku.Kami berjalan