PERHATIAN!
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, atau lain sebagainya itu hanya ketidaksengajaan. Silakan ambil hikmah dan sisi positifnya, sisi negatifnya buang jauh ke laut. Terimakasih. #Salam Senyum Manis
Note : Tetap utamakan baca alqur'an ya gengs ...
_________________________________________________
Part 1
Ku lihat jam dinding kamarku menunjukkan pukul empat dini hari. Aku terbangun dari tidurku. 'Kemana mas Arya? ' batinku.
"Lisa, sudah bangun? " ucap lelaki memasuki kamarku. Itulah mas Arya suamiku. "Jangan tidur lagi, siap siap sholat subuh sana, " ucapnya lanjut. "Aku libur, Kamu Mau kemana Mas? rapi sekali, " tanyaku. "Aku ada urusan. ""Sepagi ini ?, urusan apa yang membuatmu dandan serapi dan sewangi ini?" tanyaku penasaran. "Sudahlah, kamu tak perlu tahu," lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukanku.Pernikahan kami baru berusia tiga tahun tetapi setahun belakang sikapnya mulai berubah semenjak dokter menvonis ada masalah di rahimku yang akan membuatku sulit untuk hamil.
Aku sempat berfikir apakah aku salah memilihnya sebagai suamiku? Karna semenjak kenal, mas Arya tidak mempunyai pekerjaan tetap yang membuat orang tuaku tak menyukainya. Setelah menikah pun mas Arya beserta ibu dan adik bungsunya ikut tinggal di rumah pemberian orang tuaku. Tentang pekerjaannya pun dia dipercaya untuk mengelola restoran orang tuaku. Sementara aku sibuk mengurus mini market yang ku dirikan di sebelah rumahku.
Setelah mas Arya pergi, aku langsung bergegas menuju garasi untuk membuntutinya. Jelas aku sangat curiga. Setiap kali ia pulang larut malam hingga tak pulanh sekalipun aku tak pernah berpikiran negatif itu karna ibunya menjamin bahwa mas Arya memang benar berurusan dengan pekerjaan. Tapi kali ini hatiku berkata lain melihat dia begitu necis dipagi buta.
'Rumah sakit, siapa yang sakit? ' batinku melihat ketika melihat mobil mas Arya memasuki halaman rumah sakit.
Ku ikuti langkah mas Arya hingga ia memasuki suatu ruangan yang membuat pikiranku semakin tak karuan. Ruang bersalin. Tak lama kemudian aku melihat ibu mertuaku beserta adik adik iparku berdatangan. 'Apa yang mereka lakukan? ' batinku.
Lebih dari dua jam aku menunggu. Aku melihat mas Arya keluar dari ruangan itu bersama seorang wanita yang ia dorong di kursi roda. Sementara seorang perawat yang menggendong bayi pun mengikutinya. Ibu dan adik iparku pun mengikutinya.
Dari balik jendela kamar rawat inap, ku tatap tajam perempuan yang duduk di atas tempat tidur sembari memangku bayi yang mungkin barusan ia lahirkan. Terlihat senyum bahagia suamiku beserta keluarganya yang berada disekelilingnya. Melihat mereka bergantian menggendong bayi itu, hingga kalimat pujian pun terdengar membuat hatiku serasa berkecamuk.
'Siapa wanita itu mas? mungkinkah bayi itu anakmu? apa kau mengkhianatiku? diakah alasanmu yang merubah sikapmu terhadapku? ' batinku penuh dengan pertanyaan.
"Aku sudah melahirkan anakmu mas, sekarang aku minta aku menjadi istri satu satunya, " ucap wanita itu.
"Sabar dulu Risa sayang, tunggu aku mendapatkan semua hartanya dulu. Kalau aku bercerai sekarang bagaimana dengan kamu dan anakku, " jawab mas Arya. "Iya Ris, kamu yang sabar, ibu akan membantu Arya agar cepat selesai urusannya, " ucap ibu mertuaku. "Jangan lupa aku juga lho, aku banyak andil di pernikahan kalian ini," sahut Dela adik pertama mas Arya. "Aku juga Mas, bohongi mbak Lisa terus terusan buat nutupin kebohonganmu tuh capek lho, " ucap Neli adik bungsunya. "Tenang kalian semua, akan segera aku lancarkan rencanaku, jadi tunggu saja, " ucap mas Arya. "Selama ini aku juga sudah bosan sama dia, apalagi dia tidak akan bisa memberikanku anak, untuk apa aku pertahankan, buih! " ucapnya lanjut. "Tetap jaga sikap kalian agar Lisa tidak curiga sehingga kita bisa dengan mudah mengambil semua hartanya, " lanjut bu Tini mertuaku.Terdengar jelas percakapan mereka, karna aku jarak mereka dengan jendal kamar tak begitu jauh terlebih ini adalah ruang vvip jadi sangatlah leluasa mereka berbicara.
"Awas kamu mas! kamu mengkhianatiku, mengincar hartaku, tidak akan ku biarkan, " ucapku geram.
'Ingin bersandiwara, baik, akan ku layani kalian! ' batinku seraya berjalan meninggalkan mereka.
