แชร์

(21+) TUBUHMU BERBOHONG

ผู้เขียน: Kak Upe
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-27 01:45:11

Bumi tak lagi bisa berpikir.

Nafsu yang datang tak diduga malah meledak bagai banjir bandang, menghanyutkan sisa-sisa logikanya. Sebelum akal sehatnya kembali menang, ia sudah menangkupkan bibirnya ke bibir Gilea—hangat, lembut, dan terlalu sempurna.

Gilea mengerang terkejut, tangan mungilnya menekan dada Bumi, tapi tak cukup kuat untuk mendorong. Atau... mungkin tak benar-benar ingin mendorong? Bumi tak peduli. Ia menggigit lembut bibir bawah Gilea, merasakan tubuh gadis itu menggetar di pelukannya.

"K—kau...!" Gilea mencoba memalingkan wajah, tapi Bumi sudah menelusuri garis rahangnya dengan mulut, turun ke leher yang menggoda. Tangannya merayap ke punggung Gilea, menekan tubuh mereka semakin erat—sampai tak ada celah, sampai Gilea bisa merasakan setiap denyut nafsunya yang membara.

"Aku tahu kau juga menginginkannya," Bumi bergumam kasar di telinganya, suaranya serak oleh hasrat. Tangannya menyusup ke bawah baju tidur Gilea, menyentuh kulit mulus tiba-tiba bagai magnet mengikatnya.
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   TERTUNDA

    Malam sudah larut. Udara mulai dingin, dan langit gelap pekat tanpa bintang. Mobil keluarga Wijaya berhenti perlahan di halaman rumah Bumi, lampunya menyala redup sebelum akhirnya dimatikan. Gilea membuka pintu mobil dengan gerakan pelan. Di tengah kekusutan hatinya, ia masih sempat menoleh ke arah kursi pengemudi dan berkata, “Terima kasih, Pak Larno. Lea masuk dulu. Hati-hati, ya... ini sudah malam. Jangan ngebut.” Kalimat itu terucap lembut, tapi jelas. Perhatian kecil yang tercipta bahkan saat pikirannya sedang penuh. Ya, begitulah Gilea. Sesulit apa pun hidup yang ia jalani, ia tetap menyisakan ruang untuk peduli. Bahkan dalam situasi tak menentu seperti sekarang, empatinya tak pernah hilang. Pak Larno menatapnya melalui kaca spion, ragu. “Baik, Non Lea. Tapi… apa tidak Bapak tunggu Non masuk dulu, baru Bapak pergi?” ucapnya sambil memutar tubuh sedikit, khawatir meninggalkan Gilea sendirian. Gilea menggeleng pelan dan tersenyum tipis. “Tidak apa-apa. Saya tahu kode akses ma

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   BEBAN YANG TIBA-TIBA

    "Kau yakin tak mau kuantar pulang, my little Lili?" tanya Daniel sekali lagi, suaranya lembut tapi masih memuat desakan manis yang tak sepenuhnya bisa diabaikan.Gilea hanya mengangguk pelan dan tersenyum sopan, enggan memperpanjang momen itu."Baiklah kalau begitu. Aku akan menghubungimu lagi. Nomor ponselmu sudah aku simpan." Daniel memperlihatkan layarnya, seolah sedang memamerkan tiket keberuntungan yang baru saja dimenangkan.Lalu ia menoleh ke arah Bumi. Senyumnya masih lebar. "Baiklah, Tuan Bumi. Aku menunggu keputusanmu. Aku sangat yakin kerja sama ini akan menarik perhatian. Ini bukan proyek biasa. Bahkan Tuan Zee dari Hardata Cooperation bisa saja tertarik berinvestasi. Aku percaya ini akan besar."Dengan penuh percaya diri, Daniel mengulurkan tangan ke arah Bumi."Wakilku, Damian, akan menghubungimu nanti," jawab Bumi datar. Tangannya menyambut jabatan itu, tapi matanya tetap dingin.Dia memang tak pandai menyembunyikan perasaannya—dan pada Daniel, rasa tidak suka itu muncu

