Share

Bab 274

Author: Danira Widia
Sebelum Jason menyelesaikan ucapannya, Janice sontak melawan dengan sekuat tenaga. Seluruh kekesalan dan kebenciannya seolah-olah meledak. Dia tidak peduli pada apa yang ingin dikatakan Jason. Dia hanya ingin pergi dari sini.

"Paman, nggak usah bahas soal ini denganku. Aku nggak peduli! Aku nggak peduli pada Yoshua, apalagi kamu! Aku sudah muak!" pekik Janice yang sama sekali tidak menyadari aura berbahaya yang dipancarkan oleh Jason. Tatapan Jason benar-benar suram. Dia menahan dagu Janice, lalu mengangkatnya dengan kuat. "Nggak peduli?"

Di bawah tatapan Jason, Janice tetap bergetar ketakutan. Setelah menggertakkan giginya, dia baru mengangguk. "Ya! Aku ... um!"

Tanpa memberi Janice kesempatan untuk berpikir ataupun menyelesaikan ucapannya, Jason sontak menekan dagunya dan menciumnya.

Janice mengangkat tangan untuk melawan, tetapi Jason malah menahan tangannya di jendela mobil. Semakin digenggam semakin erat. Telapak tangan Janice terasa sakit kembali. Jason sengaja, dia memang ingin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Listin Parlina
klo mnurutq sich jason marah gegara syal yg dipke mlh ditukar sm janice. intinya salah paham trus
goodnovel comment avatar
Juwita Meri Erman
Thor kejam amat...lu punya jiwa psico ya? hobi banget nyiksa orang
goodnovel comment avatar
Endah Wati
begitu lagi, begitu seterusnya didepan Jason, mba punya dendam apa sama Janice, ngeselin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 275

    "Nggak ada orang lain! Apa sudah cukup!" Janice terengah-engah, menatap Jason dengan marah. Meskipun begitu, penampilannya tetap memikat.Ujung mata yang merah, pandangan yang berkabut. Wanita ini tampak ingin menangis, tetapi berusaha menahan. Bulu mata bergetar, gelombang di matanya membuat orang merasa geli.Kemeja basah menempel di kulit Janice, sebagian tertutup dan sebagian lagi terlihat. Ini sungguh menguji pengendalian diri Janice.Tatapan Jason semakin gelap. Tangannya tiba-tiba mengepal, bahkan sendi-sendi jarinya terlihat pucat karena terlalu menahan diri.Pada akhirnya, Jason memejamkan matanya dan menarik handuk kering dan melemparkannya kepada Janice dengan kuat."Taruh di bahumu." Janice terdiam sejenak. Lagi-lagi, dia tidak bisa membaca pikiran pria itu. Namun, sekarang bukan waktu untuk berpikir. Dia hanya ingin membungkus tubuhnya dengan handuk.Saat Janice menarik handuk, tiba-tiba terdengar suara robekan di suasana yang hening. Bra yang dipakai Janice selama lebih d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 276

    Begitu Janice berbalik, Jason sontak mendesaknya ke pojok. Jason memainkan handuk yang ada di tangannya. Rambutnya sedikit acak-acakan, membuat wajahnya terlihat semakin jahat.Janice mencoba menghindar, tetapi tubuhnya segera terperangkap dalam pelukan yang kuat. Sebelum dia bisa memberi penjelasan, ciuman sudah mendarat di bibirnya. Jason memberinya sentuhan yang sangat lembut, seolah-olah Janice adalah sesuatu yang sangat rapuh.Namun, pria selembut ini malah membuat Janice merasa tidak nyaman dan membuatnya semakin panik. Bahkan, dia lupa untuk mengangkat tangannya dan menolak kehadiran pria itu.Jason melepaskan bibirnya, lalu mengulangi dengan lirih, "Pacar?""Aku cuma bohong ....""Diam."Jason sepertinya tahu apa yang akan Janice katakan sehingga langsung memotong perkataannya. Ciuman yang semakin dalam, lambat, dan penuh gairah membuat Janice merasa pusing.Pikiran Janice menjadi kosong, seolah-olah waktu berhenti, tetapi hatinya kacau. Tiba-tiba, Janice mendorong Jason dan be

