Share

51

Author: sidonsky
last update Last Updated: 2025-10-01 15:14:19

Kesadaran datang seperti gelombang pecah, berat dan lambat. Kelopak mata Nora terasa seakan disambung dengan timah, tapi akhirnya terbuka juga. Dan perlahan, dengan samar ia menangkap suara dua orang yang tengah berbincang di ruang sebelah.

“Ayah… kita gak bisa terus begini,” suara berat itu milik Ardian. Kakak yang sudah lama tak ia dengar kabarnya sejak terakhir kali Dirga memberinya uang di depan kos reyotnya dulu. “Bawa Nora kembali hanya akan bikin masalah. Dirgantara bukan orang biasa.”

Terdengar tawa kasar Dharma, parau, bercampur batuk. “Kamu pikir saya takut sama dia? Lelaki itu cuma kaya karena uang bapaknya. Semua orang bisa jatuh. Kalau si Dirgantara mau adikmu, dia harus bayar mahal. Kamu juga bakal dapat bagianmu.”

Ardian terdiam. Ada keraguan di suaranya, tapi lidahnya seolah terikat.

Nora menelan ludah, kepalanya berputar. Hatinya memanas mendengar kata-kata itu. Jadi benar—dirinya hanya dianggap barang, alat tawar-menawar. Rasa jijik bercampur sakit menyelubungi dadan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   173

    “Selamat siang, Tuan Ravindra! Bagaimana rasanya menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di Ardawijaya Group sekarang?”Sorot kamera dan blitz bersahut-sahutan, memantulkan cahaya ke jas hitam berpotongan sempurna milik Ravindra Pranata. Ia berdiri di depan backdrop besar bertuliskan ARDWIJAYA GROUP — NEW ERA, dengan senyum yang disusun rapi seperti headline majalah bisnis.Ravin menatap kerumunan wartawan di depannya, menunggu hingga hiruk-pikuk sedikit mereda sebelum menjawab dengan suara karismatik yang dibuat seolah tenang.“Perasaan saya? Tentu saja bangga. Tapi di atas segalanya, saya bersyukur bisa meneruskan apa yang keluarga saya mulai.”Sorak kecil, tepuk tangan, dan suara kamera kembali memecah ruangan. Ia melanjutkan, “Mulai hari ini, saya bertanggung jawab penuh atas semua keputusan besar Ardawijaya Group. Saya berjanji membawa perusahaan ini ke arah yang lebih progresif, lebih modern.”Ia tersenyum, melambaikan tangan pada kamera. Panggung penuh cahaya, dan Ravin menikmati

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   172

    “Nyonya sudah sampai di rumah dengan aman, Tuan.”Suara berat pengawal itu terdengar dari ujung ruangan, membuyarkan kesunyian yang menggantung. Membuat Dirga berhenti menatap layar di hadapannya, bahunya yang tegang sedikit mengendur, hanya sedikit.Untuk sesaat, ia menutup matanya, membiarkan kabar itu menembus segala lapisan tekanan di dadanya.“Selalu ikuti ke mana pun Nora pergi,” ujarnya akhirnya, suaranya rendah, dingin, tapi jelas mengandung perintah yang tidak bisa dibantah. “Saya tidak ingin mengambil risiko lebih jauh.”“Baik, Tuan.”Matthew menunduk hormat, lalu keluar dengan langkah teratur, pintu tertutup rapat di belakangnya.Rumah mewah Dirga itu kembali sunyi. Hanya suara detik jam di dinding dan dengung pendingin ruangan yang tersisa. Dirga berdiri di depan meja besar ruang tengah kediamannya yang sepi tanpa adanya kehadiran Nora. Suasana yang membunuhnya perlahan.Dan hari ini dengan secara sadar, Dirga baru saja membuat pengumuman resmi.Dalam siaran pers yang disi