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   SEMAKIN DEKAT

    Bumi menyandarkan kepala ke jok kulit yang lembut, napasnya baru saja kembali teratur setelah percakapan dengan Max. Kabar itu—kabar yang bahkan bisa membuat darahnya yang mendidih tadi mendingin seketika—telah mengusir awan gelap di kepalanya.“Sebentar lagi...” bibirnya berbisik hampir tak terdengar, sementara jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir dengan ritme kemenangan.Dia melirik ke kaca spion. Di sana, Gilea duduk bagai patung yang diukir dari es, wajahnya tak berubah meski mobil mewah itu meluncur di jalanan yang panas.Rolls-Royce Phantom hitam mereka—si pembisik jalanan yang selalu membuat kepala orang menoleh—kini berhenti dengan anggun di depan lobi Grand Hyatt.“Kita sampai,” ucap Bumi, sengaja menggunakan kata kita kali ini. Matanya menatap Gilea lewat kaca spion, menunggu—apakah wanita itu akan tetap diam.“Baik, Tuan Bee.”Suara Gilea datar seperti air mengalir, tanpa getaran emosi sedikit pun. Dia melangkah keluar dengan gerakan sempurna—tidak terlalu cepat hingga terkes

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   TERBAKAR API CEMBURU

    “Mau sampai kapan kau di sini, Maria?” suara Anita terdengar datar, namun tak bisa menyembunyikan nada kesal yang menebal. “Kenapa kau tidak pulang ke keluargamu saja? Atau… kembali ke Bee? Aku rasa dia akan menerimamu. Dia masih mencintaimu, bukan?""Lagi pula, tidak ada salahnya mengatakan kau menyesal atas tindakan cerobohmu." tambahnya sambil membersihkan tangan di celemeknya.Maria tidak segera menjawab. Asap cerutunya membentuk lingkaran sempurna di udara sebelum akhirnya dihancurkan oleh hembusan nafas Anita yang kesal."Aku akan menunggu Daniel sampai langit ini runtuh," akhirnya Maria bersuara, jari-jarinya yang berpernis merah mengetuk-ngetuk lengan kursi seperti detak jam waktu. "Dia tidak bisa meninggalkan ku begitu saja setelah semua aku korbankan demi bisa bersamanya. Tidak! Aku tidak akan menyerah begitu saja!" Tolak Maria, sambil menyilangkan kaki dan menghisap kembali cerutu kesukaannya.Anita menyeringai. Rumahnya sendiri kini berbau tembakau murah dan parfum Maria y

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   AKU BUKAN PELACUR MU!

    Rasa sakit di antara pahanya masih terasa menusuk, tapi tidak ada yang lebih pedih daripada luka di hatinya.Kata-kata Bumi bergema dalam benaknya seperti pisau yang terus menggores: "Kau adalah pemuas nafsuku." Gilea menggigit bibirnya sampai berdarah, mencoba menahan isakannya. Air pancuran yang panas membakar kulitnya, tapi tidak cukup panas untuk membersihkan rasa hina yang menempel. Dia menggosok tubuhnya dengan sabun sampai kulitnya memerah, berharap bisa menghapus setiap kenangan sentuhan Bumi. Namun, bekas-bekas itu tetap ada!Bibir bengkak dari ciuman paksa Bumi Biru keunguan di pinggul tempat jari-jari Bumi mencengkeram terlalu keras Gigitan merah di bahu kanannya yang sekarang terasa perih terkena air Goresan kuku di punggung bawah saat dia mencoba melarikan diri Dan yang paling memalukan—rasa sakit yang dalam di rahimnya, pengingat brutal bahwa Bumi telah mengambil sesuatu yang seharusnya diberikan dengan cinta."Bukankah kau sendiri yang datang untuk menjadi istriku?

  • Pemuas Hasrat Sang Presdir   (21+) JADILAH PEMUAS NAFSU KU

    Langit malam telah gelap ketika Gilea tiba di rumah. Sepi. Hanya lampu taman yang menyala, menciptakan bayangan panjang di jalan setapak. Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum masuk."Mungkin Bumi belum pulang," pikirnya, meski ada kegelisahan yang menggerogoti hatinya.Dia melepas sepatunya dengan pelan, berharap tak ada yang mendengar. Ruang tamu kosong, hanya suara jam dinding yang berdetak mengisi keheningan. Langkahnya ringan saat menaiki tangga, jari-jarinya gemetar menyentuh gagang pintu kamar dan memasukkan kode akses kamar Bumi."Aku harus kuat. Aku harus—"Pintu terbuka.Dan sebelum Gilea sempat melangkah lebih jauh ke dalam kamar, sebuah kekuatan kasar menariknya ke dalam. Tubuhnya terhantam ke dinding, napasnya tercekat saat lengan Bumi mengurungnya dari belakang. Pintu terkunci dengan hempasan yang keras."Pulang dari kencanmu, Gilea?" suara Bumi mendesis di telinganya, panas dan penuh ancaman. "Sudah puas jadi pelacur di depan Jonathan?" tambahnya, pen

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status