Jika kalian bisa berpura pura baik dihadapanku, aku pun bisa berpura pura. Karna aku punya cara sendiri untuk membalas perbuatan kalian.
#BDPSPart 2 Rumah Seberang JalanSetibanya di rumah aku berpura-pura tak tahu tentang kejadian di rumah sakit tadi. Masih dengan senyuman manis ku hadirkan untuk mas Arya. "Loh, mau pergi lagi Mas? " tanyaku melihat mas Arya keluar dari kamar setelah berganti pakaian. "Iya, ibu minta dijemput sekarang, " jawabnya.Memang sebelum peristiwa di rumah sakit tadi pagi, kemarin ibu mertuaku dan anak bungsunya berpamitan untuk menginap di rumah Dela. 'Pasti mau ke rumah pelakor itu kan? dia kan baru saja melahirkan anakmu, ' batinku. "Mas pergi dulu ya, assalamualaikum. ""Waalaikumussalam. "#"Di sini hujan lebat, ibu memintaku untuk menginap di rumah Dela. Lagipula suami Dela masih di luar kota jadi dia sendirian, " sebuah pesan singkat ku terima dari mas Arya. "iya mas... " balasku. 'Halah, alasanmu saja mas untuk tidak pulang' batinku. Jika kamu ingin mempunyai keturunan dariku akan lebih baik jika kita berusaha mas, toh kita ada uang. Tapi caramu salah. Kamu lebih memilih mengg
#BDPSPart 3 Muncul"Mas Arya! " teriak seorang wanita muda sembari membuka pintu lalu berjalan ke arah mas Arya yang berdiri di dekat meja kasir. Aku yang berdiri di samping mas Arya pun ikut terkagetkan dengan kedatangannya. Bahkan semua karyawanku pun seketika mengalihkan pandangannya pada wanita muda itu. 'Muncul juga kamu pelakor, ' batinku. "Mas Arya? siapa dia Mas? " tanyaku pura-pura tidak tahu. "Ekh, Dia Risa, pelanggang restoran kita, " ucap mas Arya. "Oh, ada yang bisa saya bantu Mbak Risa? " ucapku pura-pura ramah. "Tidak jadi, lain kali saja! " ucapnya dengan raut wajah kesal lalu meninggalkan kami. "Yasudah, aku mau pergi. ""Iyaa sayang, hati-hati. "Seperti dugaanku pasti Risa tahu bahwa aku istri mas Arya, karena itulah saat dia datang ke restoran dan melihatku dia tak berani berkata-kata. Aku yakin dia akan meminta penjelasan terkait barang yang ku titipkan pada Lila saat mengantar pesanannya. Barang itu memang sudah ku siapakan setelah ku putuskan untuk memul
Part 4 Langkah AwalBeras, minyak, gula, kecap, sabun, sampo, dan masih banyak lagi barang yang diambil ibu mertuaku tanpa seizinku. Untuk apa dia mengambilnya? toh selama ini kebutuhan rumah aku yang memenuhinya. Dia hanya meminta uang jatah bulanan dari hasil restoran yang dikelola mas Arya. 'Kali ini tak akan ku biarkan ibu mendapatkan uang bulanan, ' batinku. "Mas, aku mau buka cabang restoran kita dan aku mau Dela yang mengelolanya, " ucapku pada mas Arya saat hendak berangkat kerja. "Tunggu ... tunggu ... " ucap mas Arya seraya mengajakku duduk di ruang tengah. "Buka cabang baru? terus kenapa Dela? kenapa bukan aku? " tanya mas Arya. "Mas Arya kan sudah mengelola yang sekarang, nanti yang tempat Mas di kembangkan saja dan Dela yang tempat baru sekaligus aku mau mengalihkan nama ""Ide bagus itu sayang, aku setuju, dan pasti teman-temanku pada iri kalau aku punya cabang restoran, " ucapnya. "Tapi aku butuh modal Mas, jadi untuk uang restoran bulan ini dan kedepannya nanti bi
Part 5 Ku ambil kembali[Sudah saya siapkan mbak, sepuluh orang lebih sesuai permintaan mbak Lisa] Pesan singkat dari Lila ku terima. [Bagus Lila, aku akan segera datang ke restoran sekarang] balasku.Sesampainya di restoran aku langsung menyuruh beberapa karyawanku untuk meletakkan meja panjang di jalan trotoar tepat di depan rumah Risa. Terdapat papan besar bertuliskan "SEMBAKO GRATIS" di sebelah meja. Ku siapkan lebih dari seratus bungkus sembako siap dibagikan ke pengguna jalan yang lewat. Sementara Baim, salah satu karyawanku yang bertugas memanggil siapapun yang menginginkan sembako gratis terus berteriak menggunakan pengeras suara hingga membuat Risa yang di dalam rumahnya pun keluar. 'Ikan datang, ' batinku melihat Risa menghampiriku. Sengaja aku berdiri di dekat pintu pagarnya yang tingginya hanya setengah badanku agar jika Risa keluar rumah aku bisa menahannya supaya tidak merusak rencanaku. Dari pintu pagar terlihat jelas tumpukkan sembako yang dikirimkan ibu mertuaku
