“Maria akan dipindahkan siang ini. Cepat kamu bantu Fredrik.”Secara tidak sengaja Aleya mendengar ucapan seorang penjaga lelaki dari ruang tengah. Aleya mengurungkan niatnya ke kamar. Ia malah mengikuti para penjaga yang bergegas ke lorong tempat Maria disembunyikan.Rita mencegah Aleya, “Nyonya, sebaiknya jangan ke sana.”“Maria pasti akan di bawa ke kantor polisi. Kalau dibawa ke sana malah akan mengancam nyawanya. Dia lebih aman di sini.” Aleya yang panik menepis tangan Rita dan segera menuju lorong.Langkahnya dihentikan oleh penjaga lelaki yang bertugas berjaga di lorong tersebut.“Maaf, Anda tidak boleh ke sana. Ini pesan Tuan,” ujar penjaga tersebut.Aleya berdiri sambil memikirkan cara untuk menemui Maria. Tidak lama kemudian ia mendapatkan ide.“A-aku kini adalah Nyonya Yavid. Kamu seharusnya mendengarkan perintahku juga.”Aleya terlihat gugup, tapi hanya ini satu-satunya cara untuk bertemu dengan Maria.Penjaga tersebut terlihat bingung, “Maaf, Nyonya. Tapi Tuan mengatakan
“Dia tidak akan selamat.”Aleya bergumam sambil menangisi nasib yang akan dialami oleh Maria. Rita duduk di sampingnya dan mencoba menenangkan.“Maria pantas mendapatkan hukuman, jangan menyalahkan Tuan. Tidak mudah baginya untuk membiarkan orang bersalah.” Bela Rita dengan nada suara lembut.Aleya bergeming, pikirannya tetap tertuju kepada Maria. Selain itu, ia juga teringat kepada anaknya Maria yang masih kecil.“Aku memikirkan nasib anaknya Maria, dia butuh uang untuk pengobatan. Meski cara Maria mencari uang itu salah, tapi dia lakukan semata untuk anaknya,” Aleya menoleh ke Rita, “sebesar itu kasih sayang seorang ibu demi anaknya. Seorang ibu rela lakukan apapun demi anaknya, walau itu berseberangan dengan norma.”Rita menyimak semua ucapan Aleya, betapa baiknya wanita yang ada di hadapannya dan sudah menjadi istri Tuannya.Aleya menghapus air matanya, “Keluargaku tidak akan melepaskan Maria. Jika mereka tahu Maria ada di kantor polisi, segala macam cara mereka akan mengeluarkan
“Tuan tidak ingin diganggu.”Gavin terlihat gugup, jika Aleya memaksa masuk, maka ia akan dapat hukuman dari Tuannya.“Gavin, biarkan Nyonya masuk.” Suara Rita lembut, tapi matanya melotot kepada Gavin.Gavin dan Rita sudah dekat sejak mereka bekerja dengan Yavid selama lima tahun. Mereka sempat terpisah karena Rita bertugas menjaga Aleya di rumah Jarvis.Mereka berdua seperti kakak beradik. Rita yang sering memberi nasihat dan membantunya dalam situasi apapun. Gavin selalu segan menolak permintaan Rita.“Ba—baiklah. Tapi jangan sampai Tuan terbangun.”Gavin membukakan pintu kamar Yavid setelah Aleya mengangguk setuju.Gavin membiarkan pintu kamar Yavid terbuka sedikit untuk mengawasi majikan mereka. Namun, Rita malah menutup rapat pintu kamar tersebut.Gavin terkejut lalu menoleh ke Rita bermaksud ingin protes. Tapi Rita sudah lebih dahulu bicara.“Biarkan mereka berdua. Kamu ingin Tuan dan Nyonya bersatu, kan?”Gavin mengangguk cepat.“Jangan ganggu mereka. Tuan kita tidak akan meny