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 277

    Vania mengangkat matanya yang berbinar-binar. Dia menatap Jason dengan tatapan penuh perhatian dan harapan.Jason tidak mengatakan apa-apa. Karena mengenai hal yang sama, dia tidak ingin menjawab dua kali. Dia lantas berbalik dan pergi.Vania hanya bisa menatap punggung Jason. Dia mengepalkan tangannya yang basah karena keringat dingin. Kemudian, dia mengejar dan meraih lengan Jason."Jason, apa Janice mengatakan sesuatu tentangku?"Jason menatap dengan dingin, lalu bertanya balik, "Apa yang seharusnya dia katakan padaku?"Vania merasa tatapan Jason sangat datar, seolah-olah melihat orang yang tidak penting. Tidak ada emosi yang terpancar dari tatapannya.Seberapa pun Vania berusaha, dia tidak pernah bisa memahami isi pikiran Jason. Ketika menyadari dirinya berbicara terlalu banyak, Vania langsung tersenyum."Nggak ada, aku cuma khawatir ada sedikit salah paham di studio dan dia membenciku. Biasanya para gadis 'kan suka begitu. Mereka sangat perhitungan.""Masa?"Jason tidak mengonfirm

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 278

    Janice minum obat dan tidur lebih awal tadi malam. Sepanjang malam, dia bermimpi. Mimpinya kacau balau dan sangat tidak nyambung. Saat bangun pagi, dia pun merasa lemas.Janice mengusap kepalanya. Begitu melihat jam, dia langsung bangun dan mulai bersiap. Saat mengambil syal di depan pintu, dia terkejut karena merasakan kualitas kain syalnya berbeda.Janice membuka syalnya dan melihat ada sulaman benang emas di sudut yang membentuk inisial J yang berkilau. Dia tak kuasa termangu.Bukankah Jason bilang syal ini sangat penting dan tidak akan diberikan pada sembarangan orang? Apa maksudnya ini?Pemikiran pertama yang muncul di kepala Janice adalah, Jason pasti ingin memanfaatkannya lagi. Dengan marah, Janice melemparkan syal itu. Namun, dia tidak bisa menemukan syalnya sendiri di sekitar.Saat ini, ponselnya menerima notifikasi dari grup kerja bahwa dalam satu jam lagi akan ada rapat.Janice hanya bisa memaksakan diri mengenakan syal Jason untuk menutupi bekas di lehernya.Begitu keluar d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 279

    Tiba-tiba, Vania meraih syal Janice. Dia menarik Janice ke hadapannya. Ketika tarik-menarik, Vania melihat bekas gigitan pada leher Janice.Begitu melihatnya, tebersit kekejaman pada tatapan Vania. Tenaga yang dikerahkannya juga semakin besar. "Kenapa masih pakai syal ini? Kamu takut nggak ada yang tahu betapa murahannya kamu? Kasih aku syalnya!"Leher Janice terasa sakit untuk sesaat. Detik berikutnya, dia menekan pergelangan tangan Vania. Bagaimanapun, anak manja seperti Vania tidak mungkin menang dari Janice.Janice melirik Vania dengan dingin, lalu menyindir, "Kenapa? Masa Jason nggak memberi calon istrinya syal? Nggak apa-apa, nanti kamu minta lebih banyak syal waktu dia kasih mahar."Kemudian, Janice mendorong Vania. Vania memelototi Janice dengan galak. Kemudian, dia tersenyum dingin dan membenturkan kepalanya ke pot."Ah!" teriak Vania sambil memegang kepalanya yang berlumuran darah.Begitu mendengar suara itu, semua orang langsung menyerbu keluar dari ruang rapat. "Vania, kamu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 280