Part 6 Rumah RisaPov AryaHari ini aku ke restoran bersama ibu, karena sebelum masuk restoran aku akan ke rumah Risa bersama ibu terlebih dahulu untuk menanyakan perihal kedatanganya tadi pagi ke rumahku. Tok...!! tok...!! tok...!! Ku ketuk pintu. "Ris? Risa? " panggilku sesampainya di depan pintu. "Siapa sih? " ucap Risa seraya membuka pintu. "Ngapain ke sini Mas? " tanya Risa. "Kamu tadi ngapain ke rumah Lisa, bikin geger aja! " ucapku memasuki rumah Risa. "Sebenarnya aku tuh mau minta ganti rugi sama Lisa, gara-gara acara dia kemarin sore para gelandangan mengambil semua sembakoku, tapi gara-gara ibu aku nggak jadi ngomong," ucap Risa mengikuti langkahku bersamaan dengan ibu. "Hoo, menantu nggak diuntung kamu ya, kalau bukan karena cucuku, aku nggak mau bantuin kalian, " ucap ibu menatap Risa. "Kalau duitnya keluar ibu pasti mau juga kan, " balas Risa melirik ibu. "Tunggu ... kamu kenapa jadi nyalahin ibuku? " tanya mas Arya seraya duduk di sofa didekatnya. "Ya iyalah, k
Part 7 Uang dan uang"Lis, aku minta uang gajiku di restoran, ibu butuh uang untuk arisan sementara Doni belum kirim katanya, " ucap mas Arya yang duduk di sebelahku. "Sebentar Mas ku ambilkan, " berdiri lalu berjalan menuju kamar."Ini Mas, " ku letakkan lima lembar uang ratusan ribu di atas meja. "Segini? uang gajiku di restoran seharusnya lebih dari ini. ""Sisanya menjadi hakku dong Mas sebagai istri sah mu, kan biasanya juga begitu, " seraya duduk di sebelah mas Arya. "Iya, tapi itu kan dulu saat aku masih mengelola restoran, sekarang kan sudah enggak. ""Mas, sisa gajimu itu cuma tiga juta itu saja tidak mencukupi pengeluaran kita. Bayar listrik, belanja bulanan, biaya kuliah Neli, belum lagi uang jajannya, kadang ibu juga suka minta walaupun kamu sudah kasih. Dulu-dulu malah kurang dari ini."Dulu aku tak pernah protes saat mas Arya memberikan sisa gajinya yang sudah dibagi-bagi untuk ibunya dan biaya kuliah Neli karena aku masih ada pemasukan dari minimarket. Tapi kali ini
Setelah Dela dan suaminya pulang, aku melihat ibu dan mas Arya yang sedang mengobrol di teras belakang. Aku berjalan menuju jendela yang tepat di belakang mereka, dengan hati-hati karena takut ketahuan aku menguping pembicaraan mereka. "Ibu kenapa pinjamin BPKB mobilku ke Dela? kalau dia nggak bisa bayar angsurannya gimana? aku bisa kehilangan mobil, " ucap mas Arya. "Ya kamu tinggal minta istrimu lagi dong, dia kan banyak duit, nyatanya mau beli tanah, " balas ibu. "Nggak mau lah, masa iya aku dibelikan mobil sama istriku dua kali, gengsi dong, ""Nggak usah gengsi-gengsian, yang penting kan punya mobil. "'Gayamu belagak gengsi mas, kalau ku belikan beneran pasti juga dipakai, ' batinku. "Bu, aku minta bagian dong dari uang gadai mobil, " ucap mas Bima. "Buat apa? kamu kan sudah dapat dari Lisa. ""Buat Risa dan cucu ibulah, bisa di amuk aku sama dia kalau nggak ngasih duit. ""Iyaa, tapi dikit saja. "Huh! nenek sa
Terdengar suara motor berhenti di depan rumah Dela, dan ternyata adalah Doni dan Risa. Entah urusan apa yang mereka lakukan hingga tega membiarkan Dela menjadi pengasuh. 'Saatnya bermain, ' batinku. "Mas Arya, ibu, ada apa ya? " tanya Doni memasuki ruang tamu. "Ambil sertifikat rumahmu, mana? " ucapku menghampiri mereka. "Ee ... gimana ya jelasinnya ... saya bingung, " balas Doni menggaruk kepalanya. Menghela nafas panjang. "Berikan sekarang! atau ... ku hancurkan rumahmu ... !!! " teriakku sembari menjatuhkan tas tentengku. Sengaja aku menjatuhkan tas tentengku, dan melototi semua orang yang ada. Dengan nafas tersengal-sengal, emosi yang menyulut aku seakan-akan aku bersiap untuk bertempur. Mas Arya memberikan Putra pada ibunya. "Kamu kenapa Lis? " tanya mas Arya memegang kedua pundakku. "Lepaskan! " teriakku melepaskan kedua tangan mas Arya. Pyarr!! Ku banting vas bunga kaca di meja sebelahku. Dengan pandangan penuh emosi, ku lihat satu persatu orang anggota benalu dihadap