“Wanita bodoh ini malah tidur di sini?”Hardik Yavid kepada wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya tersebut. Ia mengambil handuk kecil yang ada di kepala Aleya dan berniat akan melemparkannya hingga wanita berambut hitam tersebut bangun.Namun, belum sempat melemparkan handuk tersebut, posisi kepala Aleya berubah. Aleya memiringkan kepalanya, sekarang wajah cantiknya terlihat. Beberapa bekas luka gores dan memar tidak mengurangi kecantikan wanita berusia dua puluh empat tahun tersebut.Yavid mengagumi kecantikan Aleya diam-diam. Ia menurunkan tangannya yang siap melemparkan handuk kecil itu ke wajah Aleya. Sekarang Yavid malah menikmati kecantikan wanita yang ada di hadapannya.“Hmmm, sudah pagi ya?” Aleya mulai bangun, suaranya lembut.Yavid mendadak salah tingkah, seolah kepergok sedang melakukan hal yang tidak sopan. Padahal hanya memandangi wajah Aleya saja.Akhirnya Yavid berpura-pura tidur lagi dalam posisi duduk bersandar.Sementara itu, Aleya mengangkat kepalanya dan bada
“Tony, anak yang masih berusia lima tahun membutuhkan ibunya.”Aleya menatap kedua mata Yavid yang sedari tadi memperhatikannya. Beberapa detik pandangan mereka saling beradu. Aleya mencari celah kelemahan Yavid dari tatapan tajamnya.“Maria sangat menyayangi Tony. Keadaan yang membuat Maria melakukan semua kesalahan ini. Aku memaafkan Maria.”Aleya menghela napas panjang. Ia berharap Yavid juga bisa memaafkan Maria atas pengkhianatannya. Sedari tadi lelaki dingin itu tidak membantah atau memotong ucapan Aleya.Aleya merasa Yavid akan memaafkan Maria sama sepertinya. Senyum terukir di bibir merah Aleya.“Kembali ke kamarmu!” ujarnya singkat dengan nada dingin.Senyum di bibir Aleya seketika menghilang, “Kenapa? Kita sedang membicarakan Maria.”Yavid menghabiskan segelas air putih, lalu kembali menatap Aleya, “Apakah dari tadi aku menunjukkan kepedulianku untuk pengkhianat itu?” tatapan dinginnya membuat Aleya menelan salivanya.Rasa takut mulai menjalar di hati Aleya, “Astaga, ternyat
“Bayangan itu tampak berbeda.”Aleya berdiri di dalam kamarnya, melihat pantulan bayangannya sendiri yang terasa asing. Hidup di antara dua keluarga yang serakah dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta yang berlimpah, rasanya tidak ada tempat bagi orang yang lemah hatinya seperti Aleya.Sikap dan perasaan Aleya berbanding terbalik dengan sikap keluarganya yang menentang kebaikan, kecuali menguntungkan.“Ada apa, Nyonya?” Rita menghampiri majikannya tersebut.Aleya bergeming, ia masih asyik menatap bayangan dirinya yang terpantul di dinding kamarnya. Menikah dengan Yavid menjadi babak baru dalam hidupnya. Babak yang akan penuh ujian, tapi juga penuh hikmah yang belum ia pahami.Namun dalam hatinya ada keyakinan mulai tumbuh, Yavid berjanji akan menjaganya apa pun yang terjadi.Aleya menghela napas panjang, “Aku masih resah mengingat semua tentang keluarga ini, pernikahan ini?”Rita mengerutkan dahinya, “Maksud Nyonya?”“Semuanya bertentangan denganku. Aku selalu salah dima
“Apa maksud senyum kamu itu?”Aleya menghapus air matanya sambil menatap ke Rita yang masih tersenyum geli. Wanita penjaga itu mengambil tas hitam kecil dari area walking closet.Belum juga terjawab pertanyaan sebelumnya, Aleya dibuat bingung dengan tas hitam yang berukuran cukup besar yang akan dibawa oleh Rita.“Apa itu? Kenapa kamu bawa tas itu? Apa isinya barang-barangku yang diberikan Yavid?”Aleya terus mencecar Rita dengan pertanyaan. Namun, tidak satu pun pertanyaan yang dijawab. Bukannya menjawab semua pertanyaan majikannya, ia malah menyarankan Aleya untuk mandi dan segera ganti pakaian.“Nyonya sebaiknya segera membersihkan diri dan berganti pakaian, kita semua akan pergi.” Pinta Rita sambil tersenyum.Wajah Aleya cemberut, “Penjaga mana yang berani memerintah majikannya seperti itu! Huh!” Aleya kesal dengan sikap Rita, tapi ia mengikuti semua ucapan penjaganya tersebut.Setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, Aleya menghampiri Rita yang sudah menunggu di de
