Share

bab 95:

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-30 12:16:04

_

Angin musim gugur menyapu padang tandus di luar gerbang barat Fei Zhao, membawa debu dan bau daun kering. Mei Lin berdiri di samping kuda hitam milik Bo Ren, memandangi jalan bebatuan yang melintasi ladang dan hutan. Jubah hitamnya berkibar, menyembunyikan sebilah pisau kecil yang terselip di balik pinggangnya.

“Menurut peta yang ditinggalkan Yara,” ujar Mei Lin, “kuil yang kita cari ada di balik Pegunungan Liangshan.”

Bo Ren memegang tali kekangnya erat. “Kuil Sembilan Bayangan. Tempat yang bahkan para biksu di barat pun takut menyebutnya.”

Mei Lin menoleh padanya. “Takut? Kenapa?”

“Dulu sekali, kata mereka, tempat itu menjadi markas kecil Sekte Langit Terbalik. Para pengikut Bayangan Asli berkumpul di sana setelah Kitab pertama dikunci oleh Jin Wu dan Yara. Tapi mereka tak pernah benar-benar musnah.” Bo Ren menatap langit. “Kau percaya pada ramalan, Mei Lin?”

Ia menggeleng. “Aku percaya pada petunjuk dan bukti. Ramalan bisa diben
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   97:Tanah Kaisar Langit

    : Angin musim gugur menyapu lembah, membawa guguran daun-daun merah keemasan saat Mei Lin dan Bo Ren melangkah keluar dari gua tempat Perpustakaan Cahaya Keempat berada. Mereka kini melangkah ke utara, menuju wilayah yang dulu dikenal sebagai pusat kekuasaan Kaisar Langit—sebuah kerajaan besar yang lenyap ratusan tahun lalu tanpa meninggalkan pewaris maupun jejak yang jelas. Namun menurut gulungan penawar dan petunjuk Pemburu Jiwa, rahasia Gerbang Malam ke-13 tersembunyi di tanah itu.Di atas punggung kuda, Bo Ren membaca gulungan peta tua yang diberikan Tuan Mu sebelum mereka berangkat. "Menurut peta ini, kita harus menyeberangi Sungai Langit Retak sebelum mencapai reruntuhan kota Shanhai, bekas istana Kaisar Langit. Tapi jalan ini dikenal sebagai jalur terkutuk."Mei Lin menggenggam kendali kudanya. “Terkutuk atau tidak, kita harus ke sana. Jika Gerbang Malam benar-benar ada, kita tak punya pilihan.”Bo Ren memandangnya sejenak. “Kau yakin

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 96:Warisan Seribu Cahaya

    Langit malam tampak berbeda saat Mei Lin dan Bo Ren melangkah melewati gerbang batu yang dibuka perlahan oleh Tuan Mu. Awan-awan seolah terbelah, dan bintang-bintang bersinar lebih terang, seperti menyambut kedatangan mereka ke tempat yang terlupakan oleh waktu. Cahaya lembut berpendar dari dinding-dinding batu kuil kuno yang tersembunyi di balik lereng pegunungan, memantulkan warna-warna keemasan. Aroma dupa, akar kering, dan debu tua memenuhi udara, menyelinap ke dalam paru-paru mereka dengan lembut namun mengingatkan bahwa tempat ini bukan tempat biasa.Tuan Mu berjalan di depan dengan langkah tenang. Tongkat bercahayanya menyala lembut seperti lentera, memantulkan bayangan-bayangan kecil yang menari-nari di dinding lorong."Tempat apa ini?" tanya Bo Ren, suaranya pelan, nyaris berbisik."Perpustakaan Cahaya Keempat," jawab Tuan Mu tanpa menoleh. "Salah satu dari tujuh tempat suci yang didirikan untuk menyimpan serpihan sejarah, sebelum Sekte

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 95:

    _ Angin musim gugur menyapu padang tandus di luar gerbang barat Fei Zhao, membawa debu dan bau daun kering. Mei Lin berdiri di samping kuda hitam milik Bo Ren, memandangi jalan bebatuan yang melintasi ladang dan hutan. Jubah hitamnya berkibar, menyembunyikan sebilah pisau kecil yang terselip di balik pinggangnya.“Menurut peta yang ditinggalkan Yara,” ujar Mei Lin, “kuil yang kita cari ada di balik Pegunungan Liangshan.”Bo Ren memegang tali kekangnya erat. “Kuil Sembilan Bayangan. Tempat yang bahkan para biksu di barat pun takut menyebutnya.”Mei Lin menoleh padanya. “Takut? Kenapa?”“Dulu sekali, kata mereka, tempat itu menjadi markas kecil Sekte Langit Terbalik. Para pengikut Bayangan Asli berkumpul di sana setelah Kitab pertama dikunci oleh Jin Wu dan Yara. Tapi mereka tak pernah benar-benar musnah.” Bo Ren menatap langit. “Kau percaya pada ramalan, Mei Lin?”Ia menggeleng. “Aku percaya pada petunjuk dan bukti. Ramalan bisa diben

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 94:Warisan dalam Kabut

    : Bertahun-tahun telah berlalu sejak cahaya terakhir menyinari negeri Fei Zhao, memupus bayang-bayang kelam yang selama ini membelenggu jiwa manusia. Namun, legenda tentang Kitab Seribu Bayangan tak pernah benar-benar lenyap. Ia bertahan—bukan lagi sebagai alat ketakutan yang diceritakan untuk menakut-nakuti anak-anak, melainkan sebagai pelajaran berharga yang diwariskan dari generasi ke generasi.Anak-anak tumbuh besar dengan mendengarkan kisah Jin Wu, Yara, dan Lian Tian. Tentang keberanian, pengkhianatan, dan harga dari kekuatan sejati. Dari mulut para tetua mereka belajar, bahwa bayangan terdalam bukan datang dari luar, melainkan bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Dan bahwa kekuatan sejati bukan untuk menguasai dunia, tetapi untuk mengerti, dan menerima—baik cahaya maupun kegelapan.Nama Yara pun kini menjadi nyanyian sunyi yang diceritakan kala senja. Ia tak pernah terlihat lagi sejak pertempuran terakhir. Konon, ia menjelajah dunia untuk men

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 93:Dunia Setelah Kata Terakhir

    Pagi menyingsing dengan tenang. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang terasa seperti berabad-abad, langit bersih tanpa retakan, dan tanah berhenti merintih. Sisa-sisa bayangan lenyap, dan keheningan yang tersisa bukan lagi tanda kehancuran—melainkan awal dari sesuatu yang baru.Jin Wu berdiri di tepi tebing, memandangi cakrawala yang mulai dihiasi warna-warna hangat matahari pagi. Di tangannya, selembar potongan kitab yang entah bagaimana tersisa, kosong tanpa tulisan, tapi masih hangat—seakan menyimpan napas terakhir Lian Tian.Yara berdiri tak jauh di belakangnya, rambutnya ditiup angin pagi. “Dunia ini akan butuh waktu lama untuk pulih,” ucapnya pelan.Jin Wu mengangguk. “Tapi kita punya waktu sekarang. Tak ada lagi perang. Tak ada lagi bayangan yang menghantui.”Beberapa warga mulai keluar dari tempat perlindungan. Mereka menatap langit seolah tak percaya mereka masih hidup, masih memiliki dunia untuk mereka tinggali.Mou

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 92:Pena yang Mengorbankan

    : Mou Lin menahan napas. Tangan gemetar menggenggam pena di hadapannya—pena tua berwarna hitam legam dengan ukiran kuno yang tak bisa ia baca. Cahaya samar dari tinta yang baru saja ia goreskan di kitab membuat bayangan di sekelilingnya tampak hidup, berputar, berbisik, dan perlahan melingkarinya.“Kenapa aku?” tanya Mou Lin lirih. “Kenapa kitab itu memilihku?”Bayangan Tertua melangkah lebih dekat. Suaranya berat, nyaris bergema di dalam kepala Mou Lin. “Karena kau adalah yang terakhir... darah terakhir dari keturunan Penjaga Awal. Pena itu hanya bangun untuk mereka yang terikat oleh nasib leluhur.”Mou Lin mundur selangkah. “Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya ingin menulis, bukan membangkitkan kehancuran!”Bayangan itu terkekeh. “Tapi kehancuran... selalu lahir dari cerita yang paling jujur.”---Di luar, Lian Tian dan Yara mulai memecah lapisan kabut yang menyelimuti desa. Jin Wu menanamkan jimat-jimat pelindung d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status