Share

3. Penuh Gairah 18+

'A–apa aku tidak salah dengar?'

Alea masih bergeming. Dia pikir tadi hanya salah dengar saja. Mana mungkin Radit yang arogan itu memanggilnya dengan panggilan sayang.

Namun keraguannya terpatahkan saat Radit kembali memanggilnya. Pria itu tersenyum manis dan matanya menatap lembut ke arah Alea yang masih kebingungan.

"Sayang, kenapa berdiri terus disana? Kemari lah!"

Alea yang shock dan kebingungan itu akhirnya berjalan ragu mendekat ke arah suaminya. Ia tidak tahu mengapa Radit tiba-tiba berubah lembut seperti ini? Apakah dia hanya ingin mengerjainya saja?

Wanita itu dengan ragu duduk disebelah suaminya yang kini tangannya direntangkan. Alea semakin kaget tatkala Radit langsung memeluknya dengan erat.

"Sayang, aku sangat merindukanmu," ucap pria itu seraya mengusap punggung Alea dengan lembut. Rambut panjang Alea ia singkap dan ia hirup area leher wanita itu hingga Alea bisa merasakan hembusan hangat dari nafas suaminya.

Tentu saja Alea merasa gugup dan tegang. Ia bingung sekaligus senang. Ia bahkan merasakan suatu gelenyar aneh dalam dirinya saat suaminya menyentuh area leher dan terus mengecupnya dengan lembut.

"Aahhh..." Desahan lembut tak sengaja keluar dari bibirnya. Hal itu membuat Radit menghentikan aktivitasnya lalu mengurai pelukannya pada Alea.

Wanita itu replek menutup mulutnya. Bisa-bisanya ia keceplosan dengan desahan tadi. Alea khawatir Radit malah akan menganggapnya wanita rendah yang menjijikan.

Beberapa saat pria itu hanya menatapnya intens tanpa berkata. Tentu saja membuat Alea semakin gugup dan salah tingkah.

'Duuh, sial! Mati aku. Mas Radit pasti ilfeel,' batinnya.

Hal tidak terduga kembali terjadi saat tiba-tiba kedua tangan kekar itu meraih pipinya. Raditya membingkai wajah Alea dengan kedua telapak tangannya. Ia tersenyum lembut, tatapan yang menggoda dan penuh cinta seolah tersirat dari netra cokelatnya yang kini nampak meneduhkan.

"I Miss you, Honey," ucap pria itu dengan lembut.

DEGH.

Jantungnya berdebar sangat kencang. Pipi wanita itu merona, terharu dengan kata-kata mesra dan sikap lembut Radit padanya saat ini. Ia benar-benar tidak menyangka jika akhirnya suaminya ini bisa menerimanya.

Alea semakin terkejut dan dibuat tak percaya saat wajah Radit perlahan semakin mendekat. Wanita itu repleks memejamkan matanya. Antara percaya dan tidak percaya jika saat ini suaminya akan melakukan hal yang begitu romantis padanya.

Alea bisa merasakan sentuhan lembut nan hangat dari bibir pria itu. Keringat dingin serta debaran di jantungnya begitu terasa. Ia benar-benar gugup, namun juga sangat bahagia. Hatinya berbunga-bunga saat ini. Alea menikmatinya, ia membuka mulutnya tanpa ragu, membiarkan Radit memasukinya lebih dalam. Ini benar-benar seperti mimpi.

Bibir keduanya saling berpagutan dengan mesra. Sentuhan lembut yang semakin ganas Radit berikan pada istrinya. Tangan nakal itu juga menjalar menyentuh bagian-bagian sensitif, seolah ia meminta yang lebih dari pada itu.

Dres dengan lengan sabrina itu juga kini sudah tidak terlihat semestinya. Lengannya merosot saat Radit terus saja bergerilya menyentuhnya penuh nafsu.

"Aaahhh... Emmpptt..." Alea kini tak segan untuk kembali mendesah saat kecupan bibir itu mulai semakin turun. Ia biarkan tangan suaminya itu meraba setiap inci tubuh yang memang sudah menjadi hak pria itu.

Raditya mengangkat tubuh Alea yang kini sudah tidak berbusana itu ke atas pembaringan. Ia merasa tubuhnya semakin panas. Dirinya sudah tidak tahan untuk menuntaskan hasrat pada wanita cantik yang wajahnya selalu terbayang-bayang dalam benaknya itu.

Alea tersenyum manis dan menggoda tatkala Radit telah mengukungnya. Ini adalah pengalaman pertama untuknya. Ia sangat senang dan hatinya berbunga-bunga, akhirnya ia akan melakukan hal ini dengan suaminya. Ia berpikir jika Radit telah berubah.