“Kamu terlalu lugu.”Yavid masih mengunci pandangannya ke wajah Aleya. Tatapannya lembut, tidak menunjukkan keegoisan yang selama ini lekat dengan sosoknya.Aleya menoleh, “Lugu? Siapa? Aku?”Yavid tersenyum meledek lalu memalingkan pandangannya lurus ke depan tanpa menjawab. Aleya hanya bisa menerka maksud ucapan Yavid barusan, ia tidak berani bertanya jika wajah dingin itu kembali terpampang.“Kadang terlihat baik, lalu berubah menyeramkan lagi. Ada apa dengan lelaki ini? Sulit ditebak,” gumam Aleya dalam hatinya.Walau banyak pertanyaan bergelayut di pikirannya, tapi nyatanya tidak ada satu pun yang berani ia utarakan. Aleya memilih diam dari pada harus mendengarkan kata-kata tajam dari mulut Yavid.Keduanya kembali membisu dan hanya keheningan yang menguasai kabin Landy Cruisery tersebut.Sekarang mereka sudah tiba di sebuah rumah yang memiliki halaman depan yang luas, di penuhi oleh taman bunga. Di sana ada bunga mawar merah dan putih tumbuh rapi berdampingan. Lalu ada bunga amar
“Kita belum tahu rencana mereka selanjutnya, maka dari itu tetaplah tenang.”Rita kembali berbisik kepada Aleya sambil terus memperhatikan Belina dan James yang belum menyadari kehadiran mereka.Aleya mengangguk pelan, logikanya harus lebih tajam dibandingkan dengan emosinya. Menghadapi wanita licik seperti Belina harus menyingkirkan emosi dan mengedepankan logika berpikir agar bisa tepat melawan semua rencana jahatnya.“Kenapa kamu sekarang ingin melihat Aleya menderita? Bukankah beberapa bulan lalu kamu sangat membelanya?” tanya Belina kepada James.Pertanyaan yang membuat Aleya penasaran dengan jawaban lelaki yang pernah berjanji akan selalu melindunginya, tapi sekarang malah berbalik menyerangnya. Yang lebih menyakitkan, James malah bekerja sama dengan Belina, salah satu wanita yang paling ia benci.Aleya dan Rita mengira James pasti akan mengatakan rahasia yang selama ini Yavid tutupi dari keluarganya, yaitu pernikahan antara Yavid dan Aleya yang dilakukan secara diam-diam.James
“Kamu sekarang menjadi wanita hebat dan kuat. Aku semakin bangga kepadamu.”Yavid memuji istrinya tersebut, sontak saja hal tersebut membuat Aleya terperangah.“Kamu barusan memujiku?” tanyanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut suaminya tersebut, “Aah, terima kasih suamiku,” lanjut Aleya lalu memeluk suaminya.Yavid menjadi salah tingkah dengan tingkah Aleya yang memujinya juga dan bermanja kepadanya. Padahal sebelum hilang ingatan, Aleya selalu menjaga jarak dengan Yavid, sikapnya juga tertutup. Namun, setelah kecelakaan yang membuat keduanya harus terpisah dan sekarang bersatu kembali, keduanya mengubah kebiasaannya demi menyenangkan pasangannya.Kini Aleya terlihat senang dengan Yavid yang tidak segan memuji dirinya. Walau terlihat kikuk, Yavid sebenarnya sangat menyukai Aleya yang bermanja kepadanya.“Sudah! Jangan menggoda aku lagi,” ujar Yavid sambil menunduk malu.Aleya tersenyum geli melihat tingkah suaminya tersebut, “Iya, iya. Kita bicarakan lagi mengenai B
