공유

Dia adalah orang kaya itu

"Bukan dia?" tanya batin Natasha berpaling. Bibirnya merapat mengimbangi lentik bulu matanya yang tak berhenti mengerjap. Seolah-olah masih tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut pak Angga.

"Serius, Pak? Bapak sedang bercanda, kan?" lirih natasha memastikan. 

Helaan nafas panjang mulai keluar dari hidung mancung natasha saat pak Angga menggelengkan kepala.

"Lepaskan borgolnya sekarang! Jika tidak, bisa-bisa pekerjaan kita yang akan jadi taruhannya!" Perkataan Pak Angga seketika membuat Natasha takut setengah mati. Bagaimana tidak, jika ia kehilangan pekerjaannya hanya gara-gara kecerobohan yang telah ia lakukan.  Bisa-bisa, ia akan menjadi gelandangan di luar sana. Hal yang paling menakutkan dalam kehidupan bagi Natasha Amora.

"Apa konsekuensinya seperti itu?" bisik natasha memastikan. 

"Heem. Apalagi berhadapan dengan dia. Bisa hancur kehidupan kita nantinya," jawab pak Angga begitu meyakinkan.

Natasha mengulum bibir mungilnya. Pandangan bola matanya beralih menatap ke arah lelaki yang sedari tadi diam memperhatikannya.

"Apa kalian tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat?" Suara Darren membuat semua mata menoleh ke arahnya.

"Maaf beribu maaf, Pak. Saya selaku kepala petugas keamanan meminta maaf atas ketidak nyamanan semua ini!" ujar pak Angga membungkukkan badan untuk meminta maaf dan diikuti oleh natasha.

"Lepaskan borgol ini!" perintah Darren memperlihatkan tangannya yang masih terborgol.

Tanpa banyak buang waktu, natasha mengambil kunci yang ia sembunyikan dalam saku celana. Dengan cepat ia memasukkan dalam lubang borgol agar terbebas dari kasus kesalahpahaman yang telah ia perbuat.

"Berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Darren seraya menatap ke arah Natasha.

Natasha mendongak. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat Darren  menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam. Seolah-olah  menyimpan dendam kepada dirinya.

"Dia baru bekerja genap satu bulan, Pak. Maka dari itu dia ...," sahut Pak Angga terhenti.

"Apa dia mendadak menjadi bisu, sampai-sampai Anda yang menjawab pertanyaan dari saya?" Pertanyaan Darren seketika membuat pak Angga terdiam.

Natasha menegak salivanya dengan paksa. Kedua tangannya mengepal mengimbangi rasa sakit hati ketika mendengar perkataan Darren yang terdengar begitu menyakitkan.

'Kurang ajar! Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Meskipun dia mempunyai kedudukan tinggi, setidaknya dia bisa berbicara dengan baik-baik. Oh My God! Jika aku tak membutuhkan pekerjaan ini, sudah pasti aku akan menghajarnya saat ini juga!' Natasha mendesah sebal.'Tenang natasha tenang. Kamu tidak boleh marah di saat seperti ini. Bagaimana pun juga, semua ini adalah kesalahan kamu. Dan gara-gara kamu, om Angga juga kena imbasnya,' gumam batin Natasha menghela nafas panjang. Mencoba menenangkan emosi yang datang.

"Sekali lagi, saya minta maaf yang sebesar-besarnya, Pak!" ucap pak Angga meminta maaf kembali.

Natasha mencoba tersenyum. Untuk kali pertama, ia menurunkan rasa ego yang selalu menguasai dirinya.

"Iya, Pak. Saya juga minta maaf karena kecerobohan ini!" pinta Natasha mengakui kesalahannya."Saya mohon jangan membesarkan masalah ini ataupun melaporkan kami pada atasan kami. Saya akan bertanggungjawab!"

Darren mengernyitkan dahi. Ia tak habis pikir, wanita yang setengah jam lalu begitu galak, mendadak meleleh seperti es krim.

"Setengah jam waktu saya terbuang karena semua ini. Dan apa kalian tau gara-gara kalian, saya tak bisa ...," tutur Darren terhenti saat benda layar pipih berdering."Hallo!"

Natasha menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut menatap sinis ke arah Darrren yang mulai pergi menjauh.

'Belagu banget, sih! Memangnya dia siapa? Sumpah! Males banget lihat orang yang berlagak sok seperti dia!' umpat Natasha dalam hati. Sejenak, Natasha tersentak kaget ketika pak Angga menyenggol bahunya.

"Bagaimana bisa kamu menangkap pak Darren?" tanya pak Angga seraya melirik ke arah Darren.

Sudut mata Natasha mengerut mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut tipis pak Angga.

"Pak Darren? Om mengenalnya? Memangnya siapa dia?" Natasha memastikan.