'Benar kata Mama, mood Mas Radit sudah membaik. Semoga setelah ini Mas Radit akan terus bersikap lembut dan romantis seperti ini,' gumam Alea dengan terus menyunggingkan senyuman yang menggoda.

"Aahhh..." Alea menjerit tertahan saat sesuatu seolah membelah inti tubuhnya. Kedua tangannya meremas sprei saat ia rasakan rasa perih dan sakit di area sensitifnya itu.

Radit memejamkan matanya dengan rasa nikmat yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Tubuhnya ia goyangkan dengan pelan. Entah mengapa rasanya benar-benar sangat berbeda kali ini. Ia merasakan sesuatu yang lain yang tidak seperti biasanya.

"Emmpphh... pelan-pelan, Sayang," ucap Alea ketika Radit terus menghantamnya. Sudut matanya berair, namun ia merasa senang meski merasakan rasa sakit yang baru pertama kali ia rasakan itu.

"Honey..." Radit memanggilnya dengan lembut. Bibir wanita itu ia kunci seiring aktivitas mereka. Radit merasakan kenikmatan yang berbeda, aktivitas intim ini benar-benar penuh gairah.

Lenguhan panjang dari pria itu mengakhiri penyatuan dua insan ini. Peluh bercucuran membasahi tubuh keduanya.

"Terima kasih, Sayang," ucap Radit seraya mengecup kening Alea lalu memejamkan matanya yang sudah terasa berat. Rasa pening dan panas yang sejak tadi menjalar ditubuhnya kini berganti dengan rasa kantuk yang tak tertahankan.

Sementara itu, darah segar mengalir dari area sensitifnya. Alea tersenyum meski wajahnya memucat. Saat ini Radit tengah mendekapnya dengan erat. Pria itu seolah tidak ingin melepaskannya.

Alea menatap lekat wajah suaminya yang tertidur menyamping menghadap ke arahnya. Lengkungan indah terlukis di wajahnya ketika ia terus menatap wajah tampan yang begitu polos ketika tertidur. Alea benar-benar sangat bahagia. Ia tidak menyangka jika suaminya bisa berubah secepat ini.

'Aku sangat bahagia, Mas. Terima kasih sudah mau menerimaku,' gumam Alea seraya memejamkan matanya.

Keduanya pun terlelap dalam balutan selimut yang sama. Mereka tertidur dengan posisi tangan Radit yang menjadi bantalan kepala istrinya.

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam ketika Radit merasa tenggorokannya kering dan haus. Ia membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa lebih segar dan enteng.

Ia duduk dan terkejut tatkala menyadari jika tubuhnya saat ini polos tanpa sehelai benang. Hanya selimut tebal putih itu yang menutupi bagian pinggang hingga kakinya.

Matanya terbelalak tatkala melihat pemandangan yang sama yang terjadi pada seorang wanita di sampingnya.

"HEHH, WANITA MURAHAN! APA YANG TERJADI?!"

Bentakan nyaring dan kasar itu tentu saja mengagetkan Alea yang tertidur. Wanita itu terbangun dan langsung menatap heran pada Radit yang menatapnya dengan nyalang.

"Mas ... Sudah bangun?" tanyanya sambil ikut duduk dengan tangan yang memegang selimut agar tidak melorot dan memperlihatkan tubuhnya yang kini penuh dengan tanda merah.

"APA YANG TERJADI? KAU MENJEBAKKU, HAAH?"

Mata yang tadi terlihat meneduhkan itu kini kembali terlihat menakutkan. Radit seperti seekor singa yang ingin menerkam mangsanya hidup-hidup.

"Me–menjebak? Apa yang Mas maksud? Kita sudah melakukannya dan..."

"APA? SHIITTT...!!!" Radit terkejut dan nampak prustasi. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dirinya benar-benar marah dan merasa telah dijebak oleh wanita itu.

Radit mengepalkan kedua tangannya seolah ingin menghajar Alea yang telah berani menjebaknya.

Alea terlihat ketakutan. Tubuhnya bergetar tatkala kepalan tangan itu melayang di udara dan siap untuk dilayangkan padanya.

Drrtt... Drrrtttt...

Kemarahan Radit teralihkan saat ia mendengar getar dari ponselnya.

Masih dengan wajah penuh amarah, ia pun meraih ponsel yang tergeletak di atas meja lampu tidur itu.

"APA?? MASUK RUMAH SAKIT...?!"

**

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status