Share

4. Dijebak

"Kamu jaga dia sebentar! Saya kesana sekarang."

Ekspresi penuh amarah itu kini berubah menjadi sendu dan panik. Raditya baru saja mendapatkan telepon dari seseorang yang mengatakan bahwa kekasihnya dilarikan ke rumah sakit saat ini.

Tanpa menunda waktu, pria itu segera bangkit dari tempat tidur. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos itu. Hal itu tentu saja membuat Alea terkejut karena tubuhnya kini terekspos jelas.

Wanita itu kelabakan mencari penutup tubuh. Wajahnya memerah apalagi Radit malah menatapnya dengan begitu tajam saat ini.

Mata pria itu memicing ke arah noda merah pada sprei putih di kasur tersebut.

'Ckkk, sial! Ternyata dia masih perawan,' gumam pria itu seraya melengos tak memperdulikan wanita yang ia pikir sudah menjebaknya itu. Radit tidak ingin lama-lama ada di kamar ini. Karena jujur saja, tubuh Alea memang sempurna dan menggairahkan. Ia tidak mau sampai tergoda oleh wanita itu.

Selagi Radit masuk kamar mandi dan membersihkan diri, Alea sibuk memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai. Ia segera memakai baju lalu mengganti sprei bernodakan darah dan aroma senggama yang begitu khas itu.

Dalam hatinya membatin, 'Aku pikir Mas Radit memang melakukannya dengan tulus. Tapi nyatanya...'

'Aneh banget sih. Kok bisa-bisanya dia berhubungan denganku tapi dia malah marah dan mengatakan bahwa aku menjebaknya,' ucap Alea dalam hati. Ia masih bingung dengan sikap suaminya itu. Saat penyatuan tadi, Radit benar-benar seperti malaikat. Tapi setelah bangun, pria itu kembali bersikap seperti iblis.

Krieettt.

Pintu kamar mandi terbuka. Radit keluar dengan tergesa-gesa. Ia sudah mandi dan berganti pakaian. Nampak titik-titik air di rambutnya yang basah itu, membuat Alea menelan salivanya karena mengangumi kemaskulinan suaminya yang gagah itu.

"Mas mau kemana?" tanya Alea memberanikan diri. Pria itu menyisir rambutnya dengan cepat lalu meraih jas baru di dalam lemari. Ia juga segera menyambar kunci mobil di atas meja rias.

"Bukan urusanmu. Ingat urusan kita belum selesai, Dasar wanita murahan! Menjijikan!" pekiknya kembali melayangkan kata-kata kasar dan tatapan melotot yang menyeramkan.

BRAK.

Radit membuka pintu kamar lalu menutupnya dengan kencang. Membuat Alea terkejut dan repleks mengurut dadanya.

'Dasar pria arogan. Bisa-bisanya dia bilang aku wanita murahan. Padahal baru dia saja yang menyentuhku. Ckk... Habis manis sepah dibuang. Dasar buaya!' umpat Alea dengan kesal. Hatinya yang tadi berbunga-bunga kini kembali layu.

**

"Sayang, kamu kenapa? Apa yang sakit?" Pria itu langsung berlari ke arah ranjang pasien di ruang VIP sebuah rumah sakit mewah.

Nampak seorang wanita dengan wajah pucat pasi menatapnya sejenak lalu membuang muka.

"Ngapain kamu kesinj?" tanyanya dengan sinis.

"Aku khawatir sekali sama kamu, Sayang. Kamu sakit apa? Ini, aku bawakan buah-buahan dan kue kesukaan kamu."

Raditya menaruh bawaannya di meja yang ada di samping ranjang. Ia duduk di samping tempat tidur dimana seseorang yang begitu ia cintai itu terbaring lemah disana.

Wanita itu masih membuang muka. Enggan menatap wajah pria di sampingnya.

"Nona Maura tadi pingsan, Tuan. Nona tidak mau makan sejak kemarin," ucap seorang wanita yang tadi menghubungi Raditya untuk memberi kabar tentang majikannya.

"Kok bisa Nona Maura sampai tidak makan, Jen?! Saya kan sudah perintahkan kamu untuk melayani Nona Maura. Kamu itu saya bayar mahal untuk menjaganya. Kamu itu gimana sih? Harusnya kan..."

"Cukup, Radit! Cukup!"

Wanita bernama Maura itu angkat bicara. Ia yang memang masih merasa lemas itu mencoba untuk duduk meski kepalanya sedikit berdenyut.

Raditya hendak membantunya, namun tangannya ditepis oleh Maura. Jenny, asisten pribadinya dengan sigap membantu majikannya itu untuk duduk bersandar pada ranjang pasien. Jenny merupakan anak buah Radit yang ditugaskan untuk menjaga dan melayani Maura, kekasih CEO itu.

"Harusnya kamu itu sadar, Radit. Aku begini karena kamu. Kamu tidak berhak menyalahkan siapa pun!" tegas wanita itu dengan mata yang mengembun. Ia benar-benar terluka dengan keputusan Raditya untuk menerima perjodohan dari orang tuanya.