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   171

    Dirga berdiri kaku di tempatnya, napasnya memburu seperti binatang yang terperangkap.Matanya menatap Ravin tanpa berkedip, pupilnya membesar, menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Tapi kali ini, amarah itu ia telan. Dalam-dalam.Ia menarik napas panjang, lalu berkata dengan suara yang datar, nyaris kosong. “Silakan,” ucapnya. “Saya dan Nora sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.”Nada suaranya nyaris tanpa emosi, tapi getarannya jelas. Sebuah kebohongan yang dipaksa keluar demi sesuatu yang lebih besar.Ravin mendengus pelan, senyum bengisnya tumbuh lagi. Ia mencondongkan tubuhnya, mengamati wajah sepupunya seolah menikmati setiap kerutan yang muncul di sana. “Oh ya?” katanya lembut, seperti seekor ular yang menjilat udara. “Kalau begitu, tak akan masalah kalau saya buktikan, kan? Satu panggilan saja…”Ia merogoh saku jasnya, menarik ponsel dengan gerakan santai. “Dan wanita kelas bawah kesayangan Mas itu bisa—”Sebelum kata “mati” keluar dari mulutnya, tangan Dirga sudah mena

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   170

    "What the hell were you thinking?!"Suara Dirga menggelegar, pecah dalam keheningan yang menekan. Setiap kata dilontarkan dengan amarah yang terpendam, sebuah letusan dari gunung berapi yang telah lama tertidur.Dokumen yang dipegangnya terasa lebih berat dari batu karang, bukan karena kertasnya, melainkan karena pengkhianatan yang dikandungnya. Setiap halaman adalah bukti, setiap tanda tangan adalah pisau yang menancap di punggungnya.Ravin berdiri di seberang meja mahoni itu, wajahnya pucat pasi. Mulutnya terbuka sedikit, seolah-olah hendak berbicara, tetapi tidak ada suara yang keluar. Matanya, yang biasanya ceria dan penuh hidup, kini melebar menatap dokumen yang Dirga pegang—sebuah bukti tak terbantahkan dari kejahatannya. "SAY FUCKING SOMETHING!" bentaknya lagi.Kali ini dengan volume yang lebih keras. Dengan gerakan tiba-tiba dan kasar, ia melemparkan tumpukan dokumen itu ke meja. Benda itu mendarat dengan suara bentakan yang keras, beberapa helai kertas terbang melayang sebel

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   169

    "KABAR TERBARU, DIRGANTARA, PUTRA KONGLOMERAT ARDAWIJAYA MENGAKHIRI HUBUNGAN DDENGAN SANG KEKASIH."Judul itu tercetak dengan huruf tebal dan mencolok di halaman depan sebuah koran bisnis ternama. Bagi publik, ini adalah drama lain dari kehidupan para konglomerat: sebuah kisah cinta yang tragis. Tapi bagi Dirga, yang membaca judul itu di meja kerjanya yang megah, setiap huruf adalah sebuah pisau yang menusuk-nusuk jiwa, sebuah pengingat konstan akan pengorbanan yang ia buat dan kebohongan yang ia rasakan.Keputusan itu diambil setelah malam-malam yang panjang dan melelahkan, di mana ia akhirnya menyetujui rencana gila Nora. Mereka akan berpisah, di mata publik. Dan lepasnya ikatan itu membuat Nora bisa kembali ke dalam apartemen yang Dirga belikan, sebuah tempat yang seharusnya menjadi simbol kemerdekaannya. Ia juga sudah boleh kembali bekerja, mencoba sebisa mungkin untuk tidak terlihat di depan umum bersama Dirga, kembali dengan kegiatan menulisnya, berpura-pura bahwa semuanya baik-

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   168

    "Kita, hubungan ini." Genggaman tangan Dirga pada gelas bening itu menguat, bahkan tanpa sadar memecahkannya. TAR! Suara yang tajam dan memecah keheningan itu terdengar seperti sebuah ledakan kecil di ruang tamu yang megah. Darah mengalir dari tangan Dirga yang terluka, menciptakan kontras yang mengerikan dengan lantai marmer putih di bawahnya. Sebuah aliran merah yang menetes perlahan, simbol dari sebuah kehancuran yang baru saja dimulai.Nora terlonjak kaget, sebuah seruan tertahan di tenggorokannya. Instingnya membuatnya maju, ingin meraih tangan Dirga, ingin membantu, menyembuhkan luka yang ia ciptakan. Tapi Dirga menjauhkannya dengan gerakan tiba-tiba yang tajam, sebuah penolakan yang lebih menyakitkan daripada luka itu sendiri. Ia membiarkan darahnya mengalir dan menetes ke lantai marmer, matanya terus menatap Nora, membeku oleh sebuah kekecewaan yang begitu dalam."Ulangi ucapanmu tadi," kata Dirga, suaranya rendah dan berbahaya, membalikkan tubuhnya sepenuhnya untuk menatap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status