    Entah berapa lama kemudian, masuk panggilan dari Ivy."Ibu.""Janice, kenapa Pak Anwar suruh aku membawamu ke rumah sakit? Apa ada yang terjadi?" Suara Ivy terdengar cemas.Janice mendongak memandang langit-langit, memahami maksud Anwar. Dia hanya bisa membalas dengan tidak berdaya, "Nggak apa-apa, Ibu. Kamu tunggu aku saja di rumah sakit.""Oke."Setelah mengakhiri panggilan, Janice melihat Amanda yang menghampiri. "Kenapa masih di sini? Kalian nggak usah ikut rapat ya?"Karena khawatir terkena masalah, semua orang buru-buru memasuki ruang rapat. Janice datang ke hadapan Amanda dan berucap dengan nada menyesal, "Maaf, Bu. Aku ingin minta cuti untuk hari ini.""Pergilah, selesaikan urusanmu." Amanda sama sekali tidak menyalahkan Janice. Dia melirik leher Janice, lalu melepaskan syal sutranya dan berkata, "Tutup lehermu."Setelah mendengarnya, Janice menunduk dan baru menyadari syalnya ditarik oleh Vania hingga menjadi berantakan. Bekas gigitan itu mulai memudar sehingga terlihat sepert

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 281

    Anwar berdiri dengan tangan di belakang punggung dan melirik Janice sekilas sebelum tatapannya tertuju pada Ivy."Begini caramu mendidik anak? Biaya sekolahnya semakin tahun semakin mahal, apa yang kurang diberikan Zachary sama dia? Ini balasannya?""Selama ini, aku berharap kamu mengerti sedikit tata krama dan menjadi pendamping yang baik, tapi bahkan mendidik seorang anak pun kamu nggak bisa. Apa lagi yang bisa kamu lakukan?"Kata-katanya tajam seperti pisau, membuat kepala Ivy semakin tertunduk. Bahkan lehernya juga merah padam. Tangannya yang kikuk mengepal erat.Melihat semua itu, hati Janice terasa perih. Amarah membakar sekujur tubuhnya, hingga napasnya pun terasa panas. Dia tahu dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi rasa bersalah itu tetap menekan hingga matanya terasa pedih.Dia sangat menyadari siapa sebenarnya yang ingin dimarahi oleh Anwar.Dulu, Janice benar-benar menganggap Anwar sebagai kakeknya sendiri. Saat ibunya merawat Anwar yang sakit, dia juga banyak m

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 282

    Beberapa saat kemudian, di luar ruang perawatan.Anwar dan Jason berjalan keluar. Ayah dan anak itu masing-masing berjalan di satu sisi dengan memancarkan aura yang menakutkan. Anwar berdiri dengan tangan di belakang punggung dan bertanya dengan suara tenang, "Semalam sama Vania?""Ya," jawab Jason singkat.Anwar mengangguk. "Kamu juga sudah nggak muda lagi. Saatnya menetapkan hati, memang sudah seharusnya berkeluarga dan membangun masa depan. Kalau Vania bisa menyelesaikan masalah tambang, jangan terlalu keras sama Keluarga Tanaka.""Ya.""Baiklah, nggak usah antar lagi. Temani saja Vania, jangan sampai fokusmu terbagi." Anwar tidak banyak bicara. Namun, setiap katanya mengandung makna yang dalam dan dia tahu Jason memahaminya.Begitu pintu lift tertutup, Norman keluar dari pintu samping. "Tuan Jason, kepala pelayan memang sudah periksa rekaman CCTV di jalan kemarin.""Yoshua."Jason berjalan ke jendela dan menyalakan sebatang rokok. Alisnya yang setengah tertutup tampak kabur di bali

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 773

    Jason tersenyum. "Baiklah, aku akan menunggu."Saat Jason menerima Vega yang agak memberontak, Hady langsung tertegun saat menatap mereka. "Pantas saja aku merasa kamu begitu familier, kalian berdua ....""Keluarga pasien! Keluarga pasien!" teriak perawat."Aku segera ke sana," jawab Hady.Setelah Hady pergi, Vega mengangkat kepala dan menatap wajah Jason. Namun, dia tidak menangis ataupun marah.Meskipun anak itu ada di depan mata, Jason masih merasa semuanya tidak nyata. Dia memeluk Vega dengan lebih erat dan menarik Vega agar lebih dekat dengan hati-hati. Saat dia bisa mencium aroma khas tubuh Vega dan bahkan ada sedikit bau Janice yang samar-samar, dia baru berani yakin anak ini adalah Vega di mimpinya. Hanya saja, wajah anak ini lebih bulat daripada wajah Vega di mimpinya.Mulut Jason bergerak, seolah-olah ada banyak hal yang ingin ditanyanya. Namun, saat dia hendak membuka mulut, Vega yang berada dalam pelukannya bergerak beberapa kali dan menunjuk mesin penjual otomatis di loron