Raditya menghela nafas dalam-dalam. Matanya melirik ke arah Jenny, mengisyaratkan pada asisten pribadi kekasihnya itu untuk keluar. Ia butuh waktu untuk berbicara berdua dengan Maura.

"Sayang, dengarkan aku! Kita sudah bahas ini sebelumnya. Kamu tahu kan kalau aku ini terpaksa. Aku tidak mau membuat Mama sedih. Dan aku juga tidak ingin kehilangan jabatan serta aset perusahaan yang baru diberikan kakek padaku. kamu juga tahu kalau pernikahan ini hanya sementara. Secepatnya aku akan menceraikan wanita itu," ucap Radit seraya meraih sebelah tangan Maura lalu menggenggamnya dengan erat.

"Kamu jahat, Radit. Kamu bilang terpaksa, tapi sepertinya kamu menikmati pernikahanmu," ucap Maura dengan air mata yang mulai menetes membasahi pipinya.

"Menikmati bagaimana, Sayang? Aku juga tersiksa. Aku tidak menginginkan pernikahan ini. Aku hanya mau bersamamu," ucap pria itu bersungguh-sungguh.

Radit menyentuh pipi Maura lalu mengusap air mata di pipi kekasihnya itu dengan jemarinya.

"Apa kau sudah melakukannya? Kau sudah menyentuhnya?"

DEGH.

Raditya terkesiap dengan pertanyaan tersebut. Mana mungkin ia mengatakan bahwa dirinya baru saja menggauli istrinya. Sial, Radit benar-benar tidak sadar. Mengapa ia bisa mengira jika wanita yang tengah ia gagahi itu adalah Maura?

"E–enggak, Kok. Ma–mana mungkin aku menyentuhnya. Aku sangat mencintaimu, Honey. Aku tidak mungkin mengkhianati cinta kita," ucap Raditya dengan gugup.

Kegugupan itu membuat Maura semakin yakin jika pria yang sudah lima tahun menjalin asmara dengannya itu tengah berbohong. Apalagi Maura bisa melihat rambut Radit yang belum seluruhnya kering. Hal itu membuat hatinya sakit, pikiran kotor Maura membayangkan Raditya bergumul dengan wanita lain.

"Sayang, percayalah padaku. Aku benar-benar sangat mencintaimu. Aku janji, tiga bulan lagi aku akan menceraikannya dan akan menikahimu."

Maura masih terdiam meski Radit sudah menjanjikan untuk menikahinya. Janji yang juga Radit ucapan saat ia meminta izin pada Maura untuk menerima perjodohan dari orang tuanya itu. Kesepakatan mereka buat, Radit hanya menikahi Alea 3 bulan saja lalu ia akan menceraikannya. Dan setelah itu ia akan meminta orang tuanya agar merestui hubungannya dengan Maura.

Wanita itu masih terlihat emosi. Ia diam dan tak ingin menatap wajah kekasihnya.

Setelah beberapa menit saling terdiam, akhirnya Radit beruara kembali. Dirinya mencoba untuk membujuk Maura yang tengah merajuk itu.

"Aku punya hadiah untukmu," ucap Radit sambil merogoh sesuatu dari saku jas miliknya..

Maura meliriknya, penasaran dengan hadiah apa yang Radit bawakan untuknya?

Wajah kesal itu tiba-tiba saja berubah tatkala melihat sebuah kalung dengan liontin batu permata yang selama ini ia inginkan.

"I–ini..."

"Ya, Sayang. Ini kalung yang kamu mau. Hanya ada beberapa saja di dunia. Kamu suka, kan?"

Maura mengangguk. Wanita itu tersenyum tatkala Radit mengalungkan sebuah kalung dengan harga yang fantastis. Maura merasa senang karena akhirnya bisa memiliki perhiasan yang limited edition ini.

"Makasih, Sayang," ucapnya dengan mata berbinar. Ia seolah lupa dengan rasa kesalnya pada Raditya.

"Sama-sama, Sayang. Apapun yang kamu mau, aku pasti akan berikan. Aku hanya minta kamu sabar. Kita pasti akan segera menikah dan hidup bahagia bersama," ucap radit bersungguh-sungguh.

Maura mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tangan yang sibuk memegang liontin batu permata itu.

" Sekarang kamu makan ya. Biar aku suapi."

Maura menurut. Ia pun makan dengan lahapnya disuapi oleh Radit. Mereka mengobrol dengan asyik, Radit mencoba mengalihkan perhatian Maura agar tidak membahas tentang pernikahannya dengan wanita pilihan orang tuanya itu.

"Ayok, habiskan makanannya, Sayang. Kamu harus cepat sembuh," ucap Radit seraya menyendok kembali bubur lalu mengarahkan kembali ke mulut Maura.

Wanita itu mengangguk dan tersenyum lebar. Ia membuka mulutnya, namun secara bersamaan pintu ruangan dibuka paksa dengan kasar.

BRAK.

"Dasar wanita murahan!!!"

**

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status