“Aku tidak akan berhenti hingga dia tidak bergabung lagi dengan perusahaan keluarga kita.”Belina bersikukuh dengan keinginannya, bahkan dia tidak peduli jika harus berhadapan dengan kakaknya sendiri.“Jika dia keluar, kamu bisa apa? apa keahlianmu dalam menjalankan perusahaan ini? Bahkan suami dan anakmu saja tidak becus mengurus perusahaan yang aku berikan untuk mereka. Bangkrutnya perusahaan mereka bukan karena orang lain, tapi karena kelalaian anak dan suamimu. Jadi, jangan menyalahkan orang lain atas kegagalan kalian,” tukas Yavid yang masih duduk di kursi kerjanya.Verrel tidak bisa membela dirinya sendiri, karena semua ucapan kakak iparnya tersebut adalah kenyataan.“Verrel, katakan sesuatu!” sentak Belina kepada suaminya tersebut.Namun, Verrel hanya diam sambil melengos salah tingkah.“Verrel!” teriak Belina yang gemas dengan sikap suaminya tersebut yang diam dan tidak membelanya.“Apakah ini ada hubungannya dengan masa lalu kita? Apakah karena datangnya Kristy membuat mengun
“Kamu sangat perhatian, tidak heran dia pernah memilih kamu.”Ucapan Aleya membuat Kristy mengerutkan dahinya. Secara tidak sengaja Aleya mengucapkan kalimat yang mengarah kepada hubungannya Kristy dengan Yavid di masa lalu.“Dia? Siapa dia? Apa yang kamu bicarakan?” tanya Kristy bingung.Aleya terkejut dengan ucapannya sendiri, sekarang ia bingung menjelaskan maksud ucapannya. Melihat majikannya kebingungan, Rita segera mengalihkan percakapan.“Nyonya. Sebentar lagi saatnya Anda minum obat yang dokter berikan tadi. Sebaiknya Nyonya makan dahulu sebelum minum obat,” ujar Rita yang tiba-tiba berdiri di antara Kristy dan Aleya.“Oh, i- iya benar. Aku harus minum obat dulu,” ujar Aleya yang terkejut dengan sikap cepat tangga Rita.Kristy juga terkejut dengan kehadiran Rita yang tiba-tiba ada di sampingnya, “I-iya ya. Harus minum obat sekarang?”Rita mengangguk dengan cepat dan membuat Kristy lupa dengan pertanyaannya kepada Aleya.“Sebaiknya kamu segera pergi ke restoran terdekat dan ma
“Pintu keluar ada di sana. Silakan pergi dari sini sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeret kalian berdua.”Aleya menunjuk ke arah pintu keluar sambil tersenyum tipis. Sedangkan wajah Mila dan Angelina terlihat marah. Mereka tidak terima diperlakukan kasar oleh Aleya.“Aktingmu kurang meyakinkan, lain kali berusaha lebih keras ya,” ujarnya sambil tersenyum.Hal tersebut membuat Angelina menggila.“Aarrghh! Dasar anak kurang ajar!” teriak Angelina sambil melemparkan apa saja ke arah Aleya.Tentu saja Rita dengan sigap menghalangi dan mendorong tubuh Angelina berkali-kali agar tetap menjauh dari Aleya.Dengan santai Aleya menghubungi keamanan dari telepon kantor.“Pak bawa empat anak buahmu ke ruangan saya, sekarang!” perintah Aleya sambil menyaksikan Angelina mengamuk.Ada kepuasan tersendiri melihat Angelina marah dan menunjukkan sifat aslinya yang menyeramkan.Tidak lama kemudian empat orang keamanan masuk ke ruangan Aleya.“Ada apa Nyonya?” tanya Parman ketika memasuki ruang ke
“Aku tidak akan memaafkan orang yang telah menghina ibuku.”Mila semakin emosi kepada Aleya yang mempermainkan ibunya, apalagi kakak tirinya itu sengaja melemparkan uang ke arah mereka.“Kini kamu tahu apa yang aku rasakan sepuluh tahun lalu. Kini kamu juga mengerti kenapa aku enggan memaafkan kalian. Kamu membela ibumu dan aku membela ibuku.” Aleya menatap tajam kepada Mila.Pikirannya seolah kembali ke masa lalu, saat itu mendiang ibunya selalu dibandingkan dengan wanita idaman lain ayahnya, yaitu Angelina.“Ibuku sudah mengetahui perselingkuhan antara ayahku dengan ibumu. Bukannya menyesal, tapi ibumu malah ingin menyingkirkan ibuku agar menjadi istri sah dan mendapatkan harta keluargaku.” Suara Aleya bergetar ketika mengungkit kembali luka yang telah lama bersarang dihatinya.Mendengar ucapan Aleya membuat Kristy tertegun, begitu juga dengan Angelina yang sedang memungut uang yang berserakan di lantai. Seketika ia mematung setelah mendengar ucapan anak tirinya tersebut.Angelina p