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 772

    Saat pria itu hendak memakaikan kalung itu pada istrinya, Jason tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan pria itu. "Kalung ini dari mana?"Nada bicara Jason yang dingin membuat pria itu terkejut dan menjawab, "Dari ... Vega Jewelry. Bosnya adalah orang dari desa kami. Dia menjual perhiasan, sangat hebat."Wanita yang baru saja melewati kontraksinya pun meninju suaminya. "Apanya yang penjual perhiasan? Ini namanya desainer perhiasan.""Ya, aku memang mudah lupa," kata pria itu.Jason menatap desain pita yang pita yang istimewa itu. Dari lekukan hingga ukiran yang kecil-kecil di atasnya, semuanya itu adalah gaya khas Janice. Tenggorokannya terasa kering dan bertanya dengan suara serak, "Siapa?""Ja .... Ah! Sakit sekali!" teriak wanita itu tiba-tiba sebelum selesai menjawab pertanyaan Jason, lalu mencengkeram suaminya dan Jason dengan erat.Begitu pintu lift terbuka, kebetulan ada seorang perawat yang melihat kejadian itu dan segera memanggil orang untuk membantu. Saat dokter bertanya te

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 771

    Nama yang tertera di sepatu itu adalah Vega.Saat itu, seorang guru yang sedang menjaga ketertiban di lokasi itu segera berlari mendekat. "Mama Vega, Vega nggak ada di sini. Anak-anak yang terluka parah sudah segera dibawa ke rumah sakit kota.""Terluka parah?" tanya Janice dengan suara bergetar.Guru itu menggigit bibirnya, lalu berkata, "Kepala sekolah sudah pergi ke sana, kamu juga segera pergi ke sana saja."Janice baru saja hendak berbalik, tetapi tubuhnya langsung ambruk.Arya segera memapah Janice. "Aku antar kamu ke rumah sakit."Janice hanya bisa menahan air matanya dan menganggukkan kepala. Setelah berlari ke rumah sakit dan diberi petunjuk oleh perawat, dia pun menemukan lantai tempat para korban kecelakaan TK dirawat. Di tengah kerumunan, dia langsung menemukan gurunya Vega. "Guru, mana Vega? Dia baik-baik saja, 'kan?""Vega baik-baik saja. Saat aku membawanya untuk menghindar, aku terpaksa membawanya bersamaku ke rumah sakit karena aku harus buru-buru mengantar para korban

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 770

    Begitu mendengar terjadi kecelakaan di TK, Janice tanpa ragu langsung berlari keluar. Arya dan Louise segera mengikuti dari belakang."Kenapa bisa terjadi kecelakaan mobil di TK?" tanya Arya."TK ini dibangun di lereng. Saat bus pariwisata turun dari bukit, sopirnya juga nggak tahu kenapa nggak menginjak rem dan langsung menerobos masuk ke TK. Saat itu banyak anak-anak yang sedang bermain .... Aduh, tunggu aku!" jelas Louise.Hanya mendengar penjelasan singkat dari Louise, naluri menyelamatkan sebagai seorang dokter membuat Arya langsung tahu kecelakaan ini sangat parah.Saat ini, sebuah bus besar terjepit di tembok TK. Bagian depan bus sudah menerobos masuk ke lapangan bermain sepenuhnya, sedangkan bagian belakangnya tergantung. Banyak orang di sekitar yang sedang membantu dan banyak anak yang diangkut keluar dengan menangis terisak-isak.Janice segera berlari mendekat dan menarik seorang anak yang sedang memegang lengannya. Anak itu adalah teman sekelas Vega. "Mana Vega?"Anak itu me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status