Pak Angga menghela nafas panjang. Ia tak menyangka jika Natasha tidak mengenal anak pemilik mall yang mereka tempati bekerja.

"Pak Darren itu adalah ...," kata pak Angga terhenti. Dua bola matanya beralih menatap ke arah pintu masuk yang terbuka lebar.

Ceklek

"Maaf, Pak Angga. Madam Ayy  ingin bertemu dengan Anda," ucap Nanda, selaku staf kantor. 

"Madam Ayu? Madam Ayu ke sini?" tanya pak Angga seakan tak percaya. Yah, Madam Ayu adalah pemilik mall yang tak lain adalah mamanya Darren. Sejak suaminya sakit, madam Ayu tak lagi ke kantor. Semua urusan kantor,  diserahkan kepada Darren Andaraksa.

"Iya. Buruan! Ada sesuatu hal yang ingin beliau bicarakan padamu," ucap Nanda menepuk bahu pak Angga.

"Huft! Semoga saja tak ada masalah tentang pekerjaan! Natasha, bapak serahkan semua sepenuhnya kepadamu. Saat ini, petugas keamanan sedang tidak baik-baik saja karena ulahmu. Apapun yang di katakan pak Darren, kamu jangan menolaknya, Ok!" gegas pak Angga melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Tapi, Pak!" kata Natasha terhenti.

"Pak Darren, orang itu pak Darren!" sahut Nanda memperhatikan Darren yang berdiri membelakangi mereka. 

Natasha semakin bingung. Rasa penasaran kian menghampiri saat semua orang mengenal lelaki yang ia tangkap itu.

'Dia juga mengenalnya?' tanya Natasha semakin bingung.

"Natasha, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pak Darren ke ruangan ini?" tanya Nanda melangkah mendekat menghampiri Natasha.

"Ibu juga mengenalnya?" tanya Natasha memastikan.

Seketika nanda menoleh. Tatapan matanya memicing menatap ke arah natasha.

"Ibu-ibu, bukankah aku sudah pernah bilang padamu untuk tidak lagi memanggilku dengan sebutan itu. Memangnya aku setua itu apa?" gerutu Nanda meluapkan amarahnya.

"Maafkan saya, Bu. Eh, maksud saya maafkan saya, Kak. Saya keceplosan!" ujar Natasha tersenyum seraya menyatukan kedua tangannya untuk minta maaf.

"Nah, gitu dong! Awas saja kalo aku mendengar panggilan itu keluar dari bibirmu itu. Aku tak akan sudi satu kontrakan denganmu," gumam nanda greget.

Natasha menahan tawa. Ia tak menyangka wanita bertubuh lebih pendek darinya berani dengan terang-terangan mengancam dirinya.

'Mentang-mentang kesayangannya ibu kos, beraninya mengancamku seperti itu!' gerutu Natasha dalam hati.

"Ya Tuhan, pak Darren ganteng banget kalo tersenyum seperti itu!" puji Nanda menyatukan kedua telapak tangannya.

"Kakak mengenalnya?" Pertanyaan Natasha seketika membuat nanda menoleh ke arahnya."Apa dia seorang artis atau dia seorang pengusaha terkenal? Sampai-sampai kakak terlihat begitu bucin padanya."

Nanda menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir jika Natasha tak mengenal Darren Andaraksa.

 Memang, sejak natasha bekerja di mall ini, Darren sangat sibuk pergi keluar kota dan mempercayakan mall ini kepada Bara, sang sekertaris pribadi.

Buk

Tepukan keras mengarah tepat di bahu Natasha.

"Kenapa kakak memukulku?" tanya natasha memegang bahunya.

"Kamu itu lupa ingatan atau gimana? Masa' kamu nggak tau kalo dia pemilik mall ini!" Perkataan nanda seketika membuat Natasha tercengang.

Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Pandangan bola matanya beralih mengerling menatap Darren yang masih terlihat sibuk menelpon.

'Pemilik mall ini?' tanya batin natasha seakan tak percaya.

"Heem. Darren Andaraksa, putra sulung madam Ayu dan tuan Atar Andaraksa," jelas nanda yang membuat Natasha tak mampu menegak salivanya sendiri.

"Darren Andaraksa. Nama itu?"

Tubuh natasha meremang. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa mengimbangi rasa tak percaya mendengar kenyataan yang ada.

"Ahhh, sudah jam setengah dua lagi! Padahal, aku ingin sekali memandang pak Darren lebih lama lagi!" gerutu Nanda mendesah sebal seraya melangkah pergi meninggalkan ruang keamanan tersebut.

Natasha mengulum bibirnya. Pandangan matanya mengarah pada lelaki tampan yang ia tuduh sebagai pencopet. 

"Oh my God! Jadi, dia orang kaya itu," ucap natasha kembali mengingat lelaki yang di tangkapnya itu.

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status