“Sebenarnya kami sangat menyayangimu, Aleya. Hanya saja, kami terpaksa harus berpura-pura membencimu.”Angelina mencoba meluluhkan hati anak tirinya tersebut. Namun, Aleya tetap bergeming sambil menatap tajam ke Angelina.Senyum tipis terukir di bibir Aleya, “Sekarang predikat kalian bertambah, selain menjadi orang yang serakah, kalian juga orang-orang yang penuh drama. Kalian sungguh menganggap aku bodoh?”Angelina mendekati dan memegang ujung meja kerja Aleya, “Sungguh, aku memang menyayangimu,” ujarnya dengan wajah yang meyakinkan.“Rita! Bersihkan meja yang di pegang oleh wanita itu!” Aleya memberikan perintah kepada Rita.Awalnya Rita sempat bingung dengan perintah Aleya, tapi kemudian ia mengerti maksud majikannya tersebut. Ia segera membersihkan ujung meja yang sempat di pegang oleh Angelina dengan tisu.Melihat perlakuan Aleya kepada ibunya membuat Mila marah.“Kak Aleya. Sekarang kamu sombong sekali! Sampai hati kamu perlakukan ibuku seperti itu,” sentak Mila yang sedari tadi
“Pantas saja kamu menghilang selama beberapa bulan. Ternyata kamu mengalami kecelakaan.”Kristy baru mengetahui alasan Aleya menghilang tanpa kabar, meskipun awalnya ia merasa kesal tapi setelah mengetahui alasan sebenarnya Kristy akhirnya mengerti.“Kenapa kamu tidak jelaskan sejak awal? Kalau aku tanya, kenapa tidak pernah menjawab?” tanya Kristy lagi.Aleya tidak langsung menjawab pertanyaan rekan kerjanya tersebut, malah tersenyum lalu memegang tangan Kristy.Melihat tingkah rekan kerjanya yang tidak lekas menjawab, membuat Kristy mencubit pelan lengan Aleya.“Ish, kamu bukannya menjawab malah tersenyum saja,” ujar Kristy kesal, tapi Aleya malah semakin terkekeh.Kemudian dokter Fahmi datang dan segera menghampiri Aleya yang masih duduk bersandar dengan tisu yang masih menutupi salah satu lubang hidungnya.“Syukurlah, Dokter datang,” Rita yang panik segera mempersilahkan dokter Fahmi memeriksa keadaan majikannya.Setelah beberapa saat memeriksa keadaan Aleya, Dokter Fahmi akhirnya
“Aku punya rahasia yang akan membuat wanita licik itu pergi.”Aleya menatap tajam ke arah Belina yang duduk dengan angkuh di kursi tamu.“Apa maksud kamu?” tanya Kristy bingung dengan ucapan Aleya.Kemudian dengan santai Aleya menghampiri Belina dan duduk di sofa yang berada berseberangan dengan Belina. Rita dan Kristy mengikuti langkah wanita berusia dua puluh empat tahun tersebut dan berdiri di belakang Aleya.“Wah, rupanya keberanianmu masih besar ya?” Belina tersenyum sinis.Aleya juga tersenyum, “Menghadapi kamu memang harus punya keberanian yang besar dan juga kekuasaan yang besar,” tukas Aleya tetap tersenyum.Melihat Aleya tidak menunjukkan rasa takut, membuat Belina kesal. Raut wajahnya berubah masam. Kini wanita berusia empat puluh tahunan tersebut menunjukkan kemarahannya.“Wanita sialan seperti kamu tidak layak bergabung dengan perusahaan keluargaku!” hardik Belina sambil menatap tajam ke arah Aleya.Namun, Aleya masih tersenyum tanpa menggubris ucapan kasar mantan mertuan